..cerita pagi ini...

Aku sering heran, saat melihat layar kecil di depanku ini, aku selalu kehabisan sesuatu untuk dilakukan, tepatnya untuk ditulis. Padahal, setiap hari kita melewati banyak hal yang patut untuk diceritakan. Tapi, kenapa bahasa tulis lebih bagi sebagian orang lebih pelit dibanding bahasa tutur.. itu untuku secara pribadi dan dalam waktu-waktu tertentu. Tapi kadang juga, di satu titik tiba-tiba kata-kata itu meburuku dan mengejarku hingga menuntun jemariku untuk menari lebih lincah di tuts-tuts kecil yang sangat sensitive ini.
Dan, pagi ini…setelah mengutak-atik jejaring sosial, menulis beberapa komen, memberi “like’ pada bebrapa status, menulis di wall mereka yang lagi merayakan hari jadinya, dan selanjutnya tentu memeriksa apakah komrad telah muncul. Setelah itu, tidak lagi ada yang baru, apalagi saat kutemukan komrad belum juga beraktivitas di jejaring ini, terlampau sibuk menikmati “hujan di rumahnya”. Waw..hari-hari yang indah tentunya..
Mencoba mencari inspirasi dari suasana yang kubangun, menyegarkan pikiran dan badan dengan bergayun-gayun air, lalu duduk di teras rumah, sembari memandang jauh ke jalan raya..adakah yang berbeda di sana sejak kemarin? Pasti ada. Tapi, aku tak merasakannya, aktivitas yang sama yang kulihat setiap pagi, motor dan mobil berlalu lalang, mengejar kepentingannya masing-masing, yang baru hanyalah bau ikan goreng yang entah dari rumah siapa yang pastinya bukan rumahku, baunya yang harum dan khas pagi-pagi telah menusuk perutku.
Selain itu, apa lagi? Maha dan aira saling menetawai diri mereka yang seolah membuat rumah di bawa mejaku. Mereka bermain dengan cara yang kadang tidak kumengerti. Kadang karena terlalu gembira, mereka saling kejar, aira yang kadang meletup-letup, biasanya mengeluarkan kegembiraannya dengan menggigit maha,setelah itu, tangis mulai terdengar kecil-kecil dan samakin lama semakin besar apalagi jika teguranku pada aira tidak bisa ia terima sebagai nasehat, tapi aira lebih melihatnya sebagai penolakan atas kreativitas bermainnya, dan jika sudah seperti itu, dia juga akan menangis. Dan suara tangis semakin keras.
Tapi, tidak lama setelah maha menutup tangisnya dengan kalimat “bu..mo aci payang ama palu-palu jiji ade (kasi parang sama palu-palu gigi ade)…, ih…ih…ade, janji” ancaman itu, cukup membuat tangisnya reda dan sakit bekas gigitan aira berkurang. toh…setelah itu mereka akan kembali bermain, tertawa, saling mengejar, saling bercerita, dan tidak jatrang membuatku mengerutkan kening, menaikkan suaraku lebih tinggi demi melihat ‘kreasi-kreasi” kenakalan mereka.
Yah..di sini di rumah ini, selalu menjadi pagi yang sibuk, rebut sekaligus menyenangkan. Rumah akan tenang lagi, jika mereka berdua atau salah satunya telah terlelap. Hari demi hari…selalu ada cerita yang ingin kuceritakan..
Tapi, hari ini sama beberapa hari yang lalu, ceritaku selalu buntu, tak menemukan ujung,..mungkin karena terlalu penat dengan hal-hal yang beberapa hari ini merebut semua konsentrasiku. Yah…kalo kalian tidak tahu,beberapa bulan ini kami membangun sekolah. Sekolah yang belum sepenuhnya ideal. Namanya English Home. Sebuah tempat belajar khusunya Bahasa Inggris untuk anak SD. Berkaca dari pengalaman, cerita orang, harapan banyak orang tentang sebuah tempat belajar di luar sekolah, kami memadukan semua itu dengan konsep pendidikan yang kami pahami. Jadilah, kami sulap sebuah rumah menjadi tempat belajar dengan konsep bahwa belajar bahasa Inggris bukanlah hal yang susah. Menguasai bahasa adalah hal yang mudah seperti kau menguasai bahasa Indonesia dan bugis. Kami ciptakan suasana belajar yang ceria, ruang belajar kami buat di kelilingi gambar-gambar yang menarik, kami sediakan library kecil dengan buku-buku menarik koleksi maha sejak umurnya masih enam bulan , di sana-sini kami buat semenarik mungkin dengan kemampuan dana dan pengetahuan yang aku miliki.
Dua bulan berjalan, kondisi pembelajaran, masih aman dan terkendali. Namun, ada sesuatu yang menjadi celah yang sampai hari ini aku tidak bisa baca. Sebagai penjual, aku tidak mengerti betul keinginan konsumenku di daerah Bone khusunya. Kalau komrad bilang “ pasar di bone “ mungkin belum mampu membaca dengan baik inovasi-inovasi yang kita berikan. Standarisasi konsep belajar yang kami jual, menurut komrad terlalu maju dan belum menyentuh kesadaran sebagian masyarakat di kabupaten apalgi jika harus distandarisasi dengan uang. Dan, aku hampir percaya karena harga yang kami pasang, menurut kami adalah harga yang murah jika kami dibandingkan dengan fasilitas yang kami berikan mengingat mereka kami jemput dan kami antar pulang ke rumahnya. Ya…akhirnya saya harus membicarakan “nomina”, bagaimana tidak? Sebagian dari murid yang belajar bersama kami, harus terhenti pembelajarannya karena orang tuanya tidak lagi mau dan mampu membayarkan uang bulanan. Andai kami bisa menggratiskannya….
Ditambah lagi, beberapa hari setelah liburan minggu lalu, siswa terlihat lesu..mereka dijejali dengan berbagai kegiatan ekstra  yang menguras tenaga dan pikiran mereka. Sama sekali tidak kuperhitungkan, program yang harusnya kujalankan diawal liburan, mungkin akan kandas karena kesibukan anak-anak di sekolah menyambut hari kemerdekaan yang jatuhnya hampir sebulan kemudian, karena merupakan rutinitas tahunan dan keharusan dari sekolah,mereka tidak mungkin mangkir.
Yaah…kami harus selalu punya rencana-rencana taktis untuk bisa bertahan di tengah gempuran masalah yang kebanyakan di luar dari sistem yang kami buat.  Bukan hanya plan B, kami juga harus punya plan D, dan E. Dan, hal ini tidak mudah. Saat-saat begini, teringat saat mahasiswa dulu, saat berorganisasi, saat berkegiatan, masalah tidak pernah pergi. Hebatnya, dulu kita bekerja atas nama tim, jika kaki lemah, jangan khawatir, akan ada teman yang siap membopongmu untuk berjalan bersama. Dan semangat itu selalu kubanggakan, semangat berteman, semangat selalu ada untuk membantu yang lainnya. HIMAHI…TKU.., teman-teman di Pijar Imaji, di UKPM, dan semua yang mengajarkanku tentang  indahnya menjalin kekeluargaan tanpa harus sedarah. Dengan kemampuan yang berbda-beda, dengan pandangan yang beragam..masalah selalu mapu dikalikan nol. Yah…tiba-tiba merindukan kalian. Merindukan masa-masa itu.  Itulah indahnya bernostalgia, karena kamu tidak mungkin akan mendapatkan kisah yang betul-betul sama.
Tapi.., menjalankan sebuah usaha yang mandiri, independen, apalagi di bidang pendidikan di kota seperti Bone ini, adalah siap terjatuh untuk bangkit lagi, siap menangis untuk tertawa kembali. Dan kami_aku dan komrad_ telah siap untuk itu..betul tidak komrad??
(Hey…waahwaah ternyata, katanya nda bisa menulis tapi panjang ceritanya…)hehehe…

_ibuMahatma_
15  Juli 2011…
   

Komentar

Postingan Populer