..bertemu kawan lama #part2

Sebenarnya, tulisan ini harusnya menjadi #part1 (bertemu kawan lama), tapi karena rampungnya agak telat, tak apalah.
Aku mencoba menggali memoriku atas apa yang kulewati beberapa terakhir dan ingin kutata ulang dengan kata-kata. Ada beberapa cerita menarik minggu ini yang menurutku harus kusimpan.  Aku ingin merangkumnya dalam sebuah kata “reuni”. Reuni adalah kata serapan dari Bahasa Inggris reunion yang berarti kembali bersatu..kembali bertemu atau sejenisnya. Akhir minggu kearin, aku reunian dengan beberapa kawan, semuanya kawan lama, senangny...a mereka kutemui hampir diwaktu yang bersamaan di akhir minggu kemarin. Reunianya bukanlah reuni akbar yang biasanya digelar beberapa tahun sekali, aku toh hanya bertemu beberapa teman.  Tapi reuni kecil-kecilan begini selalu menjadi seru karena seolah mengalir tanpa perlu direncanakan secara matang.
Kumulai dengan Sabtu pagi. Imma, nama lengkapnya Nismawati. Dia salah satu sahabatku sejak SMU, kami berdua sangat dekat, salah satunya karena akulah orang yang bertangggung jawab atas terjalinnya cinta yang begitu kuat dan tabah dengan suaminya yang (bukan) kebetulan adalah juga sahabat dekatku sejak kecil.  Kini mereka membangun keluarga kecilnya dengan jarak yang begitu menjadi kendala. Dia terangkat menjadi guru didaerah Penajam, Balik Papan, dan suaminya tidak bisa beranjak dari Bone karena masalah kesehatan yang tidak main-main. Anak mereka, fauzil, yang terpaut tiga bulan lebih muda dari maha, sejak dini dipaksa mengerti akan keadaan itu dan tidak bisa sekaligus tinggal bersama dua orang tuanya dalam waktu yang lama. Jumat malam, Imma sudah di Bone karena musim ujian sudah berakhir dan ia diijinkan pulang 1 minggu sebelum liburan semester.  aku bergegas menemunya setelah ia memberitahuku via sms.  Sejak dulu kami selalu tidak sabar saling bercerita setelah berbulan-bulan tidak bertemu. Cerita selau dimulai tentang keadaan di sana, keadaan suaminya, anaknya yang ia tinggal berbulan-bulan di sini, tentang kebutuhan keluarga, tentang teman-teman, tentang segala  hal yang sejak dulu kai bagi bersama. Kami berdua seperti saudara yang tidak pernah canggung membeberkan segala hal dengan telanjang. Pesta reuniku dengannya belum lagi usai, saat ponselku berbunyi dan  suara di seberang sana menyerbuku dengan pertanyaan.
Dia Wana, sahabatku sejak SMU juga . Imma dan Wana saling mengenal, tapi hanya sekedar kenal. Mereka berdua saat SMU berada`di kelas yang berbeda. Imma memang tidak pernah sekelas denganku, tapi aku lebih dulu bersahabat dengan Imma daripada Wana. Wana dekat denganku saat kelas 3 di kelas yang sama. Kami duduk sejajar di belakangku. Aku bersaa mba Fanhy, dan dia dengan Nana. Kami berempat sejak itu selalu ersama, hingga kuliah, hingga sekarang saat aku sudah punya keluarga sendiri dan dia masih betah menjajaki masa pacaran dengan pujaan hatinya Si Umar. Ia menelponku dan bergegas mengajakku bertemu. sahabat kami, datang  dari jauh. Dan besok ia harus segera pulang.
Motor melaju degan kecepatan sedang, walau sebenarnya aku sudah tidak sabar bertemu mereka. Satunya, Qaulu maha Fitri. Kami sudah dekat sejak kelas 1 SMU. Walau dia tipe orang yang tertutup, aku selalu nyaman bersama dengannya .Terakhir bertemu, saat maha ulang tahun yang kedua. Dia menjadi abdi negara di Kalimantan sana dan sekarang sudah berkeluarga. Siang ini, kami lewati dengan tawa yang tak henti di rumah Wana dan lanjut di salah satu rumah makan di dekat kawasan pasar sentral. Pertemuanku dengan mereka tidak lama, pasalnya maha masih dalam kondisi pasca demam dan komrad sudah bertubi-tubi mengirimiku pesan. tapi, petemua itu cukup mengobati rindu. Toh kami juga tidak pernah betul-betul saling berjauhan. Media sosial, ponsel selalu membaut hubungan kami seolah tidak terpisah jarak. Apalagi wana yang saat ini sedang beradu dengan kesabaran, tinggal di Bone juga. Sesi foto-foto arus tetap ada.
Bertemu mereka, seperti mengulik perjalanan lampau yang telah sama-sama kami tinggalkan. Selalu seru bertemu kawan lama, selalu ada cerita baru yang terkait dengan cerita usang kami.
Keesokan harinya, aku dan komrad menempuh perjalanan Bone Sengkang, juga menemui kawan lama yang melabuhkan hatinya pada seorang perempuan di atas ikatan suci pernikahan. Juga, kawan-awan yang lain yang sebenranya intens kami temui beberapa bulan-bulan terakhir.  Kawan-kawan di RumaHi. Sepanjang pagi hingga pagi lagi, kami tak henti berbgai tawa, berbagi cerita dan bahagia. Pikirku, Minggu ini aku bisa menutup rangkaian reuni kecilku di sengkang.
Tapi tidak, seorang kawan lama, tiba-tiba menelpon. Hampir 8 tahun, kami tak saling bertemu. masih kawanku dari SMU. Kali ini cwok, namanya Firdaus Muhdar. Kami memanggilnya Dau’. Dia salah satu teman laki-laki yang cukup dekat denganku. Orangnya hitam, tampangnya pas-pasan tapi selalu harus diakui keren. Tapi jujur, perawakannya berubah setelah kulihat dia yang membuatku menunggu beberapa menit di teras rumahnya. Senin sore, dan rumahanya masih terlihat berkabung. Terakhir bertemu, awal masa kuliah. Sejak ia menjadi tentara dan bertugas diberbagai pulau di Indonesia,  kami tidak saling berhubungan satu sama lain. Ia pulang, jauh-jauh dari Aceh, karena bapaknya meninggal Selasa lalu. Dia tampak tabah, seperti harusnya seorang laki-laki mendapat musibah. Badannya tidak lagi kerempeng tapi kelihatan berwibawa walau tanpa seragam. Saat kuberitahu, bahwa maha sangat menggandrungi seragam tentara, ia berkata
“asal jangan jadi tentara..hmmm cukup saja saya yang terjerembab” kami terbahak bedua. Masih sama seperti yang dulu,obrolan ami tidak jau dari mmengguggulkan diri kami masing-masing. Bahkan secara fisik, berbagi tentan keluarga, tentang masa depannya, tentang hal-hal yang serius. Lucu rasanya membayangkan, kami sudah tumbuh sama-sama dewasa. Hampir magrib, dan aku beranjak pulang. Ia juga akan melanjutkan hidupnya dan menuju Aceh besok pagi.
Aku pulang, sambil tersenyum, mengingat akhir minggu ini kulalui dengan bertemu kawan-kawanku. Selalu meyenangkan bertemu kawan lama, seolah meliat mozaik kehidupan kita sbeagian yang kadang terkikis lupa. Aku bersyukur, punya kawan-kawan yang menempatku dalam perjalan hidupnya. Aku beruntung menemui banyak orang dalam perjalananku, yang mengajariku banyak hal. Thanks God, aku begitu berbahagia. Dan bahagiaku sederhana.....

Ibu Nhytha
02 Juli 2012
#mahasedangmakan

Komentar

Postingan Populer