Soto Ayam Pak Man

Pagi ini jadi kali ketiga saya makan di tempat ini. Soto Ayam Pak Man. Kalau ke Jogja saya sih merekomendasikan anda mampir ke tempat makan yang berada di pinggir jalan bilangan Jalan Prof. Dr. Yohanes Sagan, sebelah utara Toko Buku Diskon Social Agency Sagan itu. Soto Ayam Pak Man setauku buka mulai sekitar jam setengah 5 pagi hingga siang pukul 13. Seperti pagi ini, setelah menjemput adik iparku yang baru tiba dari Makassar, kami berempat bersama kedua kawan ku yang lain langsung menuju ke Soto Ayam Pak Man sebelum kembali melanjutkan tidur di kosan. Sepertinya ini sudah jadi kebiasaan kami kalau menjemput seseorang dan waktunya di pagi-pagi buta, maka makan Soto Ayam Pak Man seperti menjadi pelengkapnya. Pertama kali makan di tempat itu juga di pagi hari tapi sudah tidak buta lagi. Saat itu, seingatku setelah mengantar seorang kawan ke Makassar.

Soto Ayam Pak Man sebenarnya sudah lama menjadi perbincangan serius di antara kami sebelum akhirnya saya mencicipinya pertama kali beberapa bulan lalu. Goen, mahasiswa asal Tidore yang kukenal di Makassar, lah yang dengan serius pertama kali memberikan rekomendasi tempat makan itu kepada kami. Suatu hari dia begitu detail dan seksama mendeskripsikan bagaimana lezatnya Soto Ayam Pak Man. Dan dia memang selalu mampu membawa kami dalam alur cerita yang dia sampaikan. Mendengar ceritanya tentang Soto Ayam Pak Man yang berapi-api itu, kami seperti massa aksi yang disulut amarahnya untuk segera berhadap-hadapan dengan PHH dan sesaat setelah itu semuanya kocar-kacir menyelamatkan diri masing-masing. Setelah mendengar cerita Goen yang tidak kalah dengan cara Pak Bondan menjelaskan detai makanan, pilihannya hanya satu. Segera menghampiri Soto Pak Man dan mencicipinya.

Rasa Soto Ayam Pak Man, menurutku memang berbeda dengan soto-soto ayam yang pernah kusantap di kota ini. Padahal menurutku isi sotonya relatif sama. Ada kol, potongan perkedel, tentunya irisan daging ayam seadanya, tauge, bihun dan tentu nasi yang dicampurkan langsung ke dalam soto. Perkara nasi yang dicampur langsung ke soto tentu agak aneh buat kami yang dari Makassar. Bahkan suatu waktu seorang kawan yang juga dari Makassar saat disuguhi soto dengan racikan seperti itu dia meminta nasi yang dipisah tapi uniknya harganya justru lebih mahal. Apa ya kira-kira bedanya? Jadi prisnsipnya Soto Ayam Pak Man samalah dengan soto lain di kota ini. Tapi saya kira yang membuatnya berbeda adalah di cita rasanya yang tidak saya dapatkan di soto yang lain. Rasanya sangat pas tentu dengan rasa khas Jawa yang agak manis. Tapi manisnya menurutku relatif bisa berkompromi dengan lidah timur. Lagian untuk membuatya menjadi agak pedas cukup dengan menambah sambal. Tapi bagi saya, tanpa dibubuhi apa-apa lagi rasanya sudah maknyus. Anda juga bisa membuatnya lebih komplit dengan sate yang tersedia di setiap meja bersama kerupuk. Dan apabila anda makan di siang hari dan memilih menambahnya dengan sambal yang agak banyak, maka pasti pilihan teh atau jeruk manis menjadi sangat penting. Bukan hanya untuk menetralisir rasa pedasnya tapi juga untuk mengademkan rasa panas khas tempat makan pinggiran jalan yang membuat keringat anda bercucuran membasahi badan. Dan semua itu jadi sensasi pelengkap Soto Ayam Pak Man.

Oh iya, yang juga perlu anda ketahui kalau tepat di belakang Soto Ayam Pak Man terdapat kompleks kecil pekuburan lama. Saya sih menduga itu menjadi alasan kenapa Soto Ayam Pak Man tidak buka di malam hari. Itu menurutku loh! Bayangkan saja anda makan di situ pada malam hari. Rasa nikmatnya pasti terinterupsi oleh bayangan-bayangan mahluk-mahluk “lain” khas Indonesia. Dan yang juga perlu diketahui kalau di sepanjang Jalan Yohanes Sagan ini, anda akan menemukan deretan penjual soto. Dan anda dipersilahkan memilih. Tapi kami sudah menjatuhkan pilihan menjadikan Soto Pak Man menjadi alternatif tempat makan diantara beberapa tempat makan kami yang tidak seberapa itu.

Hampir lupa. Harga semangkoknya hanya lima ribu rupiah. Kalau anda memilih minum es teh berarti ditambah2 ribu lagi. Trus sate dan kerupuk harganya seribu. Jadi silahkan jumlah sendiri kalau suatu waktu akhirnya bisa singgah dan mencicipi Soto Ayam Pak Man.
                                                                              ....................
Matahari mulai menyapa. Kami berempat meninggalkan Soto Ayam Pak Man setelah sebelumnya seorang bapak yang menjadi kasir mengarahkan kami ke jalan yang lebih dekat menuju kosan. pikirku, mungkin dia lah Pak Man. Kami berlalu dengan harap tempat makan alternatif kami itu yang sangat sesuai dengan financial capability kami tidak tergerus oleh deru kapitalisasi yang menerjemahkan ruang untuk akumulasi ketamakan dan akhirnya mengorbankan sensasi-sensasi kecil namun begitu berarti. Semoga.

Selamat Menikmati Sensasi Soto Ayam Pak Man!

3 Juni ‘11
Bantaran X Code
Masih Ngantuk

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer