Sederhana saja lah!

Mendengar kabar baik di pagi hari tentu menyenangkan karena sedikit banyak ia akan mempengaruhi mood kita seharian dalam melakukan aktivitas, dan begitu pula sebaliknya. Pagi kemarin, baru kutahu kalau seorang kawan di Jogja yang juga adalah front man band (atau ia sering menyebutnya ben2an, barely band, hahaha) yang satu tahun ini menghiasi playlist musik yang kudengar setiap hari memenangi lomba desain logo salah satu moda transportasi massal di Indonesia yang beberapa tahun belakangan sering bermasalah. Kubuka link KAI dan kudapati wajahnya berpose bersama direktur KAI dan pemenang cipta mars KAI. Hahaha…nampak imut dan sama sekali tak kelihatan wajah gahar seperti ketika beraksi dipanggung sambil menyapa dengan “ludah” kesana kemari…
Setelah mengucapkan selamat kepada kawanku itu di dinding akunnya, saya lalu mengirimkan link kabar kemenangan itu ke seorang kawan yang beberapa tahun belakangan ini jadi salah satu tempat saling berbagi pengetahuan mengenai selera desain meski kami berdua masih tergolong pemula. Tidak lama kemudian kawanku itu berkomentar dan komentarnya itu lah yang memaksaku harus kembali menulis lagi setelah berminggu-minggu ini enggan lagi kulakukan.
kayaknya tdk sembarangan juga kalo mau mencapai tingkat kesederhanaan seperti itu...”, begitu komentar kawanku di bawah link yang kukirimkan kepadanya. Sederhana, itu kata kuncinya. Oh iya, coba deh liat logo KAI yang baru di websitenya. Saat pertama kali melihatnya dua pagi lalu, yang pertama terlintas ya kata sederhana itu. sangat sederhana tepatnya. Sepotong komentar kawanku di atas setelah melihat desain logo yang kukirimkan, membawaku ke potongan-potongan adegan hidup yang pernah kulewati yang juga menerjemahkan hidup secara lebih sederhana.
Coba kuingat-ingat satu per satu. Saya selalu senang dan begitu konsentrasi mengikuti kuliah dua tiga dosenku di pascasarjana. Alasannya sedehana karena mereka selalu bisa menjelaskan banyak hal secara sederhana. Sekali lagi sangat sederhana. Tak ada yang dibuat ribet dengan alasan apapun. Tak pernah kuliat atau kurasakan ada niat untuk menggunakan kata2 susah hanya untuk menegaskan kasta yang tak penting itu. bahkan yang selama ini dianggap sukar seperti disulap menjadi begitu sederhana. ah, senangnya kalo bisa menerjemahkan banyak hal secara lebih sederhana. oh iya, tentu tak perlu kuberitahu kalau dosen-dosen yang tak enggan menyapa itu adalah jebolan dari universitas2 keren seantero jagad. Sederhana!
Lalu, ini mungkin selera masing-masing. Sejak dulu bahkan hingga kini dengan kualitas yang berbedatentunya..hehehe…saya selalu kagum melihat perempuan yang “berdandan” secara sederhana atau bahasa kininya minimalis. Ah, kita tak perlu berbebat soal “minimalis” ini karena toh sekali lagi ini soal selera. Tapi anda mungkin hampir semua setuju kalau Dian Sastro begitu manis di AADC yang tampil dengan begitu sederhana bahkan hampir nir –make up. Dan untuk urusan aspek keindahan yang satu ini, saya selalu teguh pendirian bahwa kecantikan dalam makna yang lebih substantif selalu berasosiasi dengan kesederhanaan. That’s why I choose her to become the mother of my children..hahahaha… Eits jangan reaksioner, sekali lagi ini urusan selera. Atau yang lebih serius sedikit, lihatlah pemimpin2 republik ini zaman dahulu yang memilih hidup sederhana bahkan sangat sederhana namun untuk urusan keseriusan mengelola republik ini jangan tanyakan. Dan tentu rentetan pemimpin2 keren yang juga menjadikan kosa kata sederhana menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tanpa dibuat-buat. Dan karena itu mereka dikagumi oleh kawan maupun lawan.

Dua pagi kemarin kuamini kalau capaian kualitas hidup sangat berhubungan dengan kesederhanaan yang kita suguhkan. Sekali lagi sederhana. Karena bukankah bahagia itu juga sederhana.


Watampone, 2 Oktober 2011

Komentar

Postingan Populer