Untuk 31 yang Keren!

Tak sadar sudah berusia 31. Untuk kategorisasi pemimpin muda yang sering dikampanyekan oleh Fadjroel Rahman Cs, tentu angka ini masuk dalam kategori tersebut. Tapi kalau dibandingkan dengan mahasiswa baru angkatan 2012, kategorisasi muda tentu agak sedikit bermasalah. Tapi siapa yang begitu peduli dengan kategorisasi itu! Dan saya juga tak begitu peduli. Toh, Ahmad Albar yang setua itu masih tetap gahar di atas panggung dan tetap menjadi ikon rock ‘n roll tanah air.  Dan melampaui itu semua, yang terpenting adalah bahwa di pijak umur ini saya masih bisa tersenyum bahagia bersama orang-orang disekitar dan semakin berbahagia karena bersama mereka, semua mimpi dan cita-cita tumbuh subur menunggu untuk dipetik.
Di umur ini, bersama keluarga kecilku, kami sedang asik-asiknya bercanda dengan mimpi-mimpi itu. Menjumpainya di pagi hari saat si kecil Mahatma masih begitu malas membuka kelopak matanya untuk segera melayangkan senyumnya yang sekejap bisa membuat kami, bapak ibunya, untuk sekejap memalingkan perhatian dari hiruk pikuk kehidupan yang sering tak ramah menyapa. Mahatma, jagoan kecil pertama kami, memang menjadi sumber dan sekaligus teman belajar kami. Si kecil kami itu, hingga usianya yang telah menginjak 3 tahun lebih,  telah mengajak kami berdua untuk belajar banyak hal tentang manusia dan kehidupan yang melingkupinya. Ia layaknya seperti miniature kehidupan itu sendiri. Mengajarkan kami untuk selalu bersabar namun tak diam, berkreasi namun tak miskin selera, dan dengannya kami diingatkan bahwa air mata, tawa, gembira, marah tidak hanya menjadi kosa kata, tapi itulah hidup yang sebenarnya. Dan saya bersyukur untuk semua itu. Semua itu adalah kado indah!
Hingga kini, saat usia sudah menginjakkan takdirnya di kepala tiga, saya selalu berbangga serta tak henti-henti mereproduksi syukur dalam berbagai bentuknya karena memiliki pasangan hidup yang kerennya Masya Allah. Sampai detik ini, selalu tak berani membayangkan jika tak dipertemukan dengannya. Harus kuakui banyak hal dalam diriku yang tak terlalu baik untuk jadi panutan. Dan untuk kategorisasi produktif dan efisien a la kapitalisme uzur hingga paling kontemporer, hal-hal ini tentu tak dianjurkan sama sekali, apalagi oleh para motivator-motivator yang mahal itu, meski saya tak peduli. Saya itu seringkali agak malas, selalu lelet dan terlambat, tak terlalu cepat mengambil keputusan, memudahkan sesuatu yang sebenarnya rumit, sering menunda, tapi untungnya masih tetap gagah..wkwkwk…dan untuk semua itu sekali lagi harus kuakui istriku yang tercinta itu selalu pandai memposisikan diri di tempat yang paling tepat dan proporsional. Sehingga kekurangan dan kelemahanku itu dapat segera di transform menjadi serupa semangat baru untuk belajar, berbagi dan bersyukur. Yup, Aufklarung. Dan itu semua adalah kado termanis buatku!
Dan yang tak kalah penting, saya memiliki keluarga yang meski tak selalu mengerti dengan pilihan-pilihan yang saya ambil dalam menjalani roda yang bernama kehidupan ini, tapi mereka tak pernah letih untuk mencoba mengerti atau memaklumi pilihan-pilihan tersebut. Saya juga memiliki teman-teman hebat yang selalu dengan caranya masing-masing mampu terus mengingatkan bahwa kehidupan adalah pelaksanaan kata-kata. Dan konsistensi atas semua ucap menjadi pijar menuju tapak hidup yang sebenarnya. Mereka juga selalu pandai mengulurkan jemari saat letih mendera, saat harapan seolah telah sirna. Dan itu semua juga menjadi kado indah untuk tahun-tahun yang tak mudah ini!

Tetaplah “marah” saat ku keliru, tersenyum saat kita menggapai cita yang sederhana, berbagi kebahagiaan yang sederhana. Tetaplah Berbuat Baik!

Terima kasih untuk doa dan harapan.

Dan, saya masih bernama Zulkhair Burhan, yang akrab kalian panggil Bobhy!

Jogja, 4 April 2012
Alhamdulillah.

Komentar

Postingan Populer