Review Film Dokumenter : Inside the Revolution: A Journey into the Heart of Venezuela

Oleh : Derek Wall 

Jika anda berpikir telah mengetahui segalanya tentang Venezuela, maka berpikirlah sekali lagi. Film dokumenter Pablo Navarrete yang berjudul, ‘'Inside the Revolution: A Journey into the Heart of Venezuela, merupakan film yang secara mendalam melihat perubahan yang terjadi di Venezuela sejak Hugo Chavez memenangkan pemilihan umum di tahun 1998. Anda tidak akan menemukan ‘Chavez sang pahlawan’ atau ‘Chavez si penjahat’ di film ini – Hugo hanya lah bagian kecil dari keseluruhan potret Venezuela.
Film ini bercerita tentang ambiguitas dan kontradiksi. Venezuela telah lama menjadi ‘negara ajaib’, dengan kekayaan alam berupa minyak yang kemudian mempengaruhi proses pembangunan sosial dengan cara yang begitu tidak terduga. Dalam novelnya, 'Love in the Time of Cholera', Gabriel Garcia Marquez bercerita tentang peristiwa-peristiwa menakjubkan yang terjadi di sepanjang pesisir Karibia, wilayah yang dimiliki Venezuela dan Kolombia. Kontradiksi terbesar dari semua itu berada di Venezuela, sebuah Negara yang sebelumnya begitu dikenal mencintai Big Macs, baseball dan semua yang berbau Americano, kemudian berada di garda terdepan kelompok yang menentang kebijakan luar negeri George Bush, Konsensus Washington dan Tata Dunia Baru yang dipromosikan oleh Amerika Serikat.
Selama 50 tahun, Venezuela dikuasai oleh elit korup, yang merotasi kekuasaan diantara dua partai politik besar - Acción Democrática (sosial demokrat) and COPEI (Kristian Demokrat). Lalu, pada tahun 1989, selama masa ‘Caracazo’, gelombang massa memprotes kebijakan pemotongan subsidi publik a la IMF begitu besar. Aksi protes ini kemudian dihadapi dengan tindakan represif dari pihak kepolisian dengan menembakkan peluru ke arah para demonstran. Ratusan orang terbunuh dan ribuan terluka akibat tindakan represif tersebut.  Peristiwa tersebut sering dianggap sebagai Peristiwa Lapangan Tiananmen a la Amerika Latin namun pada kenyataannya berbeda karena peristiwa tersebut justru tidak mendapatkan sorotan dan perhatian media dari luar negara tersebut saat itu.
Chavez, seorang perwira tentara muda, kemudian melakukan perlawanan atas tindakan represif tersebut dan melancarkan aksi kudeta untuk melindungi masyarakat dari serangan militer. Aksi kudeta ini gagal. Chavez kemudian menyerah namun di media televisi dan radio ia mengatakan kalau ini hanya ‘por ahora’ (hanya sementara). Setelah menjalani masa tahanan dan mendapatkan pengampunan dari pemerintah, Chavez justru memenangkan pemilihan umum di tahun 1998. Kemenangan Chavez sekaligus mengakhiri masa kejayaan dua partai lama yang sebelumnya berkuasa dan, meski di awal ia memproklamirkan model politik ‘jalan ketiga’, namun Chavez kemudian secara drastis beralih ke model politik kiri. Elit tradisional, yang sepenuhnya didanai oleh Amerika Serikat, yang merasa tersingkirkan kemudian melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap Chavez. Dan serangan ini memuncak pada kudeta yang dilancarkan pada tahun 2002 yang lalu ‘menyingkirkan’ Chavez dari kekuasaan untuk sementara dan kemudian bisa direbut kembali.
'Inside the Revolution' berusaha menjawab ambiguitas yang sering terjadi dimana media internasional selalu melihat Venezuela hanya dari perspektif ‘orang-orang diatas bukit’, yang berkecukupan secara ekonomi dan sangat dekat elit oligarki lokal. Padahal perubahan yang terjadi di Venezuela begitu mengancam kelompok ini, dan mereka tetap terus melancarkan perlawanan, meski mayoritas rakyat Venezuela justru menolak dan mengabaikan mereka. Dan ironisnya bahwa media liberal justru lebih memilih mendapatkan informasi yang kemudian disebarkan ke penjuru dunia secara mudah dari kelompok elit ketimbang menggali informasi yang lebih akurat dan berbicara langsung kepada masyarakat di lingkungan terkecil (barrios), petani penggarap atau masyarakat adat. Dan film ini berbicara kepada seluruh elemen masyarakat tersebut; petani, community organizers dan – juga 'Master'  seorang artis hip hop revolución Venezuela.
Sejarah yang sedang berlangsung di Venezuela menempatkan Hugo tidak pada posisi yang lebih “tinggi” dan bahkan justru menempatkan rakyat Venezuela pada posisi yang paling strategis. Rakyat Venezuela, khususnya mereka yang sebelumnya dikucilkan dari pembangunan, yang secara konsisten berjuang; menolak pemotongan subsidi yang dianjurkan IMF,  membersihkan partai penguasa korup, mendorong pemerintah yang kini menjalankan pemerintahan kearah pembangunan yang lebih ‘radikal’ dan memperjuangkan Chavez ke tampuk kekusasaan dan menyelamatkannya saat kudeta 2002 terjadi.
Film ini juga mengoreksi komentar tanpa dasar dari para elit oligarki di Venezuela. Dan juga tetap mengkritik praktek korupsi, kejahatan dan pemusatan kekuasaan yang masih membekas di Negara ini. Kritik tersebut juga datang dari Master dan kelompok penyanyi rap nya yang menyanyikan lagu dan ditujukan untuk Chavez. Dalam salah satu penggalannya, mereka berkata; … slipping in an unscheduled number to rap out to the president, standing just feet away, the failings of his government. Dan anda harus menyaksikan sendiri bagaimana reaksi Chavez.
Kapitalisme sedang berada dalam krisis yang berlanjut : resesi dan bencana finansial, hanyalah sebagian dari bukti kegagalan sistem ini. Kini semua orang sedang berusaha mencari alternative, dan film ini menyajikan diskusi menarik tentang bagaimana dan apa makna Sosialisme Abad 21. Inilah sosialisme dengan demokrasi langsung, Marx, pemimpin Amerika Latin Simon Bolivar, Kristian radikal, software gratis, anarkisme dan lainnya yang berbaur berjalin kelindan.
Di awal film ini, Master memberikan catatan bahwa ‘budaya adalah perjalanan dengan kereta ideologi’. Selamat menikmati perjalanan – kita sedang memasuki teritori baru.



Komentar

Postingan Populer