It’s Pure Saturday
Saya begitu gembira dan tak
tahu hendak memulai dari mana!
Tak seperti biasa, ada
keramaian kecil di kos-kosan sesaat setelah magrib berlalu. Jam di dinding sebentar
lagi akan menuju pukul 19.00, dan semuanya bergegas. Lalu saling mengajak! Beberapa
teman sudah terlihat rapi, sangat Britpop minus topi pancing. Dan yang lain
tampil biasa saja, termasuk saya yang hanya mengenakan atasan kaos dibaluti
jaket dan bawahan celana pendek serta topi andalanku. Kostum standar saat menghadiri satu panggung
gelaran.
Sabtu malam kemarin, kami,
hampir semua penghuni kosan, menghabiskan malam minggu di sebuah konser
sederhana yang digelar untuk memeriahkan ulang tahun ketiga sebuah distro clothing
di kota ini. Konser yang bertajuk For
Friends ini digelar di halaman RRI Pro 2 Demangan. Meski lebih sederhana,
minimal dari promosinya dibanding konser RAN & Raisa dan Jamrud, namun
band-band yang ditampilkan tak bisa dianggap sepele. Bayangkan, konser malam
kemarin itu menampilkan dua band lokal Jogja, Skandal dan Suddenly Sunday, dan
tiga band papan atas Bandung, Bottlesmoker, The Milo dan Pure Saturday. Wow!
Dan yang paling penting, panggung ini gratis..tis..tis…What a gift!
Pukul 19.00 lebih sedikit, kami
sudah berada di depan Kantor RRI. Panggung masih kosong dan halaman RRI belum
lagi ramai. Seperti biasa, acara seperti ini sering tak tepat waktu. Tapi tak
apa, kami memutuskan untuk mengisi lambung tengah sebelum acara dimulai. Untuk “kegaduhan”
beberapa jam kedepan, kami harus memastikan stamina tetap terjaga. Dan jadilah
menu khas burjo di seputaran Cedrawasih, tak begitu jauh dari RRI, menjadi
hidangan penambah energi malam itu.
Setelah santap malam yang
sederhana itu, kami segera merapat ke area konser. Dan kali ini, halaman
stasiun radio milik pemerintah ini mulai sesak dipenuhi penonton. Tak begitu
lama, dua host kocak superlative
membuka acara dengan guyonan khas Jogja. Tawa riuh disetiap guyonan yang mereka
sampaikan. Meski lebih sering berbahasa Jawa, dan lebih banyak tak kupahami
tapi tawa tetap keluar untuk beberapa guyonan yang kupahami. Dan terus seperti
itu hingga mereka menutup acara. Dan hingga detik terakhir, gelak tawa juga
masih riuh terdengar. Benar-benar kocak. Kamsuan!
Wkwkwkwkw….
Penampil pembuka malam itu
adalah dua band lokal Jogja, Skandal dan Suddenly Sunday. Ini kali pertama
melihat penampilan kedua band ini dan mendengar lagu-lagu mereka. Skandal
membawakan empat buah lagu malam itu. Untuk penampil pembuka, kupikir mereka
berhasil “memanaskan” suasana. Meski sesekali ada masalah teknis di sela
penampilan. Oh iya, satu-satunya personil band ini yang kukenal, adalah
basisnya. Meski tak ingat lagi namnya, saya pernah bertemu dengannya suatu
waktu di rumah Farid, vokalis FSTVLST. Kalau tak salah ingat, ia juga mengelola
sebuah majalah anak muda di kota ini.
Berikutnya, Suddenly Sunday.
Dari kelima personil band ini, tiga diantara mereka adalah perempuan. Vokalis,
basis dan drummer. Mereka membawakan lima lagu. Untuk lagu pertama, band ini
berkolaborasi dengan salah satu personil Answer Sheet, band ukulele lokal Jogja yang. Dan di
lagu-lagu berikutnya yang khas rockindie, para penonton semakin rapat mendekat
ke panggung yang tak begitu tinggi itu. Meski belum terlihat “moves” progresif dari penonton, tapi
band kedua ini berhasil membuatku tak sabar memasukkan lagu-lagu mereka ke playlist harianku. Dan teman tetangga
kamarku punya cara sendiri mengagumi band ini, ia begitu kagum dengan si basis
yang berkemeja putih malam itu. Hahaha…
Malam semakin beranjak tua,
namun penampilan Bottlesmoker membuat malam itu menjadi lebih “berbunyi.” Band
yang digawangi oleh Angkuy dan Nobbie ini menjadi penampil ketiga malam itu.
Bottlesmoker adalah band yang mengusung konsep bedroom music, yang memproduksi musik di kamar mereka sendiri
dengan menggabungkan bunyi-bunyian dari mainan anak-anak dan keyboard dan
kemudian menghasilkan electronic sound.
Di atas panggung, dua orang yang identik dengan topi bermotif hewan ini dengan
lincah memainkan beberapa jenis keyboard dipadu dengan mainan anak-anak yang
menghasilkan bunyi-bunyian menarik. Dan sesekali mereka berdua mengaktifkan
sebuah mainan yang menghasilkan balon busa yang membuat suasana lebih berbeda. Tak
terlalu banyak sapa di sela-sela lagu, mereka berdua lebih berkonsentrasi
mengeksplor sound dan bunyi-bunyian di setiap lagu. Pokoknya, sangat Bandung
lah! Sayang mereka tak membawakan lagu cover Tentang Cinta milik Melancholic
Bitch yang beberapa bulan lalu mereka rilis gratis. Menyaksikan mereka berdua tepat
di bibir panggung, bereksplorasi dengan bunyi-bunyian itu membuatku teringat
sama si kecil di rumah. Sepertinya, besok saya harus segera ke toko mainan
membelikannya mainan yang bisa ia eksplor menjadi bunyi-bunyian yang berirama. Terbius
dengan perform Bottlesmoker sampai tak ingat mereka membawakan berapa lagu,
sampai akhirnya mereka berterima kasih
setelah lagu terakhir.
Setelah Bottlesmoker, saya
memilih agak ke belakang menjauhi panggung bergabung dengan teman-teman sambil
menikmati joke dua host “gila” itu. Selain untuk menyiapkan hati, saya juga
ingin memastikan tak ada yang membawa silet diantara teman-teman yang bisa ia
gunakan untuk menyayat-nyayat diri sendiri karena lagu-lagu band berikutnya, yang
selalu bisa mengerti dengan mereka yang sedang galau..Wkwkwkw…
The Milo sudah di panggung.
Satu intro panjang membuka dan semunya nampak kelam. Kami mendekat. Saya
sendiri kembali begitu dekat dengan bibir panggung dan membiarkan teman-teman
kosan berada tak jauh di belakangku. Nomor-nomor dari album Let Me Begin dan
Photograph yang kelam nan manis pun mengalun pelan dan sesekali menghentak di
nada-nada akhir. Dreams, Romantic Purple,
Don’t Worry For Being Alone, So Regret, Dreams, For All The Dreams That Wings
Could Fly, Apart, dan tentu Daun dan Ranting Menuju Surga. Untuk
lagu For All The Dreams That Wings Could
Fly, The Milo berkolaborasi dengan Maradilla Syachridar, vokalis Homogenic.
Mendengarkan lagu-lagu The Milo memang akan membuatmu seperti sedang berada di
kamar dan sendirian sambil sesekali menghela nafas panjang untuk kisah cinta
yang berlika-liku. Mungkin iya, mungkin juga bukan ini alasan yang membuat
seorang teman langsung jatuh cinta dengan The Milo. Bagi siapa pun yang sedang
meratap karena kasih yang tak juga berbalas maka sebaiknya hadapi hidup yang remuk hapus semua kenangan yang kelam!
Malam makin menua dan akhirnya
yang ditunggu sudah di depan mata. Pure Saturday. Band yang meraih penghargaan
sebagai Best Indonesian Alternatives yang dirilis oleh Aquarius Musikindo dan
merupakan salah satu pionir skena indie Bandung ini telah berada begitu dekat
dengan kami. Dan Semua mulai merapat bahkan saat lagu pertama belum mengalun. Saya
yang awalnya berada di belakang untuk rehat sejenak segera memilih ke kerumunan
paling depan saat lagu pertama mulai menghantam dan gerakan-gerakan progresif
dari para Pure People, sebutan untuk para penggemar Pure Saturday, mulai ikut
menghantam.
Di kerumunan saya bertemu Farid,
vokalis FSTVLST, yang sedang sibuk mencari kaca matanya yang jatuh saat
berlompatan ria. Saya yang baru tiba dan melihat kaca mata itu langsung
memungut dan memberikannya, ia kaget karena saya tiba-tiba sudah di dekatnya
dan kami tertawa, memberikan peluk khas sahabat yang sudah lama tak bersua. Dan seterusnya, kami berdua bersama yang
lainnya berbaur dalam hingar bingar yang tanpa ampun. Teriakan yang seringkali
hanya mengandalkan emosi pada setiap lagu, menyiapkan tenaga untuk siapa saja
yang tiba-tiba bermoshing ria, lompatan tanpa ritme dan menimbulkan tabrakan
sana sini, dan tentu peluh yang terbagi. Dan tentu raut bahagia ada
dimana-mana.
Hampir semua lagu disambut
dengan koor bersama kecuali untuk Lighthouse yang merupakan rilisan pertama
dari album baru Pure Saturday, Grey Album, yang sebentar lagi akan di launch.
Late The Saddest, Coklat, Elora, Pathetic Waltz, Di Bangku Taman, Spoken, dan
tentu Kosong dan Desire disambut hangat dan gahar. Dan yang paling fenomenal
dan kupikir tak akan terlupakan seumur hidup saat para Pure People meminta band
idola mereka menyanyikan lagu Oasis. Si Farid yang “memprovokasi” hingga
akhirnya di atas panggung mengalun lagu sejuta umat, Don’t Look Back in Anger.
Dan si Farid pula yang “merebut” mic dari si Iyo, vokalis Pure Saturday, dan
naik ke atas panggung memimpin “keributan” ini. Wah, menyaksikan Pure Saturday
menyanyikan Don’t Look Back in Anger malam itu betul-betul kejutan dan akan
selalu kuingat jika mendengar lagi lagu ini. Gila, malam itu betul-betul gila! Dan
kalian tahu, hampir semua yang berada di kerumunan paling radikal itu kutau tak
muda lagi. Mereka adalah saksi hidup saat Pure Saturday begitu jaya di awal
90-an. Dengan perut yang sudah mulai membujur kedepan, stamina sudah tak begitu
joss tapi tiba-tiba mereka jadi “muda” saat band idola menyapa. Sebelum lagu Desire
menutup, saya tinggal menyisakan sedikit stamina dan peluh mengucur deras. Dan pasrah
jika harus terkapar.
Ah, gambaranku ini belum cukup
mewakili “kegilaan” malam itu. Dan kami tersenyum bahagia saat semuanya telah
sampai di nada akhir.
Tapi kegembiraan belum
berhenti…
Saya menjambangi meja tempat
band-band penampil menjual merch nya. Disana ada poster The Milo yang bisa
diambil gratis dan tentu bisa langsung meminta tanda tangan kelima personil
band “low profile” itu. Sebelum mndapatkan tanda tangan mereka, saya lagi
bertemu Farid dan tiba-tiba ia agak mengeraskan suara dan memberitahu kalau
saya berulang tahun. Dan sontak beberapa orang menyanyikan lagu ulang tahun
untukku termasuk dua personil Bottlesmoker dan yang lain kebingungan dan
bertanya siapa yang berulang tahun. Saya sendiri yang masih terbawa suasana
hingar sebelumnya ikut saja bernyanyi dan menikmati. Ah, indahnya ultahku kali
ini.
Setelah mendengar Farid
menyanyikan potongan lagu baru FSTVLST dengan agak berbisik seperti seorang Ibu
menyanyikan lagu penghantar tidur untuk anaknya, saya dan Aswin beranjak pulang
dan membawa sejumput kebahagiaan yang sederhana. Tapi sayang saya melewatkan
sesi foto bersama teman-teman dan Pure Saturday. Tapi tak apa mungkin kali
lain.
“Ini betul-betul hari Sabtu, It’s
Pure Saturday!” kata Aswin.
Uh, letih.
Jogja, 10 April 2012
Komentar
Posting Komentar