maha dan ide

Setelah berbulan-bulan memendam rindu dalam-dalam, akhirnya ruang jeda di sela tugas akhirku tersedia juga untuk pulang bertemu keluarga kecilku. Hajatan liburan indie kali ini terasa berbeda dibanding liburan-liburan berdurasi tak terlalu panjang lainnya selama diriku berstatus mahasiswa lagi. Seingatku, beberapa bulan kemarin adalah kali terlama saya di Jogja dan sangat terpaksa tidak bisa pulang karena kuharus berdamai dengan gawean tugas akhirku yang terkendala sana sini. Padahal beberapa kejadian penting sangat bisa kujadikan alasan untuk pulang khususnya waktu maha kena demam berdarah bahkan sempat diopname di klinik depan rumah di Bone. Tugas akhir ini betul-betul merajaiku.
Setelah akhirnya menyelesaikan seminar proposal yang kedua kalinya, saya tak menimbang lama-lama lagi dan segera memutuskan untuk segera menjadwalkan kepulangan. Bahkan tiket sudah kubeli sebelum hari seminar proposalku. Rencana pulang ini hampir saja terinterupsi lagi dan semakin parah karena akan membuang ratusan ribu secara percuma karena keteledoranku yang betul-betul tak ingat kalau schedule seminar proposal bisa saja di re-schedule karena banyak alasan. Dan siang itu, kekhawatiranku hampir saja terbukti. Salah satu dosen penguji berhalangan datang dan tak ada konfrmasi pasti tentang kehadirannya. Untung saja masalah ini cepat teratasi dan saya bisa maju untuk seminar proposal dengan konfigurasi penguji yang wow menurutku. Jadi tak menyesal seminar proposal lagi…hehehe…
Karena tak sabar segera bersua, untuk liburan kali ini saya memilih penerbangan langsung dari Jogja meski agak mahal ketimbang memilih perjalanan kurang lebih tujuh jam menuju Surabaya dan mengambil penerbangan dari sana. Setiba di Makassar, saya langsung menuju Bone yang masih harus ditempuh selama kurang lebih 4 sampai 5 jam. Dan akhirnya bisa sampai di Bone sesaat sebelum azan subuh berkumandang.
Setelah mengucap salam dan mengetuk tak lama, pintu rumah dibuka oleh perempuan yang 4 tahun ini menjadi pendampingku. Pelan-pelan kuseka rindu yang tak tertahan. Selanjutnya, tentu yang kujumpai adalah jagoan kecilku yang masih terlelap di kamar bawah milik sepupunya, Aira. Tapi tak beberapa lama maha terbangun. Dan sesuai perjanjian yang kubuat dengan Ibunya maha, saya sontak kaget saat maha terbangun. “Wah, maha sudah besar,” ujarku. Beberapa hari sebelumnya, Ibunya maha sudah mewanti-wanti bahwa saya harus kaget saat bertemu maha dan memuji kalau ia sudah besar. Ini dilakukan karena sebelum kedatanganku maha begitu rajin melahap makanannya. “supaya cepa’ besar trus papa bebi kage’ lia’ mamma uda beca,” begitu ucapnya sambil mengunyah setiap suapan dari Ibunya. Jadi kekagetanku subh itu saat bertemu maha berkaitan dengan upaya untuk menjaga nafsu makan maha yang memang sering naik turun. Hahaha…what a drama! Tapi maha memang sudah terlihat lebih tinggi meski tetap agak kurus. Dan subuh hingga pagi saat kutiba, maha tak lagi terlelap. Kami memulai hari-hari penuh warna sejak subuh itu, bahkan saat saya masih begitu letih dan menahan kantuk yang menyerang. Tapi kubetul-betul bahagia.
Seminggu lebih liburan kali ini, maha mempertontonkanku banyak perkembangan-perkembangan baru. Yang paling jelas, maha kini begitu piawai mengekpresikan semua yang ia rasakan dengan total. Meski ekspresi itu untuk banyak hal sangat khas dengan kemanjaan anak pertama dan begitu mendapat perlindungan dari kakek dan nenek. Saat ingin sesuatu, maha akan begitu ngotot memintanya dan saat tak mendapatkan apa yang diinginkan maka ia selalu punya senjata ampuh yang akan membuat siapa pun mengalah untuknya. Dan saat maha bergembira, ia pun punya sejuta cara untuk mengekspresikannya. Beberapa kali ekspresi yang ia tunjukkan atau lontarkan membuatku takjub. Selalu tak percaya ia telah memiliki banyak perbendaharaan kosa kata untuk mewakili kegembiraan, kemarahan, kesedihan, dan semua yang maha rasakan.
Dan satu hal, maha kini rajin mengajak kami berkomunikasi dengan caranya. Gagasan yang ia miliki selalu ia berusaha sampaikan dengan style nya sendiri. Dan saat ia coba menyampaikannya, jangan sekali-kali mengalihkan perhatian selai kepadanya walau sekerdipan mata karena ia akan betul-betul murka. Wkwkwkw…dan gagasannya atau apa saja yang ia ingin lontarkan seringkali dari hasil imajinasi yang tak jarang kami justru tak mengerti. Seperti saat ini saya tulis, maha sedang asik bermain lompat-lompatan di depanku dan tiba-tiba ia bertanya “Papa nda ada Om Sawing?” Saya bingung saja kok tiba-tiba pertanyaan itu terlontar. Hahaha…Dan yang hingga kini membuatku sering tertawa geli kalau mengingatnya adalah peristiwa beberapa hari lalu di WC saat kumenemaninya buang air besar. Sambil duduk di pinggir toilet berusaha berkonsentrasi, tiba-tiba maha mengajakku memahaminya “Bapa’ mamma punya ide,” sambil meletakkan jari telunjuknya di dahi dan menunjukkan wajah serius. Tak jelas apa idenya yang jelas saya tertawa lepas melihat peristiwa barusan. Yang membuatku tertawa, pertama karena lucu saja mendengar kata “ide” terlontar dari mulutnya, kedua karena itu diucapkan bersamaan dengan tarikan nafas khas untuk memaksa kotoran yang tersendat keluar..wkwkwkwkw….
Untuk urusan menyanyi betul-betul maha sangat dipengaruhi oleh musik yang dia sering tonton di tivi. Memang agak sukar menangkalnya. Meski begitu ia tetap kami berikan yang lainnya. Saat tiba pertama kali, kaget juga maha sudah menghafal reffrain lagu baru FSTVLST, “kan kuajak mereka yang meraca cerupa, kan jempu’ jiwanya di rumahnya. Dan lucu saja kalau lagu spektakuler ini tiba-tiba disambung dengan lirik lagunya Wali….hahaha….Ah maha ada-ada saja.
Selalu senang memperhatikan dan menjadi bagian langsung dari semua aktivitas maha selama sehari penuh, sejak ia bangun di jam dimana semua orang telah beranjak pergi beraktivitas hingga bersusah payah membujuknya agar terlelap saat semua penghuni rumah telah lama terlelap karena lelah. Semua itu adalah sebagian dari sederet kebahagiaan-kebahagiaan sederhana yang kami usahakan dan syukuri.
Kuberdoa agar semua gawean tugas akhirku segera berakhir dan tak perlu menunggu liburan untuk merasakan kebahagiaan-kebahagiaan ini. Amin.

Makassar, 12 Mei 2012

Komentar

Postingan Populer