Liburan Indie bersama maha…

Ini kisah bersama jagoan kecilku, Mahatma, saat “liburan” hampir dua bulan kemarin. Selama masa meliburkan diri itu, saya lebih sering di Bone. Selain karena keluarga kecilku memang menetap disana sejak saya memutuskan untuk lanjut kuliah, saya juga merasa di Bone lebih kondusif untuk melanjutkan penulisan tugas akhirku. Selama hampir dua bulan itu, seingatku saya ke Makassar tak sampai lima kali. Di Makassar saya tak pernah lama, paling lama seminggu. Dan dengan waktu sekasif itu maka saya harus memprioritaskan agenda yang paling penting, walhasil banyak rencana-rencana yang akhirnya terlupakan atau di cancel.
Nah, ini cerita saat saya ke Makassar bersama Ibunya maha dan Mahatma serta keluarga di Bone sebelum saya balik ke Jogja. Agenda ke Makassar saat itu kalau tak salah karena Aira ingin bertemu ayahnya yang baru tiba dari Malaysia dan keluarga dari Bone juga hendak menggelar acara lamaran buat Puang Ikmal, saudara paling bontot dari neneknya maha. Dan kami bersama maha dan ibunya tentu punya agenda sendiri seperti biasa, agenda liburan indie, seperti kata Endah n Rhesa. Oh iya, ke Makassar, khususnya bagi maha adalah liburan dan itu berarti kami harus siap-siap dengan segala pintanya.
Tapi agenda liburan indie kali ini betul-betul tak berjalan mulus. Sesaat setelah kami sampai di Makassar malam itu, Ibunya maha tiba-tiba terserang sakit yang gejala-gejalanya sangat kukenal dan seingatku sudah lama ia tak merasakan itu. Nah karena sakit itu, keesokan harinya Ibunya maha harus ke dokter. Persoalannya, maha sudah ingin memulai agenda liburannya. Dan agenda pertama adalah bermain di arena bermain di salah satu mall dekat rumah. Sepulang dari dokter, maha diberitahu kalau Ibunya tak bisa ikut menemani dan bapak nya yang keren ini satu-satunya yang bisa menemani. Awalnya ia menolak, tapi lama kelamaan ia takluk juga. Ia sepertinya paham kalau ibunya betul-betul tak bisa menemaninya. Anak keren!
Ini kali pertama saya hanya berdua dengan maha ke mall untuk bermain. Betul-betul pertama kali. dan baru saya sadari itu ketika hendak masuk ke gerbang mall yang sejak ia berdiri selalu menjadi penyebab macetnya area Tello. Masuk ke mall itu, target pertama kami adalah game zone. Seperti biasa, menuju game zone mulai berulah dan berceloteh macam-macam. Ia selalu tak mau dipegang saat berada di eskalator, sepertinya itu bagian dari proklamasi kalau dirinya sudah besar. Kuamini permintaannya tapi ketika sudah hampir sampai, ia kuangkat untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Sampai di Game Zone, maha mulai bermain dengan mobil-mobilan karena permainan itulah yang paling awal diitemui saat masuk ke game zone. Setelah itu kami berkeliling. Oh iya, setiap ke tempat itu target utamanya adalah mandi bola. Tapi kali ini saya tidak mengindahkan permintaan mandi bola, karena biasanya maha hanya bertahan sampai sepuluh menit kemudian bosan. Jadi setiap ia minta mandi bola kualihkan ke permainan lain. Awalnya tak berniat beli koin karena maha selalu cepat bosan dengan satu permainan. Jadi kami keliling-keliling saja, berpindah dari satu mobil-mobilan ke mobil-mobilan lainnya, atau sekedar memencet sana sini.
Saya akhirnya harus membeli koin karena maha mau main basket. Pokoknya hari itu lumayan banyak koin yang kubeli dan itu kali pertama saya yang membeli koin. Entah di permainan apa, tiket yang kami berdua dapat kupilih berikan ke seorang anak yang ada dekat situ, tak banyak juga pikirku. Tapi lama kelamaan, kami berdua ketagihan mencoba hampir semua permainan dan mengumpulkan tiket cukup banyak untuk pemula sepertiku. Kami berdua begitu bergembira dan tertawa-tawa. Dan setelah kurasa cukup, kuajak maha mengakhiri permainan dan mengajaknya makan siang seperti pesan Ibunya. Sebelum keluar, kami menukarkan tiket yang kami dapat. Setelah ditukar, maha mendapatkan beberapa coklat wafer dan beberapa jenis coklat lain. Maha terlihat begitu bangga dengan pencapiannya dan buktinya ia sendiri yang menggenggam hadiah-hadiah itu sendiri..hahaha…Tak sabar maha langsung menyuruhku membuka coklat-coklat itu. Ia lalu kuajak turun ke lantai dua dan menikmati salah satu coklatnya di kursi yang disediakan untuk mereka yang senang nongkrong di mall. Tak begitu lama maha akhirnya menghabiskan coklatnya dan akhirnya mulutnya dipenuhi coklat. Hahaha…dia terlihat lucu.
Setelah puas dengan coklatnya, saatnya makan siang. Kami menuju ke gerai makanan cepat saji yang menghidangkan suguhan ayam sebagai menu utamanya. Kenapa itu pilahannya? Karena akhir-akhir ini maha paling senang dengan menu itu. Karena saat itu adalah jam makan siang, jadi lumayan banyak yang antri menunggu giliran dilayani. Kami berdua juga memilih antri. Ini kali pertama saya bersama maha mengantri di gerai cepat saji yang menjadi salah satu ikon korporasi global.
Tiba giliran kami berdua dilayani. Saya memesan satu ayam beserta nasinya tentu..wkwkw, sup, dan the botol. Semuanya untuk maha dan kalau tak habis saya yang akan melibasnya. Kami memilih duduk di pojokan dekat tangga menuju ke lantai dua. Belum lagi memulai makannya, maha sudah bertanya “bapak siapa yang ulang tahun?” maha mendengar nyanyian selamat ulang tahun dari lantai dua dan mengajukan pertanyaan itu. Kujawab “anak-anak,” jawaban tak pasti. Kemudian mulailah saya menyuapinya. Tak begitu susah karena ia memang senang makan ayam. Tapi ia akan menolak kalo suapannya kutambahi sayur dari sup yang kubeli. Sontak ia resisten. Baiklah cukup nasi dan ayamnya bersama kuah sup. Hehehe…
Tiba-tiba, belum lagi beberapa suapan kusodorkan ke mulutnya, maha minta diantar ke WC, “bapak, mau kecing.” Kalau maha pake pampers saya tak akan pusing tapi sudah lama ia tak pake pampers kalau jalan-jalan keluar seperti ini. Ia segera kugendong menuju ke WC setelah sebelumnya kuminta ke pramusaji nya agar tak membersihkan makanan di mejaku karena kami benar-benar belum selesai. Sampai di WC, maha segera kubawa ke salah satu toilet dan menyalurkan hasratnya. Ah ternyata ia sudah pipis sedikit di celananya tapi tak parah. Setelah itu kami lanjut makan.
Setelah merasa kenyang, maha minta berhenti. Dan saya yang melanjutkan menghabiskan yang tersisa. Eh belum lama saya mulai mengunyah, maha minta lagi ke WC dan kali ini “bapak, mau berak.” Waduh kalau ini harus segera. Tanpa babibu ia kugendong dan segera berlari menuju WC. Nah ini agak ribet karena celana panjangnya harus dibuka, begitu juga sepatunya, menggantung sekantong coklat yang masih ia pegang. Saat menggendongnya kupikir ia sudah menyalurkan hasratnya itu di celana, tapi syukurlah ternyata tidak. Ah, saya benar-benar gelagapan dibuatnya. Sambil menemaninya buang hajat, sempat-sempat juga ia berceloteh macam-macam…dan saya hanya bisa tertawa.
Setelah adegan pulang balik toilet itu, kami berdua kembali masuk ke mall. Saya berniat membelikan maha baju dan memnuhi pesan ibunya untuk membelikannya roti. Setelah berkeliling di bagian pakaian anak, tak ada yang sreg. Walhasil kami berdua hanya main kejar-kejaran dan bercakap-cakap tak penting dan berfoto ria dengan maha sebagai objeknya. Wkwkwkw….
Setelah membeli roti, kami berdua keluar dari mall. Rencananya menuju rumah kami akan naik bentor yang wara wiri didepan mall itu. Tapi niatan membelikan maha baju harus tetap diwujudkan. Saat itu langsung ingat kalau beberapa minggu sebelumnya, saya bersama ibunya maha pernah membelikan maha baju superman di toko pakaian yang juga tak jauh dari mall itu. Di toko itu, banyak stok pakaian lama dengan harga yang sangat murah dan kualitas kaosnya diatas rata-rata. Untuk urusan kaosnya maha, sebagai tukang sablon saya memang sangat teliti.hehehe…
Berniat ke toko itu, muncul persoalan. Mau naik bentor apalagi pete-pete sepertinya agak memalukan masalahnya jaraknya yang hanya sekitar 200 meter dari mall. Nah kalau berjalan kaki di siang yang begitu terik khas Makassar juga sepertinya tak terlalu bijak. Setelah menimbang akhirnya kuajak maha berjalan kaki. Model ajakan yang sama seperti yang kulakukan terhadap ibunya beberapa tahun lalu. Maha mengiyakan. Ia kugendong dan tutup kepala jaketnya kukenakan dan kukerahkan tenagaku untuk berjalan cepat agar terik panansnya tak begitu terasa.  Maha menikmati buktinya meski panas ia tetap berceloteh. Tak begitu lama kami sampai di toko yang tak ramai itu dan langsung menuju lantai dua dan segera memilih kas untuk maha. Kali ini kaos yang ia pilih tetap Superman dan super hero lainnya. Setelah bertransaksi, kami segera pulang ke rumah dan mengakhiri liburan indie kami berdua siang itu dengan berbecak ria. Kami berdua bergembira dan terus mengumbar cerita-cerita tak penting dan selingi tawa. Ah, bahagia memang sesederhana itu!

X Code, Jogja
10 Juli 2012

Komentar

Postingan Populer