Efek Mandi Sumur

Sudah beberapa hari ini sejak saya kembali ke Jogja, jagoan kecilku maha selalu menanyakan kapan saya pulang dan kembali bersamanya. Saya selalu tak bisa berkata-kata kalau ibunya tiap hari memberi kabar mengenai pertanyaan-pertanyaan maha mengenai waktu kepulanganku. Dan hari ini, maha kembali mempertanyakan pertanyaan yang sama, “pulang mi papa bebi kesini ato tidak?” dan lagi tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari ibunya. Namun hari ini ada yang berbeda menurut ibunya. Saat Ibunya bertanya, “nda’ saying sama ibu?”, maha dengan tegas menjawab, “ama papa bebi sayang”. Bahkan beberapa hari setiap diberi pertanyaan “anaknya siapa ka ini?” oleh tetangga-tetangga yang coba menggodanya, maha tanpa ragu-ragu menjawab “anaknya papa bebi”. Mengetahui kabar ini, saya tak tahu harus berekspresi seperti apa. Apakah harus merasa bangga atau justru merasa sedih. Bangga karena maha menjadikanku sebagai yang nomor satu setelah selama ini ibunya menduduki posisi itu. Sekedar info, sejak maha sudah mulai bisa berbicara, maka pertanyaan-pertanyaan di atas akan dijawab dengan “ibu nhyta”. Dan jujur kadang saya merasa iri saat maha justru lebih banyak memberikan perhatiannya kepada ibunya apalagi semenjak saya melanjutkan kuliah yang membuat intensitas pertemuan kami berkurang. Atau saya harus bersedih karena jawaban-jawaban yang dilontarkan maha, saya sangat yakin adalah ekspresi kerinduan.
Liburan kemarin memang menjadi masa terlama saya bersama maha sejak melanjutkan kuliah. Dan kerinduan maha yang begitu memuncak beberapa hari ini kami diagnose karena keakraban kami berdua yang cukup lama sehingga semuanya begitu membekas dan tentu untuk anak seumuran maha agak susah dengan cepat mengakhirinya. Tapi diagnosa ini masih sangat umum karena bentuk keakraban kami selama hampir dua bulan ini dimediasi oleh banyak aktivitas. Mulai dari pagi saat saya menggodanya agar segera bangun karena jam di ponsel sudah menunjukkan pukul delapan pagi hingga saat saya membuatkannya sebotol susu untuk mengantarnya tidur sambil mendengarkan satu judul dongeng yang dibacakan oleh ibunya. Dan diantara itu, juga banyak kesibukan-kesibukan yang kami buat atau tepatnya kegilaan-kegilaan..hahaha…kami hampir tiap hari menyisihkan waktu untuk menggelar konser mini di depan ibunya. Kadang kami berdua memegang gitar dan sekaligus vokalis atau kadang pula saya yg menjadi drummer dan maha menyulap meja ruang depan menjadi keyboard dan tetap kami berdua menjadi vokalisnya. Terakhir kami berdua lebih sering mengulangi lagu optimis dari S.I.D Kuat Kita Bersinar yang oleh maha disebutnya sebagai lagu lompa’-lompa’. Istilah ini muncul karena saat pertama kali menirukan dan memperdengarkan lagu ini, saya lakukan sambil lompat-lompat a la rock star. Dan banyak kelucuan-kelucuan lain yang kami berdua perbuat dan tentunya seringkali melibatkan dede’ kecilnya Aira.
Nah, ada satu aktivitas pagi hari yang saat liburan kemarin hampir tiap hari kulakukan bersama maha. Dan memang aktivitas ini baru kulakukan dengan rutin saat liburan kemarin. Setiap pagi saat hendak mandi maha selalu minta untuk mandi di sumur. Atau kadang pula saat rasa malas mandi merajai maha, maka saya akan menggunakan iming-iming kenikmatan mandi di sumur agar ia mau mandi. Kalau tidak salah kebiasaan ini bermula saat suatu waktu PDAM mematikan untuk sementara aliran air karena sedang dilakukan pembersihan penampungan. Pilihannya saat itu mau tidak mau adalah mandi di sumur dan tak kusangka maha sangat menikmatinya. Bagaimana tidak menikmati, jadi mandi di sumur belakang rumah di Bone selalu menawarkan sensai-sensasi bagi mahatma. Sensasi mandi yang tidak konvensional. Mandi dengan menggunakan baskom plastik yang lebih sering dipakai untuk mencuci baju yang membuat maha merasa sedang berada di bath up sambil bermain-main dengan air. Membiarkan tubuhnya yang putih mulus diguyuri air olehku  yang membuatnya bergetar nikmat karena rasa dingin air tanah. Tapi satu hal yang selalu ia hindari, pakai shampo. Saat air kuarahkan ke kepalanya dia selalu meyakinkan bahwa ia tidak sedang dishampoi. “bukan ji shampo papa bebi?”, maha berusaha memastikan. Tapi saya tidak kehilangan akal dan kadang agak tidak memperdulikan penolakannya saat saya perlahan-lahan mengusap rambutnya dengan shampoo sambil terus mengguyurinya dengan air sedikit demi sedikit. Dan saat ia sadar bahwa rambutnya sedang diberi shampoo maka mulailah ia ber acting mengeluarkan rintihan-rintihan penolakan dan meminta itu diakhiri. “sudah mi papa bebi”. Dan setelah aktivitas pake shampo selesai maha akan kembali bermain-main dengan air dan membujurkan badannya di dalam baskom yang membuat air tertumpah banyak. “tambah airnya papa bebi”, begitu perintah lanjutannya. Maka akan segera kupenuhi lagi dengan beberapa kali menimba. Dan saat kurasa cukup ia kuangkat dan mengelap seluruh tubuhnya dan memaikannya baju dan celana. Tentu sebelumnya mengolesi badannya dengan minyak telon dan bedak serta tak lupa pengharum rambut. Dan saya dan ibunya maha selalu tertawa kalau setelah semua pakaiannya telah lengkap terpakai, mulailah ia menunjukkan rambutnya yang telah pakai shampo dan memberitahukan ke siapa saja kalau ia telah pakai shampoo dan tidak menangis padahal hampir seluruh Jl. Bajoe mendengar rintihan ketidaksetujuannya pakai shampoo. “bu mamma udah pake sampo nda’ nangis mamma ibu”, sambil melirik ke saya berusaha  mencari dukungan. Biasanya saya segera menimpali, “iyo tawwa ibu nda nangis mamma pake shampo”, hahahaha……….betul-betul bahagia. Dan tetap sederhana! Oh iya, setelah maha berpakaian lengkap di pagi hari, satu lagi yang paling senang kulakukan, meminta dia menciumku. Tanpa perlu diarahkan, mulailah ia mengarahkan kecupannya dengan teratur mulai dari dahi, kedua pipi, hidung, bibir dan terakhir dagu (disini ia selalu merasa geli karena harus bertemu jenggot kerenku…hahaha). Tapi diakhir kecupan ia selalu usil, karena seringkali sambil member kecupan ia juga mengeluarkan air liurnya alias cium basah, begitu ia menyebutnya. Dan ia tidak setuju kalau saya serta merta mengusap atau menyekanya….hahaha….
Mendengar maha terus bertanya kapan saya pulang tentu menyesakkan dada tapi ini semua tidak mungkin ditinggalkan. Dan wahai semua inspirasi, ketegaran dan keuletan segelaralah memenuhi tubuhku agar semua ini cepat kuselesaikan dan kembali segera bermain air tanah bersama jagoan kecilku mahatma.

Kini maha kembali ke mandi pagi konvensional, meski kegembiraan tetap ada disana!

Definitely miss you son!

Bantaran  X Code, 22 Oktober ‘11
S.O.D

Komentar

  1. Huaaa...menggemaskannya mi Maha
    serunya dih! jadi iri...hehhe...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer