pasca sakit

Dua malam setelah kami meninggalkan RS, aku berharap meninggalkan semua penyakit yang tadinya telah merenggut segala semangat, keceriaan dan hari-hari bahagia jagoan kecilku. Kedengarannya berlebihan, tapi tidak sama sekali. 4 hari 3 malam melihatnya terkapar tak berdaya, terbatas dengan selang infus, sakit di perut, demam yang naik turun, berkali-kali suntikan jarum menusuk tubuhnya untuk tes darah, tangis memelas minta pulang, rengekan penolakan menelan obat, geliat gelisah sepanjang malam, bukan hanya sebuah ujian besar untuk prestasi kesabaranku semua itu sekaligus menjadi cerita lelah tak berkesudahan yang begituuuuuu panjang untuk maha.
Walau selalu dalam setiap penat, maha menyelipkan kisah lucu. maha yang sudah pandai mengekspresikan amarah, betul-betul membuat tiga malam kami begitu panjang. Yah, ia marah dengan keadaan di mana ia tidak bebas bergerak. Ia marah dengan lantang mengataiku “bodoh” saat kuputuskan untuk memasukkannya ke RS. Menurutnya, berada di RS hanya menambah segala sakitnya. Ia marah, karena menurutnya aku tidak bisa melakukan apa-apa saat selang infusnya menghalangi tidurnya yang biasanya bebas berguling ke sana ke mari sampai pagi. Karena marahnya, ia memaksa membuka jarum infusnya hingga harus tersumbat darah berkali-kali. Dan jika begitu, akan kupanggil perawat membetulkanya, bukannya senang, amarahnya akan lebih ganas, memarahi perawat dan dokter. Lucunya, ia selalu punya ekspresi yang lucu saat menyatakan amarahnya pada dokter.
“kenapa maha di suntik?” “kenapa ini dokter?” “ kenapa ini sakit?” “bodo ini dokter” ungkapnya berkali-kali biasanya dengan suara yang keras diserati tangis yang berulang-ulang. Perawat yang ia panggil dokter biasanya hanya tertawa, menyerah dan mengakui kebodohannya, dan tentunya dengan tertawa. Ah, apapun itu maha selalu saja berulah. Tapi, kali ini ceritanya tidak seberwarna saat ia sakit. Bahkan membuatku lebih kahwatir dibanding saat sakit kemarin.
Setelah Jumat pagi, dokter mengizinkan  maha pulang. Kami semua begitu bersemangat menyambut maha yang sudah dinyatakan sehat. Tapi tidak untuknya. Harusnya ia merasa senang, ternyata tidak. Hingga malam ini, maha sama sekali tidak menampakkan dunianya yang berwarna. Dan itu membuatku kelimpungan. Sejak jumat pagi itu, maha tidak pernah tertawa. Asumsi awalku, ini adalah efek kelelahan selama di RS. Aku tahu maha menghabiskan energi yang sangat banyak untuk berusaha sehat dan aku sangat menghargai itu. Kubiarkan ia beristirahat hingga siang. Tapi, sampai sore ia tidak juga menunjukkan tanda-tanda yang baik. Segalanya kuusahakan untuk membuatnya bercerita. Tapi tidak juga berhasil. Dan ini adalah hal yang luar biasa. Maha bukan tipe anak pendiam yang nyaman berlama-lama dalam diam. Saat sakit kemarin pun, ia masih bisa bercerita, masih bisa tertawa, masih bisa menyanyikan beberapa lagu di sela-sela sakitnya.
Kekhawatiranku bertambah, saat ia enggan makan. Ia hanya minta susu hingga malam. Sepanjang Jumat kemarin, maha menghabiskan waktunya untuk tidur, atau berada di atas ayun. Saat kutanya pada beberapa orang, mereka berasumsi bahwa maha berada dalam kondisi pemulihan. Paling tidak, sabtu pagi ia akan bangun dengan ceria.
Pagi tadi, kutunggu ia membuka mata. Wajahnya mulai cerah dan tidak lagi terlalu pucat, kuharap itu pertanda baik. Tapi tidak, harapanku lenyap saat ia ogah beranjak dari tidurnya. Matanya sesekali menutup dan seolah ingintidur lagi. Kuajak ia jalan ke depan, menghirup udara segar, menjumpai matahari yang pagi tadi begitu cerah. Tapi ia enggan. Hampir setengah jam, kutawarkan ia berbagai alternatif untuk mengisi pagi. ia tidak juga bergerak. Baru, ia memaksakan dirinya untuk bangun saat ingin buang air. Kutawarkan ia ke rumah tante Use. Ia mengangguk lemah. Di sana, maha mulai memperlihatkan tanda-tanda baik. Saat di beri segelas teh, ia meneguknya walau masih lemah. Tante Use yang jari jemarinya selalu pandai menciptakan rasa enak untuk semua jenis makanan, mengambil inisistif untuk memberi maha bubur. Dan berhasil. Maha membuka mulutnya untuk beberapa sendok bubur. Suaranya mulai terdengar saat Puang Ana dan dede Aira bertengkar, sesekali ia menimpali. Dan...dunia perlahan bersinar. Maha mulai berceletoh dan bermain skateboard2an bersama dede.
Segala lega, senang, bercampur pagi tadi. Tapi...
“bu..sakit perut maha” katanya pelan dan mulai tampak lelah. Kubawa maha pulang dari rumah tante Use. Pagi berjalan, dan maha kembali murung, lelah dan diam. Kami berinisiatif membawa maha dan aira main. Sebenarnya, bukan usul yang bagus mengingat maha masih dalam kondisi pemulihan. Tapi, dia mau. Dan menurutku itu akan membakar semangatnya lagi. Walau sedikit berhasil, namun tidak lama. Maha pulang dan kembali dalam diam dan tanpa semangat.
Sore tadi, maha kubawa ke pesta ulang tahun keluarga. Ia sama sekali tidak menikmatinya. Kami pulang, dan ia kembali lemas, lelah dan diam. Semua ini membuatku tidak nyaman, membuatku heran, membuatku bertanya-tanya. Ini betul-betul tidak biasa untuk dunia anakku. Jika kemarin, aku panik saat dokter mengatakan dia DBD, kali ini aku lebih panik. Secara medis dia dinyatakan sehat, tapi tidak begitu kelihatannya. Ia selalu menerawang, seolah ada yang mengganggu pikirannya. Ia menatap jauh dalam diam, seolah menyimpan sesuatu.
Kupikir-pikir, mungkin ia merindukan bapaknya. Menurutku, ia telah melewati masa-masa yang sulit di RS, dan mungkin ia merasa bapaknya tidak menemaninya melalui semua itu. Bukannya tidak mau, satu anggukanku saja akan menerbangkan bapak bebinya ke Bone saat ini juga, meninggalkan Jogja dengan segala hal yang membebani pikirannya. Tapi, selalu ada banyak pertimbangan yang menurutku harus meng-cancel pertemuan ini. Biasanya, kami tidak banyak pertimbangan untuk maha. Tapi, ceritanya berbeda kali ini. Dan aku tahu, ini lebih berat untuk komrad di sana. Berat untuk kami semua.
Dan hingga kini, maha masih memilih tinggal dalam murung, ia lebih memilih tidur dan tidak ingin beraktivitas. Ia enggan makan, hanya ingin minum susu. Aku merindukan mahaku yang ceria, yang suaranya kadang membuatku pusing, yang kata-katanya tidak jarang membuatku mengeluh. Namun, aku tidak ingin memaksakan tubuhnya. Aku mulai tidak tahan dengan semua ini, berharap besok pagi akan membawa dunianya kembali. Entahlah, rasanya sedih melihatnya seolah kehilangan sesuatu yang ia juga tidak mengerti. Betul-betul sedih....   

Ibu Nhytha
3 Maret 2012
#bring him back

Komentar

  1. Berapa lama maha kembali 'normal' bun? Sybila habis sakit juga ngga semangat, knp yaa? Worry banget, share yaa plis 089690302501 yoesnitaputri@yahoo.com pin 25CD67D8

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer