berbahagialah Arni...

Aku mengenalnya lewat Niar dan Egi, dua saudaraku yang kukenal saat SMU, yang hingga kini menjadi bagian dalam perjalananku. Malam ini, kucoba mengulik ingatan sore itu. Saat aku sedang getolnya berTKU, sedang menikmati masa-masa tanpa rumah demi mencari sebuah kosan atau apa saja yang bisa ditinggali yang pas dengan kriteriaku. Syarat utamanya, aku harus punya WC pribadi.
Sore itu, Egi dan Niar membawaku ke Jln. Sahabat. Demi membantuku memilah tempat yang cocok menjadi home sweet home untukku. Mungkin, 2 orang itu sudah bosan melihatku mondar mandir mencari tempat tidur di ujung segala aktivitasku termasuk pondokan mereka, lebih-lebih saat TKU tiba-tiba menjadi tidak nyaman di tempati tidur. Pondokan Arni, berada d lorong 2 Jl. Sahabat. Saat itu, pondokannya adalah pondokan termahal di daerah situ mencapai hampir tiga juta setahun. Selain harganya, kriteria kosan Arni sangat cocok denganku.
Dia yang saat itu, hanya kudengar lewat episode cerita Egi dan Niar menyambutku dengan hangat. Seperti kebanyakan teman baru, aku selalu mampu bersikap terbuka. Dan diapun sama. Rasa penasaranku teroabati saat melihat Arni,menurut dua orang ini aku punya banyak kesamaan dengannya. Ceplas-ceplos, cerewet, tidak pedulian. Dan aku menemukan semua hal itu, di kali pertama bertemu.
Langsung tanpa basa-basi, kami berdua seperti punya konektivitas. Dan yang membuatku betul-betul ingat, karena kami punya kesamaan. Kami sama-sama kecanduan dengan satu benda. Aku tahu, kamu masih ingat..Arni. Bedanya, masa-masa itu adalah masa-masa dimana aku sedang berusaha keras dan berkomitmen untuk lepas dari candu itu, dan Arni berusaha meyakinkan dirinya bahwa pilihannya adalah benar dan melihatnya dari sisi yang berbeda. Kami menghargai pilihan masing-masing, setiap bertemu, Arni bahkan berusaha untuk menjaga pilihanku agar tetap di jalurnya.
Setelah beberapa kali bersua di masa-masa itu, aku tidak lagi sering bertemu dia. Kembali dipertemukan di tahun-tahun akhirku di kampus, yang justru menjadi masa-masa yang sedang ia nikmati untuk berorganisasi di salah satu organisasi kampus, Arni tidak berubah banyak. Ia masih sama seperti yang kutemui pertama kali.
Dan konektivitas manusia yang semakin merapat lewat jejaring sosial juga tidak melewatkan hubunganku dengan makhluk yang satu ini. Lewat statusnya, lewat apa yang ia baca, aku hanya tahu ia masih seperti dulu.
Beberapa hari lagi, dia menuju sebuah rumah. Rumah yang pastinya telah ia design sejak lama. Jarak yang jauh, memastikanku untuk tidak datang dan aku memilih bergabung bersama teman-teman yang lain untuk menuliskan sesuatu padanya sebagai hadiah pernikahannya. Aku tidak bisa menulis banyak, pengalamanku di bidang ini pun baru seumur jagung. Tapi aku tidak keberatan membaginya, sebagai usahaku untuk berbagai kebahagiaan pada semua orang.
Seperti yang kupahami, membicarakan keluarga adalah membicarakan dua orang. Mereka tidak terlahir betul-betul cocok dan sama. Mereka dipertemukan karena dipercaya oleh Sang Maha untuk saling mengerti dan memahami ketidakcocokan masing-masing. Mereka disatukan karena Dia yakin, bahwa mereka tidak akan menjadi lebih baik tanpa yang lainnya. Hanya itu. Sederhana memang, tapi tidak sesederhana kata-kata. Butuh keyakinan, kesabaran, dan usaha yang keras. Akan banyak pertengkaran, kesedihan, ketidaksepakatan, tapi ia akan menjelma bahagia di akhir karena semua kerikil, semua batu telah disingkirkan atas nama cinta.
Selamat berbahagia Arni bersama orang yang telah mengistimewakanmu. Aku percaya dia istimewa, karena telah menemukan keseluruhan dirimu sebagai perepmpuan dan menjatuhkan hatinya untukmu. Berbahagialah bersama seperti apa adanya dirimu, seperti bagaimana dirimu, tidak perlu berubah. Kita hanya perlu giat belajar menjalani peran-peran baru!!!

Watampone, 29 Februari 2012
Ibu Mahatma
# dia sedang sakit

_tulisan ini dibuat sebagai kado untuk sobat kami Arnee Baledempo

Komentar

Postingan Populer