..catatan seorang ibu..

Setelah membaca note Ana semalam tentang kesehatan Kuba, tiba-tiba niatku untuk menulis tentang ini membuncah. Masih tentang sistem kesehatan, tapi kali ini lebih nyata di hadapanku. Tentangku, tentang ibu, tentang semua perempuan yang berjuang demi kehidupan anaknya, dan untuk ibu yang tidak sempat memeluk anaknya,...
Hampir tiga tahun yang lalu, tepatnya saat janin di perutku telah meronta dan berkeras untuk melihat dunia. Saat itu, malam hari kedua setelah pesta kembang api membuka tahun 2009. Aku berteriak keras demi melihat kain sarung yang kukenakan untuk tidur tiba-tiba basah. Sedikitpun tidak ada rasa sakit, dan kepanikan mulai melanda seisi rumah. Cucu pertama mungkin akan lahir malam itu. Kondisi kehamilanku, di akhir trimester ke tiga dinilai kurang baik. Posisi janinku tidak menuju ke ruang keluarnya, ibaratnya mulut botol, janinku hanya sampai di leher botol. Dan dokter memprediksikan aku untuk menjalani operasi. Namun, sejak awal aku telah berkeras untuk melahirkan normal, kalau bisa dengan bantuan bidan saja dan dilakukannya di rumah.
Tapi tidak, ceritanya ternyata berbeda, malam itu aku dilarikan ke rumah sakit,  jam 10 malam. Pembukaan 1, kata bidan jaga malam itu. Momok akan pelayanan kesehatan di RS negeri membuatku merasa selalu tidak nyaman berada di tempat ini. Namun, malam itu suster jaga memberikan kesan yang sangat ramah dan bersahabat. Hampir pukul 12 malam, pembukaan persalinanku tidak juga meningkat. Bidan menyarankan agar aku dirujuk ke Makassar.
Inilah masalahnya saat itu, kondisiku yang 50% bakalan harus dioperasi tidak mungkin ditangani oleh bidan saja, butuh dokter ahli kandungan untuk melakukannya. Dan celakanya, hari itu Jumat, adalah HARKITNAS, hari kejepit nasional. Tahun baru jatuh di hari kamis dan dua hari setelahnya diberikan libur tambahan. Satu-satunya dokter ahli kandungan di Kab Bone yang menaungi 24 kecamatan, saat itu sedang menikmati liburannya di Makassar. Kami memutuskan menuju Makassar, dengan kondisiku yang semakin lemah, dan anakku juga, ketuban dan darah kurasakan mulai mengalir sepanjang perjalanan 6 jam ke Makassar malam itu yang berakhir di jam 6 pagi dan aku menemui RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Prosesi bersalin, nantilah akan kuceritakan lain waktu. Aku selamat dan anakku lahir, keesokan dini hari, dengan proses panjang.
Yang kusayangkan adalah, aku harusnya tidak perlu menjalani proses bersalin yang dramatis, jika dr. ahli kandungan minimal ada dua di kabupaten yang luasnya dua kali Kab. Sinjai ini. Malam itu, di RS Makassar ada sekitar 6 orang wanita hamil rujukan Kab. Bone, dan kesemuanya punya resiko meninggal baik ibu atau anaknya atau keduanya di perjalanan. Kenapa pemerintah tidak menempatkan minimal dua dokter di satu kabupaten dan bisa berlibur secara bergiliran.
Nah, kisahku ini kukaitkan dengan kisah di tanggal cantik kemarin. 11.11.11, saat teman sekantor K Heri, Bu Suha tidak sempat mendengar teriakan anaknya. Ceritanya begini.  Ia tahu akan melahirkan hari itu. kondisi bayinya sungsang, artinya sedikit kemungkinan untuk melahirkan normal.  Ia sudah berada di RS Tentara, jam 11, tapi dirujuk ke RS umum karena dokter ahli bkandungan di RS itu ke Makassar, Sekitar jam 1 siang, Bu Suha sudah ada di RS umum. Dokter ditelpon untuk segera memberi  tindakan, hanya bilang dia akan datang jam 4 sore. Jam 4 sore, tidak ingin lebih cepat dari itu. Pihak RS tidak bisa melakukan apa-apa, apalagi bidan yang menanganinya. Bu Suha menunggu kedatangan dokter. Dokter datang tepat waktu, jam  4. Tapi, tidak anaknya. Dilakukan pemeriksaan awal, ternyata kondisi bayi sudah drop, jantungnya melemah, tidak bisa bertahan dan akhirnya meninggal di dalam kandungan. Alibi dokter, kondisi anak sudah melemah sejak dua hari yang lalu, ia membuktikannya dengan kondisi bayi yang sudah membiru.    
Perkara hidup dan mati adalah urusan Sang Maha, pendapat ini untuk diriku saja, mungkin jika dokter mengusahakan datang sebelum jam 4, mungkin anak kedua Bu Suha ini juga sudah tercatat menjadi salah satu bayi yang lahir di angka cantik tahun ini. Namun terlepas dari itu semua, bukankah semua ibu yang mengandung selama 9 bulan, ingin melihat anaknya lahir dengan selamat, tumbuh besar, sehat dan kuat. Dan ini harusnya ditanggung oleh negara.
Ada dua hal yang bisa kusimpulkan malam itu setelah aku berpanjang lebar mengkaji sendiri masalah keselamatan ibu hamil di Kabupaten Bone ini khususnya,
“Jika anda ingin melahirkan dengan selamat..pilihlah hari kerja saja, jangan melahirkan di hari libur! Dan untuk beberapa case, jangan melahirkan sebelum jam 4 sore.”  Beritahu bayi kalian…semoga mereka bisa sabar menunggu….
Catatan ini kubuat untuk semua ibu yang berjuang demi sebuah kehidupan…

15 Nov 2011

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer