....
Memiliki anak, ibaratnya seperti menggenggam pasir waktu. Semakin
kau lihat ia besar, semakin sedikit waktumu bersamanya.
Membawa anak ke mana-mana menurutku adalah hal teraman untuk
menjaga mereka. Baik maha maupun suar, sejak kecil mereka selalu mengikut
kemanapun saya pergi. Pertama, karenaa mereka tidak tahu sama sekali
menggunakan dot hingga usia lebih dari dua tahun. Membawa mereka kemanapun,
bukan tidak merepotkan, tapi itu seperti upaya kecil yang kami lakukan sejak
dini untuk mengenali segala yang bapak ibunya lakukan di luar sana. Memperkenalkannya
pada orang-orang yang dikenal bapak dan ibunya, memperlihatkan mereka
aktivitas-aktivitas yang sering kami lakukan. Selain itu saya memang sangat
berat melepas mereka diawasi oleh orang lain, apalagi sebelum mereka berusia
dua tahun, bahkan oleh bapaknya sendiri. Itu bukan hal yang bagus, menurutku. Tapi,
saya tidak bisa mengontrolnya.
Saya memiliki kecemasan berlebihan sejak memiliki anak. Baru-baru
ini saya menyadari itu adalah salah satu bentuk sakit jiwa. Memang bukanlah
sesuatu yang wajar. Rasa cemas berlebihan adalah manifetasi ketakutan akan
kehilangan, yang juga sama dengan menihilkan kepercayaan pada Sang Maha
Penjaga. Jika jauh dari maha dan suar saya selalu menciptakan ribuan “andai dan
jika” dalam kepala. Menurut mama itu adalah bentuk ketidakikhlasan saya pada
semesta. Betul, sekali. Perkara ini,saya mungkin bisa meneladani mama. Kami tumbuh
tanpa dibayang-bayangi rasa cemas darinya. Dia cukup tahu kami kemana, untuk
apa, setelah itu dia melepaskan kami.
Sikap mama yang dinilai terlalu toleran terhadapa kami
anak-anaknya, seringkali dijadikan boomerang oleh semua orang atas segala yang
terjadi atas kami. Mama dijudge terlalu lembek setelah kami mulai dewasa. Mama jarang sekali memberi nasehat, apalagi
nasehat keagamaan. Satu-satunya yang selalu ia ingatkan, adalah shalat. Selebihnya,
dia percaya penuh pada kami. Pada semua pilihan-pilihan kami. Dia percaya, kami
akan bangkit setelah jatuh saat pilihan kami salah. Dia tidak pernah
mengintervensi cara belajar kami. Sejak memasuki usia remaja, mama hampir tidak pernah memarahi kami dalam arti yang sebenar-benarnya. Saat saya menyatakan akan tinggal serumah bersama
senior dan teman-teman laki-laki, dia mengiyakan. Menurutnya, akan lebih aman
jika tinggal bersama laki-laki. Mereka akan menjaga saya sepenuhnya.
Sekarang, maha sudah beranjak besar. Lewat 7 tahun. Dan dia
selalu tampak masih kanak-kanak di hadapan saya. Dia tidak lagi terlalu senang
ikut kemana pun kami pergi. Semua orang yang melihat kami dengan formasi yang
tidak lengkap, mereka pasti sibuk mencari tahu. Maha jika punya pilihan untuk
tidak ikut, dia pasti akan memilih untuk tidak ikut. Tetiba saya berpikir tentang pasir waktu itu. Betul
sekali, semakin ia menggunung dan membesar, sisi lain ditinggal habis. Saya pastikan,
semua ibu tidak ingin merasakan hal
tersebut.
Yah….entahlah. Saya tetiba terbawa perasaan dan tidak
menemukan apa yang harus saya tulis hari ini.
20Ramadhan
ibumahasuar
Komentar
Posting Komentar