Rasa dan Selera ku

Sejak diriku mulai bersibuk-sibuk ria mengutak-atik kata dan pikiran untuk tugas akhir ini, sepertinya saya begitu "sensitif" atau tepatnya lebih kontemplatif. Seperti lazimnya manusia saat sedang rada tersudut. Tapi kondisi ini sama sekali tidak hendak menuju zona galau. Sama sekali tidak. Saya hanya sedang merasa diberi "skenario" yang agak berat tidak seperti biasanya dan oleh karenanya perlu sering-sering berkonsultasi kepada Sang Sutradara. Dan untuk itu semua, semua zona disekitarku kurancang agar kondusif untuk memainkan skenario dan sekaligus menyediakan ruang konsultasi yang kondusif.
Nah, untuk itu semua playlist lagu di komputer yang menemaniku setiap saat menjadi sesuatu yang penting. Kupilih lagu-lagu yang menciptakan suasana yang kontemplatif. Sekali lagi kontemplatif, bukan melamun. Hahaha... Dan beberapa bulan ini ada dua band jakarta yang bercokol di playlistku secara berturut-turut. Dan tak bosan kuulangi untuk kudengar berkali-kali. Mereka adalah L'alphalpha dan Payung Teduh.
L'alphalpha, band yang berasal dari Jakarta ini pertama kali kulihat live beberapa bulan lalu saat gelaran #INTERCONNECTION yang menghadirkan band-band dibawah Satrio Ramadhan Management seperti Bangku Taman, Leonardo Ringo, dan L'alphalpha serta dua band Jogja, Answer Sheet dan Brilliant at Breakfast. Saat itu, L'alphalpha dapat giliran main terakhir setelah semua energi hampir habis untuk crowd nya Bangku Taman. Tapi justru karena letih itu kami menikmati deretan lagu-lagu keren L'alphalpha lebih santai dan antusias. Pernah liat klip-klipnya Sigur Ros? Nah, seperti itu kira-kira feel nya. L'alphalpha terus bermain dan mengeksplorasi bunyi-bunyian yang menjadi ciri khas mereka dan tak begitu terlalu peduli dengan para penonton yang telah terlanjur menghabiskan separuh "cinta" nya untuk Bangku Taman. Terus menghentak hingga lagu terakhir. Dan, saya mulai jatuh cinta.
Mendengar lagu-lagu L'alphalpha menurutku seperti merasakan pengalaman spiritual tertentu. Disana selalu ada ruang untuk kontemplasi yang tidak sendu dan pasrah. Setiap alunannya seolah membawa pendengarnya ke sisi dimana yang ada hanya diri dan Sang Maha Hidup. Ah, indahnya! Mungkin tak terlalu tepat, tapi beberapa kali sebelum shalat kudengarkan lagu-lagu mereka. Berusaha membangun ruang yang indah untuk berkomunikasi dengan Sang Maha Segala. Tapi ini tafsirku sendiri saja karena tema lagu-lagu mereka bervariasi. Dan saya begitu senang dengan semua lagu-lagu mereka.

Payung Teduh, band ini dikenalkan oleh seorang teman kalau tak salah akhir tahun lalu dan kemudian memberikanku link download lagu-lagu mereka. kata kawanku itu, lagu-lagu mereka sangat nyaman didengar sebagai pengantar tidur. Dan setelah mendengar sendiri ternyata betul. Beberapa kali saya harus terbangun mematikan komputer dengan malasnya karena terlanjur dibuai alunan musik mereka yang begitu syahdu. Di playlistku, se album lagu Payung Teduh berada tepat dibawah lagu-lagu L'alphalpha. dan ini membuatku seperti pindah ke alam berbeda setiap nada terakhir L'alphalpha dan kemudian berpindah ke nada pertama Angin Pujaan Hujan milik Payung Teduh di album pertama mereka.
Sudah dua hari ini berkali-kali kutonton Klip Official pertama mereka yang berjudul Tidurlah di Youtube. Klip yang mengambil latar kehidupan para penjaja dagangan di salah satu pasar tradisional di Ibu Kota yang telah memulai aktivitas sejak malam begitu menua hingga fajar mulai menyapa. Sederhana namun sarat makna. Segeralah berkunjung ke youtube dan saksikan sendiri. Kemarin, iseng-iseng cari lirik lagu-lagu Payung Teduh lalu Mbah Google memberikan link blog mereka, payungteduh.blogspot.com. Dan kudapati lirik-lirik indah, penuh cinta tapi tak mendayu. Buat siapa pun yang sedang kasmaran, lagu-lagu mereka menjadi layak untuk membuat rasa mu lebih berbunga. 


Apa yang kurang dari setiap adegan yang lebih sering membuat kita malas berlama-lama di depan layar kaca bernama televisi? Rasa dan selera. Pembangunan kota selalu diasosiasikan dengan gedung yang tinggi, kebahagiaan yang diterjemahkan dengan beberapa lembar bantuan langsung tunai, tata kelola negara yang seolah-olah hanya seperti urutan abjad A-Z lalu semua dianggap berhasil, gonta-ganti pemimpin dan selebrasi cari muka, dan semuanya dilakukan dengan selera dan rasa yang begitu ala kadarnya. Melihat mereka melakukan itu semua tanpa malu, seperti menunggu akhir nada lagu-lagu pagi di tivi dengan tak sabar dan segera menggantinya dengan berita kemenangan tim bola favorit. "sering-seringlah mengolah rasa," begitu kata kawanku suatu saat.

Kusapa ia di dinding FBnya, "perkenalkan saya bobhy dari Makassar," Tak begitu lama ia menyapa balik, "Iye, salamakki'. Iye, salama' tongki', kembali membalas sapa. Vokalis Payung Teduh itu ternyata berasal dari Makassar. 

Salama' semuaki' pade.

Jogja, 11 Maret 2012
Angin berhembus bercabang, Rinduku berbuah lara

Komentar

  1. Payung Teduh itu super duper kerennnnn !!


    #berkat blog ini saya jadi tau ada musisi luar biasa bernama Payung Teduh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer