komrad tidak akan behenti...

Komrad tidak pernah meyakini dirinya bisa berhasil dalam memimpin. Semua tampuk kepemimpinan yang pernah ia duduki adalah perihal “menjaga” harapan orang lain padanya. Satu-satunya keputusan berani yang ia ambil adalah menjadi pimpinan keluarga. Dia selalu menyadari bahwa banyak hal yang tidak ia miliki untuk menjadi pemimpin yang baik.  Dia memili ide yang melimpah di kepalanya, namun susah menjabarkannya pada orang lain. Dia punya kesulitan membuat tahapan rencana dan sangat berat memberi pekerjaan pada orang lain. Dia tidak bisa berhasil dalam kerja kerja kelompok. Salah satu bentuk egoism yang laten.
Menyadari betul akan hal itu, komrad menemukan alternative yang bisa melatih dirinya untuk melakukan kerja-kerja kolaborasi. Komrad lebih senang bergerak aktif dalam paguyuban-paguyuban, kelompok-kelompok kecil,  yang diinisisasi dengan kesadaran orang-orang di dalamnya ketimbang menjadi figure utama dalam sebuah kelompok besar. KBJ, mungkin salah satunya. Sebelumnya, dia pernah banyak membuat kelompok-kelompok diskusi dengan teman-temannya, kelompok-kelompok budaya. Saya ingat betul, bagaimana komrad menularkan semangat, membiarkan idenya meliar,  di awal-awal membangun KBJ. Dia tidak pernah berhenti memikirkan apa lagi, apa lagi, apa lagi. Beruntungnya, semua kami di lingkaran kecil KBJ bisa menerjemahkan idenya dengan hampir sempurna. Dan dengan cepat, merealisasikannya dalam bentuk kerja-kerja yang melibatkan banyak orang melibatkan banyak kelompok. Karena dia tidak pernah bisa mengeksekusi semua yang ada di dalam kepalanya. Biasanya, di situlah saya berperan. Menurutku, komrad beruntung memiliki saya...hahaha.
Komrad tidak senang menjadi sorotan, tidak siap dengan pendapat orang lain akan dirinya, dia tidak berani mengakui saat orang lain menemukan cacatnya. Dia terlalu memprhatikan pendapat dan perasaan orang lain. Dibalik semangatnya yang berapi-api, dibalik langkahnya yang cepat, dibalik suaranya yang lantang, dia pribadi yang  rapuh, dan sayangnya kepribadian itu menurun pada sulung kami, mahatma. Mengetahui itu, komrad sejak lama mengantisipasi agar maha tidak memiliki sisi “buruk”itu. Kami membuka kemungkinan bahwa buah jatuh tidak selalu dekat dari pohonnya.
Dan, hampir 3 bulan ini, komrad resmi menjabat Ketua Program Studi di kampusnya. Jabatan ini pernah beberapa kali digadang-gadang akan diberikan padanya. Tapi, selalu berhasil ia tolak. Ia tidak pandai berurusan dengan hal yang berbau “basa-basi”. Sementara pemimpin di bangsa ini, membutuhkan  banyak factor eks yang sama sekali tidak ia miliki. Namun alasan itu, kali ini tidak lagi manjur.  Ia terlanjur berkomitmen, dukungannya terhadap Dekan yang juga sudah seperti kakak kami sendiri, mengharuskannya untuk terlibat langsung. Tentunya ia tahu betul, bahwa “merebut” kekuasaan adalah upaya untuk melakukan perubahan. Dengan harapan itu, dia dan akhirnya saya menganggukkan kepala. Ini bukan juga hal mudah untuk saya.
Lalu, komrad mulai mengumpulkan semagat, menumukan gairah, dan menemukan apa yang harus ia lakukan. Seperti di awal membangun KBj. Tidak akan sesulit yang kata takutkan tapi tidak pun semudah yang kita harapkan. Ritme hidup kami mulai berubah. Mulai dari rutinitas pagi, sampai rencana-rencana masa depan. Seperti biasa, kami akan menyusun ulang mimpi-mimpi. Mengubah tahapan, membuat rencana.
Komrad mulai kerja dari bawah, bertemu dengan mahasiswa, teman-teman dosennya , menampung harapan dan memetakan masalah,  lalu menyusun banyak rencana. Saya kembali melihat gairah di matanya. Dia memulai dengan hal-hal kecil, membangun kepercayaan diri, membangun iklim belajar. Menghidupkan jurusan, mendirikan laboratorium  HI untuk selanjutnya menjadi wadah menyelenggarakan banyak hal, mengajak orang untuk bekerja sama, mengajak banyak orang untuk membagi ilmu dengan mahasiswa-mahasiswanya. dia melakukan segala hal yang serupa ia lakukan saat membangun KBJ. Dia memporsir seluruh tenaganya. Bedanya, diawal-awal, dia masih nampak terbebani, kaku dan takut melangkah. Saya selalu mengingatkan bahwa tidak mungkin memuaskan semua orang. Komrad harus berani memetakan sikap, jelas tujuan dan sasarannya. orang akan menyukai atau mengkritik. Selama yang dilakukan jelas landasannya secara ilmiah pasti bisa dipertanggungjawabkan. Bulan pertama adalah bulan-bulan yang berat. Dia kerap tampak kelelahan, emosinya labil,  saya seringkali menggerutu akan sikapnya yang tidak santai.
Bulan kedua, dia mulai menemukan ritme kerja yang nyaman. Seperti biasa, komrad mengandalkan jejaring yang ia punya untuk mewujudkan banyak kerja-kerja di jurusannya. Ia mulai mendorong atau kerap memaksakan untuk melibatkan mahasiswa-mahasiswanya. Sesekali mereka memang harus dipaksa belajar.  Lalu tiba bulan lalu, bulan yang dipenuhi kerja-kerja administrasi. Kerja-kerja yang tidak begitu ia senangi. Jurusannya akan divisitasi untuk akreditasi. Dia bekerja siang malam. Dia meminta saya memberinya banyak ruang di minggu-minggu itu. Ruang dimana saya dan anak-anak sebaiknya sedikit menjauh. Komrad dan sejawatnya melewati minggu berat itu dengan  memuaskan.
Beberapa hari lalu, dalam perjalanan komrad menyatakan “ Ternyata menjadi seperti sekarang ini tidak seberat yang kita bayangkan. Kita bisa melaluinya dengan baik.” Saya tersenyum bangga. Komrad masih selalu khawatir akan melakukan kesalahan-kesalahan yang sama saat memimpin, dan berujung kegagalan. Memutuskan untuk menerima jabatan ini adalah salah satu upayanya untuk  tidak berhenti menguji dirinya.  Untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Dan, finally “komrad, kamu  telah melewati tiga bulan pertama sebagai ketua prodi sekaligus bapak dan suami dengan nilai cumlaude. Tapi percaya saja, nilai itu tidak akan kamu dapatkan tanpa saya di sisimu.”
Dan tidak akan terhenti sampai di sini….

7 Ramadhan
ibumahasuar    

Komentar

  1. So sweet saii... denganmu semua jadi indah.. sukses selalu dlm meraih cita dan cinta amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer