..santap ala Master Chef #bahagiaitusederhanapart2...

Seperti anak-anak kecil yang lain, potensi maha untuk meniru, mengikuti sangat besar. Rangkaian sel-sel sarafnya yang belum terkoneksi secara maksimal, belum mampu membantu anak seusia mereka untuk menentukan apa yang betul-betul ia senangi. Music contohnya, maha melahap semua jenis music yang ia dengar, terakhir ia senang dengar lantunan lagunya si Seven Icon yang kerap muncul di berbagai acara music. Tapi lagu paling baru yang sampai pagi ini keluar dari mulutnya adalah lagu Bangku taman_ ode buat kota_ dengan merubah meliriknya hanya dengan satu suku kata.
”nananannaannannnanannnannaa” begitu ia melantun dari kemarin.
Seperti selera musiknya, selera makannya juga berubah. Kadang ia makan dengan lahap tiga kali sehari ditambah dengan cemilan sana-sini dan tentunya susu 180 cc yang ia minta berkali-kali jika dihitung sejak pagi, tapi tidak jarang pula sampai 3 bahkan satu minggu, perutnya tidak pernah diisi dengan makanan berat seperti nasi. Kalo tidak salah ingat, minatnya terhadap makanan mulai berkurang sejak ia berumur setahun,tepatnya sejak dia telah mampu berlari sendiri dan mulai merasakan nikmatnya bermain. Makanan jadi nomor dua, walhasil sejak itu beratnya surut walau masih proporsional untuk standarisasi kesehatan ala Indonesia.
Dan hal itu, awalnya selalu membuatku pusing, tapi sekarang tidak lagi. Mencoba untuk tidak terlalu menuntutnya makan sesuai dengan keinginanku, toh kalau dia lapar, pasti dia minta juga…hahaha. Kuharap bukan pembenaran atas kekecewaanku terhadap gagalnya berbagai eksperimen yang kulakukan untuk menambah nafsu makannya. Tapi, beberapa hari terakhir ini, aku sangat bahagia. Melihatnya begitu lahap menyantap makanan. Setiap kali makanannya habis ia selalu berteriak
“maha menanaaaaang” katanya bersemangat.
Beberapa hari yang lalu,sesaat setelah menonton Master Chef di RCTI, salah satu acara favorit maha. Bukan karena dia berminat dalam dunia masak memasak, tapi maha begitu senang saat si Master Chef berteriak “waktu kalian tinggal 10 menit lagi” apalagi saat para konstentan menghadapi detik-detik akhir dan salah satu dari 3 juri chef master tersebut berteriak “5…4…3…2…1…stop” dia akan tertawa dan mengulang kalimat-kalimat itu.
Terakhir, dua episode ini, ada yang lain. Bukan hanya teriakan tapi maha juga meniru gaya salah satu chef master. Siapa lagi kalo bukan si Chef Master Juna. Sambil melipat kedua tangannya di depan dada,lalu berdiri dengan jarak kaki yang lebar seperti master Juna, ia berkata
“ bu..mamma kaya maste  Juna?” tanyanya dan aku langsung terbahak. Aku mengangguk dan tersenyum bahagia. Ia berteriak seolah kelima besar kontestan master chef itu sedang ada di hadapannya.
“wattu  lian injal lima meni aji”teriaknya lalu mengulum bibirnya.hahaha…speerti kebiasaan master Juna. Hahay… Saat presentasi makanan di mulai, maha lalu berteriak.
“ibu mau mam” katanya. Saat begitu, aku tidak akan menunggu dua kali, aku langsung bergegas mengambil makanan di dapur, dan menuju dia yang masih sedang berdiri ngangkang di depan tivi.
“ammi…maju! Aku yang ingin menyuapnya, menghentikan tanganku di depan mulutnya yang masih mengoceh. Ia membuka mulutnya, lalu mengunyah dan menganggu-angguk.
“ena’” katanya. Aku tertawa, aku  baru sadar, jagoan kecilku ini seolah ingin merasakan hasil masakan para kontestan langsung hingga menyuruhku mengambil makanan. Dan jadilah, momen ini kumanfaatkan. Setiap suapan kuberi nama,
“ini, masakannya Lucky, Master.., “ ia membuka mulutnya, mengunyahnya. Aku bertanya
“bagaimana, master?”
“enak” katanya…dan begitulah suapan demi suapan, yang bernama masakan si Agus, Santiana, Prisil, , Rahmi dan Lucky berulang-ulang hingga nasi di piringnya tidak lagi bersisa. Keren betul anakku ini, membawaku masuk dalam dunia besarnya, membawaku terbang bersama imajinya. Santap ala master Chef yang keren.
 Tapi yang membuatku bahagia tidak terkira, ia makan dengan begitu lahapnya hingga nasi terakhir. Dan, besoknya lagi santap ala Master Chef, masih mujarab. Kali ini bersama partnernya dede Aira yang ia katakan sebagai “Master Chef Marinka”. Walau pagi ini, ala master chef tidak lagi mempan untuk membuka mulutnya, aku tetap bersyukur. Mungkin, sebentar lagi..siang nanti…atau malam nanti, imajinya akan melompat sana-sini, mengajariku untuk tidak berhenti menyerah akan dirinya yang sulit berdamai dengan makan.
Yah…bahagia memang sangat sederhana, saat aku melihatnya makan dengan lahap, saat aku melihatnya bisa tidur dengan nyenyak, atau saat ia berlari gembira di halaman rumah. Betapa bahagianya hidup ini, dipenuhi dengan hal-hal sederhana yang membahagiakan.

_ibuMahatma_
19 July 2011, pagi yang bimbang
…bersama maha yang membuatku selalu berbahagia…

Komentar

Postingan Populer