…rindu maha…mengharu biru di awal hari…

Belum lagi genap sepekan keberangakatan bapaknya ke Jogja…namun maha mulai tak mampu menampung rasa kehilangannya. Drama pilu melepaskan bapaknya menurutku cukup menggambarkan betapa ia enggan kehilangan momen-momen bersama bapaknya. Buktinya…dua hari pertama saat pagi datang, waktu dimana ia dan bapaknya sering menghabiskan waktu dengan cara mereka berdua…bergulingan malas di kasur sambil bercerita tetek bengek hal-hal yang menggelikan, ia selalu bertanya seperti ini “ Bu…datangmi papa bebi k Bone?” yah dua hari berturut-turut ia menanyakan hal yang sama. Pikirku…karena sebelum berangkat kami selalu bilang..bapak bebi tidak akan lama, sebentar saja..dan setelah mendengar kabar kalau bapaknya sudah tiba di Jogja…ia langsung berkesimpulan bahwa bapaknya akan segera pulang..” kan cuma sebentar.” Mungkin seperti itu yang ia pikirkan. Dua sampai tiga hari pertama…setiap kali melihatku bercengkrama dengan laptop, ia meminta menelpon bapaknya via video call. Ia sempat marah karena saat video call pertama wajah bapaknya tidak kunjung kelihatan. Bagaimana tidak? Perangkat computer bapak bebi di kosan tidak di lengkapi kamera. Nah…untuk hal yang satu ini…bapak bebi harus lari ke bawah..ke kamar Om Sawing dan menggunakan fasilitas Om Sawing untuk melepas dahaga rindu anaknya…
Beberapa hari selanjutnya, maha mulai melanjutkan hidup. Bermain bersama dede aira, kakak Haikal, melewati sore di rumaha Tante Use, di rumah Zaitun, ikut ibu ke English Home, bercerita..membaca dan semua yang harus ia lakukan. Sesekali ia maish menanyakan bapaknya. Meminta hampir setiap hari untuk melihat bapaknya via video call. Dan menurutku itu lumrah..toh siapa saja akan merindukan bapaknya jika tak di sampingnya bukan?
Namun..dua hari yang lalu maha terserang flu akut. Ingusny meler terus keluar dari hidungnya yang belum bisa kelihatan mancung. Tapi..jangan sekali-kali menyebutnya  po’nya..Dia akan memperlihatkan penolakan secara histeris biasanya langsung dengan tangisan. Flu, kemudian batuk memperburuk kondisinya, tapi ia tetap bisa beraktivitas. Ia menyarankan dirinya dibawa ke RS. Saat kutanya kenapa hrus ke RS, “ kerena maha lagi sakit..liat ni Bu..ingus maha” aku tersenyum mendengar pengakuannya. Kutawarkan padanya  untuk meminum obat saja tak perlu bertemu dokter. Tentang kebiasaan  ke dokter ini, perlu dicatat untuk semua ibu yang punya balita. Sejak kecil, jangan membiasakan anak untuk berobat ke dokter. Demam, flu atau batuk level rendah, biasanya akan semubuh dengan pemberian obat luar saja, mislanya minyak telon..minyak kayu putih atau balsam. Makanya, kita tidak boleh panikan…sering membawa anak ke dokter akan mengakibatkan ketergantungan anak pada obat-obat kimiawi yang tidak terlalu bagus untuk dirinya kelak.  Dan kekebalan tubuhnya juga akan berkurang. Kecuali, jiak sekitnya telah lebih dari empat hari…dan upaya-upaya telah dilakukan di ruamah, barulah berkunjung ke dokter.
Masalahnya lagi…kunjungan ke dokter adalah biaya yang sangat mahal..perlu menabung untuk itu…hehehe…
Kembali ke maha, nah..karena tidak enak badan, maha sering rewel dua hari ini. Apalagi saat malam, tidurnya tidak terlalu nyenyak. Nah..semalam ia tidur  sangat gelisah. Beberapa kali mengigau. Badannya memang agak hangat, tapi aku sama sekali tidak panic. Maha sudah biasa seperti itu. yang buataku kaget…tiba-tiba pagi. Cahaya matahari telah masuk lewat ventilasi kamar, yang buatku terbangun maha menangis di ujung tidurnya. Tangisannya begitu pilu. Aku sontak langsung mendekatinya. Ia menolakku, menyuruhku pergi jauh dari tubuuhnya yang kudekap. Aku bertanya kenapa, dengan tangis ia berkata
“Nda mau ibu..pergi ibu…mana bapak bebi…” hmmmm…tiba-tiba pagiku berat terasa tentunya tidak lebih berat dari yang dirasakan jagoan kecilku. Sepertinya, semalam setelah bertemu bapaknya di layar 11 inchi itu, ia memimpikan bapaknya.  Dan jadilah..pagi ini ia membuka harinya dengan air mata rindu. Ak tidak bisa berbuat banyak, saat seperti itu maha akan lebih tenang, jika sama sekali tidak diganngu. Aku mecoba mendekatinya sekali dan ia menyuruhku pergi. Lagi, tangisnya makin kencang dan menusuk hati. Sambil memanggil bapaknya. Aku speechless.., di saaat begitu tidak mungkin kukatakan kalau bapaknya sedang sekolahlah, bapakanya lagi belajar, bapaknya ingin pintar supaya maha juga pintar..itu hanya akan menambah tangisnya. Lebih tidak mungkin lagi, jika harus menjaanjikannya hal-hal yang belum bisa kupastikan, misalnya kedatangan bapaknya. Itu artinya, menggali lubang masalah baru untukku. Aku duduk di sampingnya, menikmati tangisnya yang tidak juga surut. Ia memanggil bapaknya dan menyuruhnya pulang. Kutawarkan untuk menelpon bapaknya.
“Tidak…tidak mau telpon. Suru pulang aja! “ katanya dengan tegas dank eras di selai tangis. Kubiarkan ia merespi rindunya, aku toh sama sekali bukan obat mujarab untuk kehilangannya. He needs his father. Lama..dan ia masih menangis..kugendong ia ke teras, berharap angin pagi cerahnya matahari bisa membantunya menata pagi. Aku mulai membuka cerita. Kuharap itu bisa mengalihkan perhatiannya. Sama sekali tidak. Ia tetap meangis dan berharap bapaknya ada saat itu juga di hadapannya. Aku kehabisan akal. Pagi-pagi baru bangun dan aku sudah disuguhi dengan hal-hal yang berat.
Hampir sejam…ia menangis dipangkuanku, sesekali ia tertidur, tapi ia kadang tiba-tiba terkaget dan melanjutkan tangisnya. Semua coba turun tangan,. Mulai dari mama, sampai Tante Use. Akhirnya…sirine polisi berbunyi…dan tante use dapatkan clue untuk menngalihkan tangisnya. Perlahan tangisnya reda…sesekali sesenggukan. Kalau sudah begini, ia sudah bisa diajak beraktivitas. Dede aira mulai menjalankan perannya, ..pagi kami mulai lagi…dengan olahraga lari pagi di sekitar rumah, di bawah pohon bamboo. Senyum..tawanya mulai mengembang. Kutahu insiden haru pagi ini akan berkelanjutan jika tidak memberinya banyak aktivitas. Setelah mandi, kuajak ia ke English Home, bermain flashcard..dan segala aktivitas yang mengalihkan rasa rindunya. Namun kuperhatikan, disela tawanya, terkadang ia terhenti dan seolah-olah sedng memikirkan sesuatu.
Sampai tulisan ini kelar, maha masih menata hatinya. Kuyakin…kami, aku khususnya tidak punya ramuan mujarab untuk mengobati rasa rindunya. Toh..sepandai apapun aku ingin mengisi ketidak hadiran bapaknya, aku mashi jauh dari yang ia harapkan. Aku juga yakin…rindunya akan terus meluap..mungkin sesekali tak mampu ia bendung…tapi tak apalah, jika itu bisa mengurangi sedikit rasa rindunya. Dan bapak bebi, sepertinya aku punya saingan berat dalam hal ini. Akhirnya..ada orang yang mencintaimu lebih besar dari cintaku. Hahaha…Kalau aku mampu bersabar untuk jauh, mungkin si kecil ini tidak…so… just do your best..there! Tulisan ini, kuharap jadi cahaya untuk semangatmu yang harus selalu terang.  Untuk kami tentunya. Karena rindu anakmu ini, tidak akan berhenti hingga hari ini, entah besok apa lagi…??
“11.05..20 October 2011….”                  
Begitulah ia menerjemahkan rindunya….

Komentar

  1. Semoga Maha bisa menguasai rasa rindunya.. :)

    BalasHapus
  2. jadi blog ini project bercerita untuk Maha? wih, serius, keren banget !!! kalo udah besar Maha pasti bangga..

    Salam saya untuk Maha ^^

    BalasHapus
  3. iya mbak hana...blog ini dibuat sebagai proyek bercerita sederhana kami berdua (bapak dan ibu nya mahatma)untuk maha jagoan kacil kami...karena sepertinya agak susah kalo hanya mengandalkan ingatan untuk bercerita kepadanya kelak...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer