rasa pada bola...
Dengan segala yang
pernah saya lalui sampai hari ini, saya percaya diri tumbuh menjadi pribadi
yang tangguh. Bahkan kerap terlalu keras terhadap diri sendiri. Saya jatuh tapi
tidak butuh waktu lama untuk bangkit lagi. Saya optimis menjalani hidup, bahkan
seringkali over optimis. Saya selalu berprasangka baik terhadap semesta. Saya tidak
terlalu peduli pada pendapat orang lain, selama saya jalan pada jalur yang saya
percaya benar, saya tidak akan terlalu mengurusi hal lain, apalagi pikiran
orang lain. Tapi saya terbuka pada kritik dan saran, mengakui saat berbuat
salah dan tidak pernah merasa sulit akan hal itu. Sedikit banyak dari yang saya
punya ini, saya harap dimiliki oleh maha yang selalu tampak rapuh saat
menghadapi masalah-masalah kecil. Menyekolahkannya di sekolah negeri dengan
ragam tipe anak yang mengelilinginya, menurutku memberikan pekerjaan rumah yang
cukup berat untukku. Tapi saya percayai akan membuatnya lebih peka dalam
menyelesaikan dan menjawab pertanyaan. Toh sekolah bukanlah tempat yang aman
dari insiden-insiden.
Maha dan yang rapuh di dirinya,kami sepakati berasal dari
komrad. Komrad mengakui dirinya sangat rapuh dalam beberapa hal. Tidak akan
kelihatan, jika kamu hanya mengenalnya sekilas atau di permukaan saja. Apalagi
jika kamu tahu dia dari forum-forum terbuka, suaranya yang lantang dan
meyakinkan akan semua kata yang keluar dari mulutnya, sama sekali berbanding
terbalik dari sisinya yang kadang feminim. Apalagi jika sempat mengenalnya
bertahun-tahun lalu, dia adalah pribadi tangguh yang menghabiskan waktu di
ruang diskusi dan berakhir dengan kemarahan-kemarahan pada rezim yang ia
teriakkan di jalan.
Dia lebih mudah tersinggung dibanding saya. Dia sangat perasa
dan dalam kasus tertentu dia bisa merasa kasihan pada dirinya walau ia sudah
mengusahakan banyak hal. Air matanya lebih mudah menetes saat ia merasa terharu
akan sesuatu. Namun, dia fasih menahan emosinya. Dan menurutku itu tidak terlalu
bagus. Dia punya kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya. Dia lebih banyak
memilih menjadi passif.
Namun ada satu hal dimana komrad tidak bisa menjaga
emosinya, adalah saat menonton bola. Saya melewati banyak pertandingan bola
bersamanya. Mulai dari liga Indonesia, Liga inggris, Eropa, COPA, hingga perhelatan
Piala Dunia. Dia memang tidak kelihatan terlalu antusias, tapi dia mencintai
bola sangat dalam. Saya yang yang tidak terlalu punya passion terhadap olah
raga ini, hanya senang menemaninya menonton. Dia menjawab setiap pertanyaan
saya tanyakan perihal pemain, perihal aturan permaianan atau apa saja. Dia
menjawabnya dengan ikhlas. Saya lebih banyak tertidur saat menonton bola
bersamanya. Atau sesekali memberi komentar yang tidak penting, tapi dia selalu
menghargai saya di dekatnya. Sejak Piala Dunia 2005. Dia lebih senang menikmati bola sendiri, karena
dia selalu tidak siap jika tim yang didukungnya kalah. Karenanya, dia lebih
senang nonton bersama saya, karena saya akan senang saat timnya menang dan akan
menghiburnya jika timnya kalah. Sesimple itu.
Nah, bulan ini adalah bulan bola. Euro dan Copa dihelat hampir
bersamaan. Komrad memiliki tim andalan di semua liga. Liga Itali, Liga Inggris,
pila Eropa, Piala Amerika, tapi menurutku tidak ada yang lebih dia cintai dari
Argentina. Saya lupa apa yang membuatnya mencintai tim bola ini. Dia pernah
menceritakan hal itu. Pagi tadi Argentina dan Chili memperebutkan piala
kemenangan. Sejak pagi, komrad sudah menongkrongi tivi. Sengaja maha saya minta
untuk mengalah pagi ini. Saya berbisik padanya..”bapak bisa nangis kalau saja dia
melewatkan pertandingan ini.” Dan maha mengerti. Komrad sudah punya feeling
buruk akan pertandingan ini. Dia berangkat ke kampus sebelum satupun gol dicetak
kedua negara itu. Saya tahu betul, dia sedang tidak oke-oke saja. saya tidak
berlebihan saat mengatakan itu. Inilah momen dimana komrad terlalu baper dan
saya menikmatinya. Inilah saat dimana komrad melepaskan emosinya tanpa perlu memperdulikan
orang lain. Hanya pada bola. Dan, siang harinya saya melihat status beberapa
teman tentang kekalahan Argentina. Saya tersenyum dan menayakan padanya. Saya tahu
dia ssudah bersiap. Namun, walau sudah bersiap ternyata dia tetap merasa hari
ini berjalan buruk.
Satu kekalahan lagi. It’s ok. Sebagian hidup adalah tentang
menerima kekalahan.
22 Ramadhan
ibumahasuar
Komentar
Posting Komentar