Vox dan Refresh!

Beberapa pagi lalu, saat bangun dan mendapati hari sudah tak begitu pagi, aku segera menuju toilet di lantai 1 kosan dan kemudian kembali ke kamar yang seolah tak beraura “pagi” sepertinya ikut dirundung sedih dan pilu akibat kekalahan timnas sepakbola Indonesia malam kemarinnya. PC pinjaman ini kunyalakan dan seperti biasa yang pertama kubuka adalah situs jejaring sosial yang berinisial FB dan jemariku tergoda menuliskan status.

“jadi dosen yg rajin, punya kedai buku plus CD band2 indie di garasi rumah...keren sepertinya... #bahagiaitusederhana.”

Di hari itu, sembilan orang menyukai dan termasuk beberapa orang yang memberi komentar dukungan dan bahkan ada yang menawarkan diri, entah bercanda atau serius, untuk menjadi investor. Saya sih, senang-senang saja dan tertawa sendiri membaca komentar dan yang me like status itu. Semoga saja mereka menyelipkan doa saat bereaksi terhadap statusku, Amin.
Cita-cita punya kedai buku sendiri yang juga sekaligus punya koleksi CD band-band indie sebenarnya tidak baru dan bahkan kalau tak salah juga sudah pernah kusinggung di salah satu postinganku di blog ini. Tapi cita-cita ini kembali kuperbarui saat sehari sebelumnya saya bersama Aswin berkunjung ke salah satu Distro CD indie di bilangan Jl. MT. Haryono No. 1. Tak begitu susah menemukannya setelah dijelaskan sekilas oleh Wawan yang beberapa hari sebelumnya telah kesana membeli CD The Milo yang dijadikannya sebagai hadiah ulang tahun untuk beliaunya. Apalagi distro ini terletak tak begitu jauh dari kosan Udi, adik iparku.
VOX, nama Distro & 2ND Hand CD Shop ini, sesuai yang kubaca pada plang di depan pintu masuk.  Kami berdua datang agak sore karena kata Wawan, si pemilik distro ini juga bekerja sebagai staf di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, jadi kami datang kira-kira saat orang-orang sudah pulang kantor.
MT. Haryono 1 nampak sepi. Tapi kami tak begitu peduli. Mata langsung tertuju ke poster-poster yang memenuhi kaca salah satu rungan yang disamping rumah yang agak memanjang kedepan hingga ke pagar. Ini pasti distronya. Sederhana, tepatnya sangat sederhana. Tak begini gambaran di kepalaku saat digambarkan oleh Wawan. Keren. Langsung jatuh cinta! Hehe… Refresh cita-cita!
Setelah memencet bel distro yang bersatu dengan rumah sang pemilik dan tak ada jawaban, kami cukup terhibur dengan memperhatikan poster-poster band-band keren dalam dan luar negeri, dan konser-konser mereka yang tertempel di kaca distro. Ada poster Bangku Taman yang masih terlihat kurus, Efek Rumah Kaca, dan banyak yang lainnya. Cukup lama kami memandangi dan tentu berdecak kagum. Dan tak lupa sebagai insane yang sadar dengan pentingnya dokumentasi hidup, kami berdua tentu berpose (tapi tak bergaya alay a la mongol tentunya..wkwkwkwk). Bel kembali dipencet dan tetap tak ada respon dari dalam.
Tak begitu lama, seorang Ibu berjilbab melepas helmnya dan turun dari motor diikuti anaknya yang lalu segera menyapa kami. Ibu tadi lalu memberitahu kalau suaminya, si pemilik distro, barusan saja keluar. Ia menawarkan kami untuk menunggu sambil menghubungi suaminya agar segera balik, tapi kami memilih untuk datang nanti saja setelah magrib karena toh kami juga sudah niatan ke tempat kos Udi dekat situ. Kami pamit dan berlalu. Kesan keren kedua. Membayangkan mereka diskusi tentang musik di distro sederhana itu dan si kecil berlari-lari di dalamnya sambil sesekali meminta diputarin CD lagu-lagu kesukaannya sembari sing along. Bahagia yang sederhana. Kembali klik kanan, refresh cita-cita!
Setelah magrib kami kembali. Setelah pencet bel, tak begitu lama kami menunggu seorang lelaki bertubuh tinggi agak gempal dan jenggotan yang mengenakan T Shirt serta bawahan sarung membukakan pintu untuk kami. Mataku langsung liar kemana-mana melihat koleksi CD dan kaset band-band keren yang  terpajang di lemari kaca. Ada koleksi majalah musik SPIN, dan beberapa T Shirt band-band luar di gantungan baju. Sangking asyiknya memelototi kumpulan CD band-band indie yang berada di display bagian dalam kami lupa menyapa si pemilik yang tampak santai. Sekali lagi, ia tak seperti yang digambarkan Wawan. Ah, ia memang tak terlalu tau menggambar jadi mengapa harus begitu percaya dengan gambarannya.
Tak lama mas nya bertanya. “nyari CD apa mas?”. Setelah menjawab seadanya mulailah perbincangan macam-macam mengenai musik. Namanya mas Dimas. Ia dulu juga nge band dan pernah jadi director apa gitu di majalah musik terbitan Jogja DAB, dan ia memberikan salah satu edisi special untuk kami yang membahas perkembangan berbagai skena musik di Jogja sejak zaman 90-an hingga akhir 2000 an. Seperti yang kubilang sebelumnya, setiap harinya ia adalah seorang staf tata usaha di UMY. Distro musik yang katanya akan ia ubah menjadi distro buku ini telah dijalaninya sejak tahun 2002. Distro ini lumayan meski sederhana tapi lumyan menjadi salah satu referensi bagi mereka yang ingin memiliki CD atau kaset (lama atau baru, local, nasonal maupun luar) band-band indie. Dan ia juga lumayan terkenal sih, jadi kalau ada band-band Bandung atau Jakarta yang main di Jogja bioasanya mereka berkunjung ke distro ini. Terakhir misalnya saat Risa Sarasvati ke Jogja beberapa bulan lalu untuk acara launching produk makanan local, ia menyempatkan diri berkunjung. Terus Distro Vox ini juga menjadi distributor label-label indie besar seperti Demajors, Fast Forward dan juga tentunya menjadi distributor karya-karya band lokal Jogja yang seabreg itu.
Dari cerita yang lumayan lama bersama Mas Dimas, kami berdua lumayan dapat banyak pengetahuan baru tentang musik dan yang penting ia juga mengiyakan mau membantu keinginan kami untuk membuat distro musik seperti yang sudah dikerjakannya cukup lama itu. Dan yang paling penting malam itu, bagiku distro ini menawarkan keakraban, kesederhanaan, ruang berbagi, ruang belajar dan tentu oase untuk kebahagiaan yang sederhana. Hey, ini distro asli bung! Keren ketiga. Klik kanan, Refresh cita-cita!

Kami pamit, berpose dan menunggu traffic light memberi aba-aba berlalu bersama-sama cita-cita yang kembali kuperbarui.

Belajar Itu Sederhana!

Bantaran X Code, 26 Nov ‘11
Becom C kulibas


Komentar

  1. tiap baca tulisan bapak dan bunda maha..
    irna selalu diingatkan untuk belajar menghargai kesederhanaan, mensyukuri kebahagian2 kecil setiap hari dan terus semangat mewarnai hidup

    tengkyu bro n sist telah berbagi...

    BalasHapus
  2. sip. bukankah berbagi adalah "nama tengah" dari kehidupan? teruslah berbagi dengan kami...

    BalasHapus
  3. berbagi itu indah :)

    http://sepeda-lintas-cakrawala.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer