Beginilah Rasa Itu!
Sudah seminggu
ini ia tak pernah menampakkan wajahnya. Setelah beberapa hari, baru kami menyadarinya.
Pantas seminggu ini kami tak pernah melihatnya bermalas-malasan sebelum
akhirnya terlelap siang di kamar bawah. Ia juga tak pernah lagi mengganggu kami
yang sedang serius menonton sebuah acara live
musik di sebuah stasiun tivi pada jam-jam yang sangat larut dengan
candaan-candaan yang kadang tak lucu sebelum akhirnya ia kami biarkan terlelap
di sebuah sofa di ruang tivi kami. Mama Edo, pemilik warung sebelah kosan
ternyata juga mencarinya. Anak-anak di belakang warungnya juga tak pernah lagi nampak
bermain dan bercanda dengannya.
Kami
menyadari ketidakberadaannya baru beberapa hari lalu dan tak satu pun dari kami
yang betul-betul tahu dimana ia berada. Kami betul-betul kehilangannya.
……………
Kami tak tahu
ia datang dari mana. Beberapa bulan lalu tiba-tiba saja ia sudah berada di
kosan ini. Ia datang saat kami sedang menggelar event pertandingan catur antar warga kosan yang disponsori oleh
seorang penghuni kosan yang sepertinya salah satu yang termakmur di kosan ini.
Buktinya sederhana, setiap kali waktu makan menunya pasti nasi padang yang
harganya beberapa tingkat lebih mahal dibanding makanan padang yang sesekali
kami santap saat lidah ini meminta jamuan yang berminyak. Hadiahnya lumayan, bisa untuk makan nasi telur
plus satu tempe yang berharga tiga tibu rupiah di warung milik Mbak Sri. Meski
hingga kini pertandingan itu belum pernah betul-betul berakhir.
Awalnya kami
tak begitu peduli dengan kehadirannya. Bahkan tak jarang ia harus menghadapi sumpah
serapah agak keras saat ia mulai bermanja-manja dan sok akrab dengan beberapa orang dari kami di kosan ini, termasuk
diriku. Mesti saya tak pernah benar-benar marah dengannya. Bagaimana kami tak
marah jika tiba-tiba saja ia sudah berada di dekat kami dan membuat
gerakan-gerakan tak penting yang membuat ketenangan nonton tivi buyar. Belum
lagi kalau tiba-tiba ia sudah berada di kamar sambil tidur-tiduran malas di
jam-jam saat kami juga harus beristrahat. Dan parahnya lagi ia pasti membuat
kegaduhan di tempat tidur kami dan akhirnya semuanya jadi berantakan. Saya sendiri
paling tak senang saat sedang begitu berkonsentrasi di depan komputer untuk
mengetik satu dua paragraf dari tugas akhirku dan tiba-tiba saja ia sudah
berada di kamar dan membuat konsentrasiku buyar dalam seketika. Pokoknya di
hari-hari pertamanya di kosan ini tak ada kesan baik dari dirinya. Meski tak
begitu tega juga untuk mengusirnya.
Mamet, adalah
satu-satunya orang di kosan ini yang begitu memperhatikan dan peduli saat ia
pertama kali datang di kosan ini. Tak butuh waktu lama bagi Mamet untuk
mengakrabkan diri dengannya. Bahkan Mamet lah yang paling rela memberikan
tempat tidurnya dan tak jarang berbagi makanan dengan dirinya. Dalam sekejap
mereka berdua seperti telah saling memahami perasaan satu dengan lainnya. Entah
mengapa Mamet begitu perhatian dengannya. Ah, saya tak mau menduga-duga!
Hari berganti
hari, event catur yang kami gelar tak
pernah betul-betul berakhir dan ia masih tetap berada di kosan ini. Mungkin
karena kami sudah mulai terbiasa dengan keberadaan dan tingkah lakunya setiap hari
hingga akhirnya kami luluh juga. Satu per satu dari kami mulai begitu
memperhatikannya. Saat ia hendak tidur siang, kami rela memberikan kasur yang
tak begitu empuk di kamar kami untuk ia tempati. Ia paling sering memilih kasur
di kamar bawah milik Aswin. Kasur yang sebenarnya tak begitu cukup empuk. Jika
jam makan siang telah berakhir dan ia menunjukkan gelagat malas, kami tau ia
sebentar lagi akan menuju kamar si Aswin dan tak lama ia sudah terlentang
terlelap tak berdaya. Dan entah mengapa kami
sudah memahami semua tingkahnya. Betul-betul sangat memahami!
Soal makanan,
tak hanya Mamet lagi yang peduli untuk berbagi dengannya. Saat waktu makan
telah tiba ia pasti kami panggil. Kami akan merasa ada yang hilang jika ia tak
ada saat kami menyantap hidangan sederhana lagi murah dari warung sebelah
kosan. Bahkan pernah suatu saat, seorang kawan dengan ikhlas hati mengajaknya
makan dengan menu yang harganya lumayan mahal apalagi jika dibanding dengan
menu yang setiap hari kami santap. Meski kami lumayan iri, tapi kami ikut
bahagia saat ia sumringah sesat setelah kenyang dan mulai menunjukkan
tingkah-tingkah lucu.
Kami juga
paling sering disibukkan dengan tingkah lakunya di jam-jam saat sebagian besar
manusia sudah beranjak menuju mimpi, dan sebagian yang lain masih masih memilih
atau harus beraktivitas. Tak terkecuali sebagain besar dari kami di kosan ini. Di
jam-jam saat kami biasanya sedang berada di ruang tivi yang berada di lantai
dua kosan ini dan sedang menikmati suguhan live
musik di salah satu tivi swasta nasional kepunyaan salah satu petinggi partai
politik berlambang pohon beringin itu, ia pasti menyibukkan diri dengan mondar
mandir di depan kami sambil sesekali membuat aksi-aksi tak penting. Kami tak
lagi naik pitam saat ia berlaku seperti itu karena biasanya itu semuanya
dilakukannya sebagai cara untuk mengantarnya tidur. Karena sesaat setelah
letih, maka ia akan segera ke sofa di ruang tivi kosan dan terlelap disana.
Saat ia terlihat kedinginan namun masih terlelap, maka biasanya kami akan
berinisiatif menyelimutinya. Ah, betul-betul manja dia!
Oh iya, tidak
hanya kami di kosan ini yang memperhatikannya dengan amat sangat. Ternyata Mama
Edo, ibu pemilik warung samping kosan tempat kami membeli cemilan dan minuman
dingin juga sangat peduli dengannya. Dan
tak jarang ia juga dijamu dengan makanan yang lebih enak dibanding yang kami
berikan di waktu jam makan telah tiba. Tidak hanya Mama Edo, anak-anak
dibelakang warungnya juga begitu memperhatikannya. Suatu saat kudapati mereka
sedang bermain dan bercanda dengannya. Dan anak-anak itu terlihat sangat
bahagia. Saya hanya tersenyum melihat mereka.
……………………
Entah siapa
yang pertama kali memanggilnya dengan nama itu dan hingga kini kami masih
memanggilnya dengan nama itu. Kami memanggilnya dengan nama Komet. Nama itu
diambil dari nama event pertandingan
catur yang kami gelar di kosan ini beberapa bulan lalu yang juga belum selesai
hingga hari ini.
Kehadiran Komet
di kosan ini memang membawa warna baru bagi kami. Ia menjadi objek nyata tempat
kami mencurahkan perhatian, kasih sayang, kerinduan yang sepertinya sedang
terpendam dalam dan menunggu waktu dan tempat untuk dicurahkan. Dan semua rasa
itu begitu nyata terlihat dan terasa saat siapa pun dari kami mencurahkannya
kepada Komet.
Dulu, Komet
adalah tamu yang tak diundang di kosan ini. Tapi kini ia berubah menjadi simbol
kasih sayang, perhatian dan rasa rindu. Dan kami menikmatinya.
……………………
Tiga hari
lalu saat kami sibuk mencarinya, Komet tiba-tiba muncul kembali di kosan
setelah hilang hampir dua minggu. Ia nampak begitu lemah dan tak bersemangat
tak seperti biasanya. Sejak datang, ia hanya memilih berbaring tak berselera di
kasur yang tak begitu empuk kesukaannya di kamar bawah. Kami khawatir
dibuatnya. Kami menggodanya tapi ia tetap tak bergeming. Ia tetap berbaring
lesu seperti merasakan sakit.
Lama kami
perhatikan lebih seksama, ternyata ia terluka. Di sekujur tubuhnya, beberapa luka
terlihat menganga meski tak lagi mengeluarkan darah. Dari gerak geriknya,
sepertinya ia berusaha menyembunyikan rasa sakitnya dan berusaha mengatasinya
sendiri. Tapi kami terlanjur terbiasa melihatnya riang dan bergembira. Sehingga
tak mungkin terus membiarkannya seperti itu. Betul-betul sedih kami dibuatnya.
Tak menunggu lama, kami berusaha mengobatinya meski sesekali ia menolak. Kami
memang sedikit memaksa tapi itu demi kebaikannya meski tak tega juga melihatnya
meringis kesakitan. Pokoknya Komet harus segera sembuh dan melihatnya kembali
riang dan bergembira.
Hari ini,
Komet sudah mulai bisa bermain dan bercanda lagi dengan kami. Meski ia masih
lebih sering berbaring tapi kami terus menggodanya dan mau tidak mau dia harus member
respon. Dan kami gembira.
……………………..
Dari Mama Edo
kami tahu kalau lukanya diakibatkan oleh cakar kucing besar milik tetangga sebelah. Saat
dicakar, Komet memang tak bisa memberi perlawanan yang berarti karena Komet
memang masih kecil dan ia memang kucing rumahan yang tak terlalu pandai
berkelahi. Semoga Komet cepat sembuh!
Bobhy
Jogja, 18 April 2012
Akhirnya
Komentar
Posting Komentar