...4 tahun kami...

..4 tahun kita...
Aku terbangun terganggu dengan suara dua lelaki yang dua malam ini menginap di rumah. Suara Dulla yang entah sedang bicara dengan siapa, dan suara Dimas yang sepertinya sedang berdiskusi dengan Ana di pagi hari dengan tema yang agak menjlimet. Aku mencuci muka masih dengan kantuk dan menuju ruang tamu. Ana yang sedang berada di teras masih melanjutkan perbincangan tentang pembedahan masalah berdasarkan ekonomi politik. Anak muda.
Dimas kudengar berbicara panjang lebar tentang Sukarno pada masanya, aku betul-betul teringat komrad. Bukan karena komrad sering melakukan hal seperti itu. Tapi sebaliknya, kami selalu berdebat, tapi tidak pernah mendebatkan masalah serius.  Bertukar pikiran tentang sesuatu, tapi komrad tidak pernah menjelaskan hal-hal secara panjang lebar seperti seorang guru. Padaku, ia lebih suka membicarakan hal yang ringan-ringan. Awalnya, kupikir komrad tidak ingin aku mengerti tentang segala yang ia yakini saat itu. Tapi perlahan, aku sadar komrad memperlakukanku dengan istimewa, dengan begitu ia percaya bahwa aku bisa menangkap banyak hal sendiri dengan cepat tanpa perlu ia debat dengan suara keras seperti ia memperlakukan kebanyakan orang. Hanya sesekali ia mengingatkanku.  Dan itu terbukti ampuh untukku. Hubungan yang kami mulai dengan sederhana selayaknya seorang kawan,  membuatku belajar banyak hal. Ia tidak suka menceramahiku, mengajariku. Tapi, aku suka memperhatikannya saat bicara, saat membaca, saat menulis. Dan disitulah ia mengajariku, tanpa ia sadari.
Dan aku merenung, mengingat masa-masa yang pernah seperti mereka begitu bersemangat, berapi-api.  Teringat komrad, dan aku sadar kemarin tepat 4 tahun kami berdua mengarungi kehidupan rumah. Teringat komrad, dan tiba-tiba pagi membawaku terbang kembali ke hari-hari yang kulewati  sejak 9 tahun lalu bersama komrad. 9 tahun bersamanya, seolah itu baru terjadi kemarin.
 Aku dan komrad sama-sama lahir di tengah keluarga yang sederhana yang jauh dari kehidupan foya-foya, dan bentuk kemewahan yang berlebihan, kehidupan semacam itu hanya kami nikmati lewat tontonan tivi.  Sama-sama dibesarkan dengan pendidikan agama sebagai pondasi utama dalam perjalanan hidup kami. Kami sama-sama tidak senang dengan semua otoritas yang membelenggu kebebasan. Jika saat pertama kali bertemu komrad telah maju dengan  semua konsep dalam hidupnya, aku masih terbelenggu dengan pemenanganku atas kebebasan “keakuan”ku.  Kesamaan yang sedikit tadi selanjutnya menjadi bingkai yang kami gunakan dalam mengaitkan, menyelaraskan banyaknya perbedaan yang kami miliki.
Komrad dan aku sejak dulu hingga kini telah memproklamirkan bahwa  kami tidak akan berhenti saling mempelajari, hingga 4 tahun yang lalu, kami berikrar bukan hanya di hadapan ratusan mata, tapi kami berikrar pada Sang Pemilik kami, bahwa kami satu sama lain tidak berhenti beribadah dengan terus menjaga janji kami, mempelajari  titahNya dengan segala ketidaksempurnaan kami, membaca tanda-tandaNya lalu menerjemahkannya dengan sederhana.
4 tahun terasa begitu cepat. Kami melewati hampir semuanya dengan bahagia. Dia_Yang selalu Mengawasi_ tidak pernah membiarkan kami terpuruk jauh dalam kesedihan ataupun terbakar dalam amarah. Dia melalui semesta mengirim jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kecil dan besar, Dia menunjukkan jalan, dan menyiapkan banyak kejutan yang betul-betul selalu kami syukuri.
4 tahun dan kami tidak berhenti saling menggenggam, menopang, saling merawat luka.selama itu pula kami telah membiarkan bulan pergi dan menanti matahari setiap hari, namun kami selalu merasa ada yang baru untuk didiskusikan, dipelajari dan selanjutnya dibagi. Hal-hal besar dan kecil yang menjauhkan kami dari rasa jemu atas masing-masing kami. Potongan rambut, bau badan, gigi yang sakit, komedo yang terlalu banyak, ketombe yang tidak mau pergi, konser-konser musik, lagu-lagu keren, film-film romantis, kenaikan BBM, aksi mahasiwa, kerusakan jalan, harga pasar, cara orang lain berjalan, motor yang rusak, Mukhtar Mas’oed, English Home, HIMAHI, banjir, apa saja yang selalu membuat perbicangan kami terasa keren dan menunggu hal-hal kecil lainnya untuk kami angkat dan kami bicarakan. Dan pastinya tentang buah cinta kami yang tumbuh semakin besar dan semakin kaya akan pertanyaan. Dan semua itu, sama sekali tidak membosankan.  4 tahun yang penuh kami lewati dengan membungkam lelah kami dalam malam dan membakar semangat kami saat pagi datang.
Cerita 4 tahun kami, bukannya tanpa batu sandungan yang buat kami jatuh dan menangis. Ini bahkan lebih parah dari yang sering kami harapkan. Kadang dunia begitu gelap tanpa cahaya, kadang harapan karam di dasar laut, kadang  rencana harus kami bolak-balik,  tapi itu membuat kami semakin kuat bersama, semakin kuat menggenggam. Kami jatuh selalu, namun semakin sering kami jatuh, semakin yakin kami bahwa kami tidak bisa saling melepaskan.
Dan perjalan menuju 4 tahun ini telah kita jejaki dengan berat. Jarak..waktu..kita begitu terbelenggu olehnya. Kita diselimuti rindu berkabut-kabut. Tapi, berterima kasihlah pada kecanggihan tekhnologi, walau tidak serta merta menghapus rindu semua itu bisa mengobati.  Kita masih bisa saling mendengar, saling menatap, dan saling memarahi. Dan kita menahan rindu demi harapan dan mimpi. Kita tidak pernah kehilangan itu.
4 tahun, aku dan komrad. Kami percaya, kami dua orang yang telah dipilih untuk bersama dan mengarungi hidup dengan saling melengkapi. Jalan 4 tahun ini telah kami telisik dengan sedemikian dalam dan rapih, perjalanan panjang pun semakin membentang. Kami akan siap, aku yakin itu. Tapi kami lebih kuat karena kami punya keluarga, punya adik dan kakak,  punya sahabat, punya teman, yang berada di samping kami selalu. Mereka dengan cara masing-masing, mewarnai hidup dan cinta kami, mengingatkan kami, lalu menguatkan kami. Kami mungkin bisa kehilangan banyak hal, tapi kehadiran orang-orang ini dalam kehidupan kami membuat kami merasa cukup dan bersyukur atas hidup.
4 tahun komrad..., dan kita telah saling menemukan wujud diri satu samalain. Ia berwujud cinta dan tentunya berwujud Mahatma Ali El Gaza. 4 tahun, dan kita tidak akan berhenti belajar bukan??? menjadi istri yang baik, menjadi suami yang baik, dan menjadi orang tua yang keren untuk anak-anak kita kelak. Dan kita tidak akan keberatan mewariskan dua hal yang tidak ingin berhenti kita lakukan _belajar dan berbagi_
Lalu  padaMu yang telah menulisku untuk komrad dan komrad untukku, jangan pernah lepaskan kami. Terimakasih atas cinta yang sesungguhnya yang mewujud dalam setiap langkah. Kau memang keren..selalu keren! Jaga kami dalam perjalanan kami selanjutnya, jaga kami hingga puluhan tahun mendatang untuk tetap saling mencintai.
Selamat untuk 4 tahun kita komradku...
 
Ibu Nhyta..
6 April 2012
#terlilit rindu

Komentar

  1. membaca kisah kalian ditemani suara anji dalam alunan lagu 'bersama bintang' betul2 membuat ku renyuh.. iri dan cemburu tidak lagi kurasakan jika membaca setiap cerita kalian, tapi lebih tepatnya belajar dari cerita-cerita itu.. dan berharap bisa turut merasakannya di wujud yang lain.. teruslah belajar lalu berbagi padaku, pada semua..
    selamat 4 tahun para comrade..
    tyana

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer