Semalam bersama Philip Morris..

Kalau ada yang tahu apa yang aku tepatnya kami (saya dan komrad) lakukan semalam. Pastinya akan banyak pertanyaan yang keluar. Yap.. akan kuceritakan bagaimana malam ini kulewati dengan Philip Morris.
Kegandrungan kami mendengar radio yang mengantar kami hingga sampai di sini, di malam yang penuh cerita ini. Radio yang kami dengar pun, tidak setengah-setengah. Prambors. Salah satu radio yang identik dengan budaya pop. Budaya yang selama ini kami kacangi sebagai budaya ikut-ikutan dan budaya tanpa substansi yang hanya diikuti oleh mereka yang tidak senang mengunakan otaknya.
Namun, dengan dalih bahwa sistem yang bobrok ini mengharuskan kita untuk membaca setiap potensi dan masuk di dalamnya. Kalau komrad selalu bilang begini
“saatnya, kita mengubah strategi. Untuk merambah wilayah anak-anak muda jaman sekarang, kita harus mehami jiwa mereka. Caranya, harus tahu, apa yang mereka sukai dan apa yang mereka dengar.”

Untuk itu, kami sejak beberapa tahun lalu, sejak computer belum ada, Prambors menjadi alternative untuk kami dengar. Tentunya tidak lepas dari sajian yang mereka berikan, termasuk lagu-lagu memang satu tingkat di atas yang lain.
Yah.., usut punya usut kami lalu mendengar sebuah pogram yang menurut kami bagus, apalagi bagi kami, yang sedang bingung-bingungnya mencari modal untuk usaha percetakan yang sedang kami geluti.
Dan.., pertimbangan-pertimbangan mulai beterbangan ke mana-mana. Mulai dari yang mengadakannya sampai pada siapa yang akan memberi kami hadiah. Sebenarnya, ini tidak akan terlalu menjadi masalah ketika yang melakukannya bukan nita atau komrad. Kami terlanjur melekatkan image-image yang menurut beberapa orang tidak biasa. Image anti terhadap kemapanan, anti terhadap semua produk-produk terkenal yang kami anggap telah membredeli perekonomian rakyat kecil kita. Dan salah satunya, perusahaan ini. Sampoerna, perusahaan yang awalnya dimiliki oleh Hj. Sampurna (kata komrad orang Indonesia juga) tapi sudah beberapa lama ini dibeli dan termiliki oleh Philip Morris. (tentangnya nanti kita cerita lebih lanjut).
Yap.., dan akhirnya kami memutuskan untuk ikut acara tersebut. Nama acaranya Gain The Trust_Yang Muda Yang Gak Dipercaya_. Program ini memberi kesempatan bagi pengusaha-pengusaha muda untuk membuktikan kalau dia mampu. Dan, akhirnya kami sampai di sana. Lantai empat Mall Ratu Indah, mall yang sudah jarang kami kunjungi, yang jika dibandingkan Mall Panakukkang jauh lebih sunyi namun mall ini tetap terkesan eksklusif. Saat itu, mall sudah beranjak ditinggalkan para penghuninya, baik itu para setan-setan konsumen maupun mereka yang tidak punya tempat lain untuk meneruskan hidup. Kami menyusuri jalan yang seperti eks bangunan bekas yang cukup keren. Dipenuhi graffiti-grafitti yang tidak kalah kerennya. Aku tidak cukup takjub melihatnya malam ini, karena tadi siang aku sudah menikmatinya bersama Acong. Pintu kaca yang menjadi pembatas ruangan, kami buka. Di sana sudah ada seseorang yang duduk dengan santai yang kami tahu sebagai saingan kami. Hahaha.. Dasar!!
Berada di sini, di tengah lingkungan yang glamour dan gemerlap dengan warna-warna kemewahan,  membuat kami risih. Maklum, seperti yang aku bilang di atas, kami ini anti terhadap hal-hal yang buat orang lain tenggelam di dalamnya. Suara yang dulu hanya kami dengar lewat udara, kini kulihat pemiliknya. Kesan antipati terhadap kami hampir tidak ada. Sedikit merasa bersalah, karena kita sering terlanjur mengkotak-kotakkan diri . merasa lebih superior dan lebih hebat.
Singkatya, mereka sangat ramah. Tak satupun yang memperlihatkan muka judes apalagi tidak senang dengan kedatangan kami. Dan.., malampun kulewati bersama Prambors. Aku diberi kesempatan untuk mempresentaikan usahaku. Dan inilah!! Aku menggunakan media ini untuk bicara banyak hal. Mulai tentang baju2 distro, tentang produk kami yang dibuat lebih eksklusif tapi tetap terjangkau, dan bahwa kami menggunakan kaos sebagai media propaganda. Mereka takjub mendengarnya. Apalagi saat kuperlihatkan beberapa contoh kaos yang kami buat sendiri.
Aku tidak lagi peduli menang dan kalah. Apalagi, saat mengetahui pesaingku adalah pengusaha-pengusaha muda yang usahanya sudah sangat mapan. Jelasnya, malam itu apa yang kulakukan dengan komrad berbuah banyak hal. Mungkin besok atau besoknya atau besoknya lagi..
Dan di penghujung malam, kami menyusuri kampus untuk sampai di kasur. Perjalanan yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan sekaligus pembenaran terhadapa apa yang kami lakukan. Perjalanan yang juga diselubungi rasa takut. Hmm.., dan kasur sudah terbentang. Aku hanya ingin tidur dan menggapai esok.         

Ibunya Mahatma
19 juni 2007

( empat atau lima bulan kemudian,prambors menelpon! "kami pemenangnya")

Komentar

Postingan Populer