generasi terburu-buru ...
Kita adalah generasi terburu-buru. Dalam banyak kesempatan,
kita menisbahkan waktu selayaknya tuhan. Begitu maha perkasanya. Waktu menjadi
picu gerak kaki, dia menjadi alasan utama saat mata masih ketagihan bantal dan
kasur atau mungkin bidang datar lainnya. Dia seperi jagoan di film-film silat,
yang membiarkan kita seperti tokoh antogonis yang merasa menang di awal
pertempuran. Berleha-leha, berlowong-lowong, menikmati desahan angin yang
menyapa kulit. Namun seketika, saat waktu bergerak. Tik..tok..tik..tok. suara
itu membangunkan. Suara itu menjadi penanda bahwa hidupmu akan dimulai.Lalu…bangun
terburu-buru, mandi terburu-terburu, sarapan tidak sempat, menyisir rambut
bahkan lupa. Berdandan seadanya.
Lalu kita bertemu orang-orang yang sama. Yang juga sedang
terburu-buru, di satu kluster kehidupan bernama “jalanraya”. Di antara semua
orang-orang yang sama ini, mereka saling berlomba tanpa perlu saling mengenal
satu sama lain, mereka adu cepat walau tempat yang dituju tidaklah sama, mereka
bahkan sering saling bersinggungan, bersenggolan dan bertabrakan. Lalu memulai
sapaan dengan umpatan, jangankan senyum. Kita bahkan enggan saling lirik walau
di sisi jalan ada yang sedang terjatuh. Sebesar-besarnya peduli adalah, saat
gas sedikit dikendurkan hanya untuk menjawab ingin tahu kita. Jalan raya adalah
realitas paling kejam dan paling nyata yang mestinya mengambil bagian penting
dalam sejarah peradaban manusia.
Semakin hari jalan raya semakin penuh dengan manusia yang
tergesa-gesa. Roda berhimpitan. Sepersekian detik lengah, kita akan terjatuh.
Bukan hanya luka atau darah, kita akan mengakibatkan pejalan melambat, lalu
mereka menumpuk,lalu lumpuh. Dan akan terdengar umpatan yang menggunung, dengan
klason yang semakin lama semakin mengeras dan tidak beraturan, mewakili
kekesalan dan amarah.
Yah…pengguna jalan di kota ini selalu lupa bahwa membunyikan
klakson berkali-kali dengan keras tidak terlalu signifikan untuk mengurai semua jenis kemacetan yang sedang mereka
hadapi. Klakson adalah bahasa paling kasar dan jelas mewakili apa di jalan
raya.
Kita mungkin adalah generasi terburu-buru. Tapi bolehlah memilih
untuk berhenti sejenak. Dalam diam, kita bisa bernafas lebih lega.
Mei 2016
ibumahasuar
Komentar
Posting Komentar