"kecuali kecuali" baru dalam nadafiksi
Hampir seminggu ini, telingaku
memilih Nadafiksi di pagi hari. Untuk urusan mendengarkan musik, saya memilih
pagi hari untuk menikmatinya. Seperti menemani memulai rutinitas. Dan biasanya,
jika menyukai suntikan semangat dari satu karya, saya tidak akan melepasnya
dari pemutar CD. Salah satu kriteria musik pagi yang akan membahana di rumah
sebelum dua lelaki kecil itu menikmati deretan film kartun adalah mereka harus
memantik semangat.
Harusnya Nadafiksi dan beberapa
genre folk lainnya tidak masuk dalam deretan lagu pagi di rumah ini. Bukan
karena mereka tidak memantik semangat,tapi kebanyakan saat menikmati folk di
pagi hari membuat saya melupakan semua yang harus saya kerjakan. Tapi saya
tiba-tiba memberi banyak pengecualian
pada band asal Bandung ini, Nadafiksi. Ada sesuatu dalam sembilan tembang dalam
Teorema yang seperti memanggilku pulang.
Bukan seperti bisikan masa lalu, dia seperti masa yang tidak pernah kudatangi
tapi begitu kukenal. Yah, seperti mengajak berkelana dalam imajinasi yang
sering kubangun sendiri. Dominasi
bebunyian tiup yang sangat kental juga memberi nuansa indah tersendiri. Jika,
dalam banyak kasus saya menandai lagu kesukaan dari lirik yang utamanya
menggunakan Bahasa Indonesia, saya justru tahu bahwa saya akan jatuh cinta pada
Nada Fiksi sebelum saya membaca lirik lagunya. Satu pengecualian lagi. Dan
beruntungnya, semua lagu menggunakan bahasa tercinta ini. Entahlah, memiih
bahasa Indonesia dalam lirik lagu menurutku sesuatu yang berani. Jika lirikmu
tidak betul-betul kuat, menurutku mengurangi standardisasi yang kubangun
sendiri. Tapi saya bahkan baru membaca lirik-lirik Nada Fiksi sebelum memulai
tulisan ini. Dan saya tidak kecewa tentunya.
Nada fiksi memikat indra dengarku
awalnya. Dan itu adalah hal yang jarang terjadi. Pengecualian lagi. Alunan
musiknya sangat kaya namun tidak sesak ditelinga. Tetap lowong seolah memberi saya
ruang untuk berhenti dan menikmatinya lalu mengalun bersamanya. Beberapa
nomor lagu mengingatkanku akan lagu lawas, sesekali mengajakku serupa berada di
belahan Asia yang lain, dan nuansa spiritual juga terasa jelas. Bunyi-bunyinya
kuat namun tidak memekakkan. Vocal Dwi
Kartika Yuddhaswara yang tenang dan
Ida Ayu Made Paramita yang kuat membuat
paket ini menjadi salah satu paket musik
yang komplit.
Dan pagi ini, aku kembali menikmatinya.
Biasanya aku menikmati satu musik yang sama hanya tiga hari berturut-turut,
namun nadafiksi telah hampir seminggu menyapa pagi kami. Pengecualian lagi. Mengingat banyak pengecualianku pada Nadafiksi,
aku menyadari bahwa kita melakukan banyak pengecualian-pengecualian dalam
hidup. Saya tidak suka susu, kecuali itu berasa coklat. Saya harus bangun lebih
pagi, kecuali hari Sabtu dan Minggu. Maha dan Suar boleh menonton, kecuali di
hari Jumat. Dan banyak pengecualian lainnya di hari-hari yang saya jalani.
Pengecualian membuat hidup lebih berwarna. Ia seperti menyatakan bahwa pilihan
tidak seharusnya terpatron dalam satu
lajur saja. Ada kemungkinan kamu akan melihat yang lain. Lalu membuat
pengecualian. Namun, jika terlalu sering saya takut itu bukan lagi
pengecualian.
Tapi, untuk urusan musik, saya
mungkin membutuhkan “kecuali-kecuali” yang baru. Yang mengejutkanku, yang
membuatku lebih hidup jika mendengarnya. Yang menyuntikkan sesuatu dan
memberikan warna baru dalam hari yang kujalani.
Setidaknya saat aku mendengarnya, semua rutinitas pagiku menjadi lebih
terasa menyenangkan. Seperti Nadafiksi, nadanya membangkitkan imajinasi yang pernah
kukenal, atau mungkin membangkitkan memori
yang kuharap pernah terjadi. Sedikit aneh, karena saya belum menemukan
kata yang tepat untuk keseluruhan suguhan yang saya nikmati pada Nadafiksi.
Saya menikmati setiap nada yang mungkin fiksi tapi dia nyata. Kamu bisa
merasakannya. Dan siapapun yang membacanya dan punya rencana membuat event,
seharusnya Nadafiksi layak kalian undang.
Mei 2016
ibumahasuar
Komentar
Posting Komentar