dari komrad tentang bapak...

Dalam diamnya, maha menyimpan bergunung-gunung rasa ingin tahu. Dalam sikapnya yang tenang dan kerap malu-malu, dia selalu penasaran akan sesuatu. Dia sangat antusias dengan kehidupan pribadi seseorang, tentang ayahnya om ini, tentang ibunya om itu, tentang saudara-saudaranya om dan tante yang sering berkunjung k rumah. Ia senang mendengar cerita tentang keluarga orang yang ia kenal. Makanya, jika sudah merasa dekat, maha tidak akan segan-segan bertanya langsung pada yang bersangkutan. Ia suka mendengar,sebenarnya sangat suka.

Dia senang mendengar bapaknya bercerita tentang masa kecilnya yang tanpa atau diberi bumbu. Lalu mengkonfirmasi pada neneknya. Maha senang mendengar kegagalan-kegagalan masa kecil bapaknya yang ternyata bisa maha lalui dengan berani. Ke dokter gigi misalnya, ia sangat bangga saat tahu betapa bapak sangat takut akan dokter gigi, sementara maha melaluinya tanpa sedkitpun air mata. Dia akan tertawa terbahak sambil mengejek jika neneknya mengulang cerita itu. Maha senang mendengar kisah masa kecil bapak, masa kecil ibu dan tante-tantenya, maha senang mengulik masa lalu.  Beruntungnya, bapaknya adalah seorang pembicara handal.

Salah satu topik favorit mereka adalah cerita tentang kakek maha. Kami yang tidak sempat berjumpa dengaannya, hanya mengenalnya melalui cerita bapak dan neneknya. Sesekali dari Tante Faj atau Tante Ni’ma. Saya sendiri tidak sempat bertemu dengannya. Kali pertama melihatnya, tepatnya hanya melihat punggungnya, saat itu dia sedang tertidur, dan saya tanpa babibu langsung membuka kamar. Dia tidak berbalik. Saat itu, tahun 2004.  Seingatku, dia sedang melakukan medical check up di Makassar. Kedatangannya selanjutnya di Makassar, yang untuk tujuan yang sama, juga adalah hari dimana usianya ditutup. Kisah kepergiannya salah satu kisah yang menggetirkan apalagi untuk komrad yang menghadapinya sendiri kala itu.  

 Sayang sekali, saya tidak pernah bertemu dengannya. Dari banyak cerita, kakek maha adalah orang yang sangat tegas. Dia termasuk salah satu pemuka di kampungnya. Sejak muda, dia merantau ke Makassar dan tinggal dengan pedagang-pedagang dari India. Menjual batu, emas, perhiasan, di sekitaran Nusantara sana. Saya tidak jelas, bagaimana selanjutnya ia pulang kampung dan menjadi seorang PNS di jajaran Kementerian Agama di kota Kendari. Segala yang ia peroleh di usia muda, membuat banyak keluarga di kampung yang percaya padanya. Hampir semua, kemenakan, sepupu-sepupu komrad tinggal di rumahnya saat sekolah atau kuliah di Kendari. Jika mendengar cerita- cerita mereka, kakek maha bisa dibilang menggunakan lebih banyak kekerasan saat mendidik mereka. Dia selalu marah dan sangat disegani.

Namun, kakek sangat menyayangi anak kecil, menurut komrad. Komrad selalu membayangkan, jika kakek masih ada, entah bagaiaman ia memperlakukan maha dan suar. Hubungan komrad dan kakek adalah hubungan bapak dan anak seperti kebanyakan. Kakek seorang yang piawai melakukan semua pekerjaan dari yang sifatnya akademis sampai yang membutuhkan otot. Kakek suka membaca dan meninggalkan banyak buku di rumah yang masih disimpan rapih hingga kini oleh nenek. Kakek juga suka menulis. Tulisan bapak dan tante faj yang bagus tiada tara itu, konon adalah turunan dari kakek. Dia pintar menggambar dan jago mengolah bahan makanan di dapur.

Nah, cerita ini adalah yang paling sering diulang komrad sejak pertama kali saya mengenalnya. Kakek yang pernah tinggal bersama orang India dan orang Arab punya kemampuan memasak yang jauh di atas rata-rata. Saat jamuan besar, saat arisan keluarga, saat lebaran, kakek selalu menjadi chef utama di rumah. Memasak berbagai jenis makanan yang selalu terdengar lezat dari cerita komrad. Saat komrad bercerita, dia seperti mengecap, melihat dan merasakan makanan itu. Dan saya hanya bisa, menampakkan wajah aneh karena tidak bisa membayangkan bentuk makanan apalagi membayangkan rasanya. Saat Ramadhan, kakek yang selalu lebih banyak mengambil alih dapur. Dia memasak semua makanan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Beberapa kali komrad berusaha melakukan hal yang sama. Tapi, selalu gagal.

Kakek menurut cerita komrad, juga sangat senang bercerita seperti dirinya. Komrad sejak dulu sekali, sangat senang bercerita tentang kakek maha. Padaku, dan sekarang pada maha. Suar seperti biasa, tidak bisa diam terlalu lama untuk mendengar cerita apapun. Menurutku, begitulah cara komrad mengobati rasa rindunya pada kakek maha. Dengan menjaganya untuk selalu hidup di sisi kami. Menjaga agar kenangan-kenangannya bersama kakek maha tetap hidup. Seperti saat bapak masih berada di sisinya.
Dan maha sekali lagi adalah pendengar yang baik, dia akan selalu bahagia mendengar cerita tentang kakeknya.

Al fatihah…


21Ramadhan

ibumahasuar

Komentar

Postingan Populer