diantara warna
Pagi itu di kamar 2x3 sudut sebuah pondokan yang tidak
terlalu menonjol di kawasan Kampus Merah, berpenghuni sedikit dan jarang tampak
bersih. Aku sedang bersungut tidak karuan bukan hanya karena deadline
pengerjaan kaos sablonan kami molor berjam-jam, tapi juga kutahu kami butuh
tambahan waktu bukan sekedar 1x24 jam tapi mungkin lebih dari itu untuk
mengemas kaos sablonan dan kami serahkan pada pemiliknya berikut kami akan
menerima hasil kerja kami dengan senyum sumringah lalu mearayakannya dengan
makan satu mangkok soto yang akhir-akhir ini sedang akrab di lidah kami jika
sedang berduit banyak.
Harusnya pesanan baju ini tidak terlalu lama kami kerjakan
jika kami tidak tertunda persolan campur mencampur warna hingga menjadi warna
lain. Pelajaran ini begitu senang kupelajari saat SMP dulu, kalian semua pasti
tahu 7 warna dasar pelangi yang hingga hari ini kujadikan dasar peganganku saat
mencampur warna tinta sablonan. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Kenapa harus mahir melakukannya untuk bisnis sablon menyablon yang betul-betul
ingin kami seriusi ini. Karena jarak penjual bahan sablon dengan tempat tinggal
kami sangat jauh, jika tiba-tiba-tiba butuh warna dan komrad seperti biasa lupa
mengecek kesediaan bahan-bahannya, dan kami harus dikejar janji, pergi ke
sentral dengan pete-pete adalah tiga kali kerugian besar. Waktu, tenaga dan
uang.
“ coklatka ini?” tanya komrad dengan wajah semrawut, muka
ditekuk-tekuk dan kening berkerut-kerut. Aku yang sedari tadi mencoba
bereksperimen merasa tersinggung karena hasil kerjaku sama sekali tidak dinilai
bahkan dijudge salah oleh orang yang kutahu sama sekali tidak bisa membedakan
warna.
***********
Hari ini, di rumah panggung di sebuah kota yang selalu
“kutertawai”, aku sedang menikmati tontonan langsung dihadapanku. Komrad sedang
dengan begitu taksim menarikan kuas di atas bekas spanduk sebuah swalayan yang
sedang melirik pasar di kota ini. Sejak hari minggu, komrad yang belum seminggu
di sini, kujejali dengan pekerjaan teknis untuk segala keperluan English
Olympic. Sebuah ajang lomba pertama yang kami gagas di kursus-kursusan English
Home. Kami, lebih khusus komrad begitu senang melakukan semua ini. Menghabiskan
waktu demi waktu seolah tesisnya telah selesai. Hahahaha…..
Beberapa hari ini, setelah sekian lama tidak berkutat dengan
warna sablon, warna-warni cat yang punya aroma berbeda dengan aroma sablon
namun sama-sama mampu memadu, seolah menari dalam hari-hari kami. Sama seperti
warna-warni tinta sablon, warna-warni ini juga membuat hari-hari kami hidup dan
terasa berbeda. Sepanjang hari komrad yang selalu kuandalkan dalam hal-hal
seperti ini, walau secara gamblang tidak pernah mengakui kebisaannya melakukan
itu, duduk di teras depan, merancang bentuk huruf dan kemudian warna yang kami harap
mampu membawa suasana ceria dalam acara kami nanti. Yang buatku tambah senang,
komrad selalu melakukannya dengan bahagia. Kami menyelesaikan 1 backdrop
pertama dari bahan koran seharian penuh, dan tentunya selalu ditemani banyak
kisah.
Warna-warni jika saja ia mendengar, kuyakin ia akan menjadi
saksi bahwa semua kisah sering sekali kami tumpahkan di hadapannya. Banyak
mimpi yang kami toreh dan kami selip dalam percikan warna-warni ini. Banyak
harapan yang kami muntahkan dan mungkin hanya warna-warni ini yang
mengetahuinya. Kami selalu mewujudakan banyak momen dalam semua yang kami
lakukan di hadapannya. Masa lalu dan masa yang akan datang. Bahkan perbincangan
tetek bengek jenis masakan seseorangpun mampu kami bedah diantara warna-warni
ini.
Walau pandai memainkan warna, komrad tidak mengenal warna
dengan baik. Komrad kutahu tidak mampu membedakan warna saat beberapa tahun
lalu kami di C20, saat kami semua minus K Kasim begitu gandrung bermain game
“Bounce.” Kami bahkan merasa bangga saat nama kami tertulis dalam top scorer di
game yang butuh kecepatan, ketepatan dan kejelian itu. Komrad tidak bisa
mengenal warna dengan baik, aku tahu dengan yakin saat itu. Bukan karena komrad
tidak ingin memainkan game itu, beberapa kali skornya berada di atasku. Namun,
pernah saat sekali aku duduk di sampingnya dan menunjukkan beberapa balon yang
bisa terbuang di game itu dengan meneriakkan warnanya, komrad kelihatan sangat
bingung. Ia tidak bisa membedakan kuning dengan hijau apalagi dua warna itu
saling berdekatan. Coklat, merah dan oranges juga. Komrad dalam hampir semua
desain colorfull nya, lebih suka memadukan biru dan kuning. Mungkin karena
doktrin Ke-Fisip-an nya terlalu mengakar..hehhehe. Dalam beberapa momen ia bahkan
tidak tahu yang mana gambar yang berwarna ungu dan kuning. Makanya, untuk
urusan penentuan warna, komrad selalu begitu mengandalakanku. Dan ia tidak
berani campur tangan jika aku dan maha sedang bermain tebak warna. Ia tidak
selalu salah tapi sering tidak tepat..hahahaha. komrad bahkan pernah salah membeli
warna kaos. Ia membeli warna hijau padahal kami memesan abu-abu. Tidak
tanggung-tanggung, 100 lembar kaos harus dibawa pulang kembali ke sentral.
Untuk urusan ini, aku telah betul-betul faham. Aku bahkan
tidak menuntut komrad macam-macam saat menentukan warna untuk baju yang
kuinginkan. Saat ini, komrad masih mengecet di sana, tiba-tiba warna-warni itu
menuntunku menulis semua ini. Warna-warni ini telah terbiasa dengan kebiasaan
kami. Kami adalah dua pencerita sekaligus pendengar yang selalu tahu porsi
masing-masing. Warna-warni inpun tahu, bahwa kami selalu mendiskusikan hal-hal
sekecil apapun untuk kami bahagia”i” bersama. Warna-warni ini mengikat kami
begitu kuat dalam rasa percaya dan rasa saling menghargai satu sama lain.
Inilah pondasi dalam hubungan yang selalu kami refresh setiap waktu dalam
kondisi apapun. Termasuk saat tubuhku lelah namun kuharap tidak mencapai puncak
untuk kegiatan English Olympic ini. Komrad selalu mengingatkanku saat keuangan English
Home terasa sulit, atau bahkan cekak, bahwa kita melakukan ini sejak awal bukanlah
untuk bisnis. Kalaupun bisnis, rugi tidak akan mengepa. Kita melakukan sesuatu
untuk membahagiakan diri dan orang lain. Untuk membuat orang lain percaya bahwa
mereka punya sesuatu dalam dirinya yang bisa mereka andalkan.
Dan keputusan kami memilih backdrop yang kami cat dan gambar
sendiri adalah keputusan yang tepat. Bukan hanya lebih cantik tapi serasa
suasana bahagia itu terpancar sangat terang dari setiap warna yang kami
tampilkan. Dan aku bisa jamin, semua backdrop yang dikerjakan komrad
memancarkan kebahagiaan lebih berwarna dibanding produk digital printing yang
instan. I do believe.
Dan untuk warna-warni cinta yang tiap waktu Kau cipratkan
pada kami. Thanks God!
Ibu Nhytha
Rabu, 2 Mei 2012
#selamat hari pendidikan. Truslah belajar!
Komentar
Posting Komentar