HI FEST, semangat yang tak boleh mati!!

Saat itu, seperti kevakuman yang sering muncul setelah masa pengkaderan berlalu, yang biasanya semakin meruncingkan sekat-sekat angkatan yang akhirnya aku anggap sebagai masalah yang klise. Anca, yang saat itu menjadi pemegang kendali roda perjalanan HIMAHI, berinisitif untuk merintis sebuah event baru. Dan sebagai salah satu cara untuk menjawab ketidak seriusan beberapa pengurus, maka HI FEST disetujui untuk diadakan.
Awalnya HI FEST, adalah acara yang direncanakan sebagai acara dengan genre pensi ala anak SMU, yang sarat dengan hip-hip hura-hura, kletawa-ketawi, tidak tanggung-tanggung rencananya akan mendatangkan sebuah band baru yang kebetulan sedang promosi dan lagi digandrungi anak-anak muda, kalau tidak salah SAMSONS. Seperti biasa, dihampir semua kepanitiaan, bergeraklah si ketua dan beberapa panitia inti untuk menyukseskan HI FEST. Namun, singkat cerita, HI FEST yang saat itu menurutku tidak terkonsep, perlahan hanya menjadi bahan bicaraan yang memberi citra buruk pada himpunan.
Akhirnya, aku menawarkan ke anca sebuah kegiatan dengan nama yang sama namun dengan konsep yang begitu berbeda, agar ada riak yang kami perlihatakan pada teman-teman mahasiswa baru saat itu. SK ressufle, keluar, dan aku ditunjuk sebagai kordinator kegiatan HI FEST yang baru, aku meminta sepuluh orang rekan kerja pada Anca dari tiga angkatan yang berbeda, yang kuanggap mau dan akan membantu dalam kegiatan yang menurutku tidak main-main kala itu.
Seingatku, himpunan memberi kami dana awal sebesar 50.000, untuk proposal dan segala persuratan. Saban malam, bersama para senior-senior di Wesabbe C 20, HI FEST terus digagas menjadi sebuah FESTIVAL ANTI GLOBALISASI. Sebuah kegiatan yang kami harap mampu membuka mata banyak orang tentang globalisasi, yang kami kemas dengan sederhana bahkan sangat sederhana. Dan mulailaah kami bekerja, kami mencoba menggalang sebuah LSM yang konsern dengan issu yang sama, mengumpulkan data, gambar, foto, keterangan apapun tentang globalisasi, yang kami lakukan hampir tiap hari di Wesabbe, di temani gorengan dan es teh. Hampir tiap sore. Perlu aku ingatkan, kami belum punya dana saat itu, uang ke warnet terpaksa harus dirogoh dari kantung kami masing-masing maklum saat itu Unhas belum punya Hot Spot.
Karena globalisasi saat itu, sesuatu yang dianggap wacana yang berat, maka kami mencoba mengemasnya dengan bahasa sederhana, kami meramu kembali dengan kata-kata kami sendiri, rapat berulang-ulang, berdiskusi tak jemu-jemu, bahkan mungkin kami bosan bertemu hampir tiap waktu dan membicarakan yang itu-itu juga. Hingga akhirnya, minus 1 minggu, kabar gembira datang, proposal kami terjawab dan tentunya dikucuri dana yang menurut kami sangat banyak.
Semangat yang sempat kendor, akhirnya menyala lagi, kami kerahkan tim-tim kreatif untuk mengundang hampir seluruh kelompok seni di tiap kampus di makassar, kami mengundang LSM-LSM untuk berpartisipasi dalam pameran. Semakin hari kami semakin sibuk, intensitas pertemuan antar panitia pun tak terhitung lagi, aku bahkan menyarankan beberapa panitia untuk tidak masuk kuliah. Hahaha.
Hari H hampir tiba, kuingat 2 malam menuju hari H kami menginap di kampus. Tauhid (2005) dan Rido (2004)di bantu Ruli, mengerahkan seluruh imajinasinya untuk dituangkan dia atas kertas keras yang nantinya menjadi daya tarik yang paling besar. Data-data yang telah kami olah dipajang di 6 buah gamacca yang kuharap masih ada sampai saat ini. Kami dibantu teman-teman Kelautan mengangkat trap untuk panggung yang super duper beratnya minta ampun, hingga pukul 4, Achieve seorang teman di kelautan membantu memasang kain keras sepanjang entah berapa meter, yang telah penuh gambar dan tulisan-tulisan ala tauhid. Dan jadilah HI FEST di baruga, 2 April 2005.
Pagi begitu menegangkan, tak banyak yang melirikkan matanya. Hingga pukul 10 pagi, pembukaan di mulai. Aku berinisiatif mengerahkaan massa dari peserta mata kuliah Globalisasi yang dipegang K Agus, satu-satu orang mulai berdatangan, baruga dipenuhi orang, apalagi ketika pertunjukan dari beberapa teman-teman kelompok seni mulai dipertontonkan.
Bernostalgia, yah, begitulah! banyak yang terlewatkan dari cerita di atas. Yang aku ingin bilang. Bahwa HI FEST, kita bangun dari ketidakpuasan kita akan wajah dunia yang semakin hari semakin buram bahkan di sekitar kita, mungkin di himpunan juga begitu, HI FEST lahir dari semangat bahwa bukan uang, bukan tenaga, tapi semangat untuk melakukan sesuatu, memberi tahu seseorang tentang sesuatu, membelalakkan mata kita bahwa sedang terjadi sesuatu di sekitar kita, dan kita tidak boleh diam. Semangat itulah yang ingin selalu dibagi lewat HI FFEST juga kegiatan-kegiatan lainnya. HI FEST bukan sebuah kegiatan yang akhirnya hanya menjadi rutinitas dan dipaksakan untuk exist. Dan satu yang palig utama, HI FEST tenyata merekatkan hubungan kami para panitia, pengurus, dan senior-senior yang tak pernah lelah ditanyai.
So.., selamat ber HI FEST. Semoga semangat HI FEST tetap hadir di sekitar kita, untuk HIMAHI dan tentunya untuk kehidupan yang lebih baik. Chayyyo….          

Comrade….

mamamaha

(surat untuk kawan-kawan panitia HI Fest 2009, Himahi Fisip Unhas) 

Komentar

Postingan Populer