Drama Korea

Apa yang menerik dari drama Korea? Apa yang membuatnya lebih menarik dibandingkan dengan film Indonesia selain wajah mulus putih nan tampan dan cantik itu? Secara pribadi, aku punya jawaban sendiri. Mari menyimak..
Tidak kupingkiri, Meteor Garden dan F4, yang pesonanya tak habis kunikmati, kuteriaki, yang kuhisteris akannya adalah tonggak utama akan penilaianku terhadap film-film produksi Taiwan, Korea, bahkan Philipina selanjutnya hingga sekarang. Bayangkan, hampir dua decade dan mereka punya andil yang cukup besar dan mempengaruhiku dalam selera tontonan. sekali lagi, bukan karena wajah mereka yang jika membayangkannya selalu membuat hati ini gembira….hahahahahhaha. itu adalah factor ketiga dari beberapa factor yang buatku senang akannya.
Ya..setelah Meteor Garden, aku hampir tidak punya referensi tentang kekecean orang-orang Korea, selain Won Bin yang saat SMU sempat kulihat filmnya di layar kaca. Seingatku judulnya Friends. Bercerita tentang akulturasi budaya Jepang dan Korea. Temanya sama, cinta sepasang manusia. Nah..hampir sama dengan drama atau kalau di Indonesia kita menyebutnya sinetron, tema yang diangkat adalah kisah cinta. Namun, film Korea dan atau Taiwan mengemasnya dengan totalitas yang sangat maksimal.
Nah..adalah Nurda Adhaeni, seorang sahabat nan jauh di pulau Sumbawa mengabarkanku tentang film ini. judulnya The Heirs katanya, dan aku harus menontonnya. Aktornya, si cakep Lee Min Ho (semoga tidak salah tulis), selain dia aku tidak tahu nama aktor yang lain. Aku lebih menghapal mereka dari film yang mereka berakting di dalamnya. Aku memang bukan penggemar fanatic artis-artis Korea. Susah menghapal namanya. Temanya sama, kisah cinta si kaya dan miskin yang dirintangi perbedaan yang begitu mencolok. Setelah dua minggu dan beberapa kali kulihat peredaran judul itu di dunia maya, aku baru menontonnya. Kesibukan memiliki dua anak tentunya tidak selalu memberiku waktu yang luang untuk menonton. Dan aku menghindari waktu yang tak pas untuk menonton. Minimal 1 diantara mereka harus terlelap. Apalagi jika filmnya menarik, aku bisa lupa semua aktivitas keiburumatanggaanku dan kadang buat komrad menegurku berkali-kali. Aku lebih suka menonton saat malam, dan sejak maha sekolah, itupun harus dikurangi. Kecuali aku akan bangun terlambat dan pagiku berantakan. Efeknya menurutku tidak worthier untuk sebuah drama Korea. Lihat khan..? aku tidak segila itu akan film-film yang menyuguhkan aktor aktris bentukan operasi plastic. Katanya….
Totalitas dalam film The Heirs sama dengan film Korea lain. Cinta mereka juga, kalau menurut mereka yang telah gelap melihat cinta. Kisah cinta film Korea adalah omong kosong yang laris dilahap anak-anak muda sampai ibu-ibu muda (tunjuk diri sendiri) di Indonesia. Menurut surveiku..dari 10 orang yang kukenal 4 diantaranya mencintai gila-gila akan film Korea, 7 yang menyukainya dan 10 itu paling tidak pernah menonton film Korea. Selain totalitas property dan latar kehidupan, harus kuakui mereka punya acting yang mumpuni. Lewat acting, mereka tahu bagaimana membuat penonton menyatu dalam cerita. Bahkan belum ada satupun film korea yang kunonton dan tidak membuatku menangis. Ini pengakuan yaaah…bukan sok cengeng. Aku tidak perlu meringkas ceritanya, aku yakin banyak dari kalian yang sudah menontonya. Yang jelas ceritanya happy ending. Tentang happy ending ini, drama Korea tidak segan-segan mengakhiri ceritanya dengan cerita yang tidak sesuai harapan. Bahkan dari yang kunonton, lebih banyak yang menyedihkan. Kalau kalian pernah menonton tentang kisah si penyandang Alchaimer, judulnya kulupa, atau film yang judulnya Daisy, Miracle Cell No7, dan beberapa cerita lain yang sedihnya betul-betul menyesakkan dada. Tapi tidak juga membuatku, khususnya kapok meminta koleksi film Korea dari orang-orang sekitarku. Aku lebih memilih film Korea dibanding film Indonesia saat melihat daftar film di kumpulan folder film orang-orang. Tapi pada dasarnya aku menikmati semua film.  
Dalam film Korea? Ide kisah cinta yang mereka tawarkan yang pada umumnya berkisar tentang kesenjangan sosial, selalu punya latar yang menarik. Kisah perang, guru, dokter, pemadam kebakaran, yang menurutku juga telah dilihat oleh sineas Indonesia.  Apalagi sineas sinetron. :-) Tapi herannya, Indonesia tidak pernah berhasil membuatku melototi sinema dramanya hingga dua episode. Perbedaan mencoloknya juga, drama korea paling panjang menghabiskan 25 episode. Durasi 1 jam 20 menit setiap episode. Sebagus apapun ceritanya, mereka tidak berniat memperpanjangnya hingga 1600 episode. Menurutku, hanya orang putus asa yang bertahan menonton sinema sepanjang itu.  Dan mirisnya, orang-orang seperti itu ada dan bahkan dekat denganku…waaaaah.
Menurutku, sineas Indonesia perlu belajar banyak dari industry film Korea. Kebangkitan film Korea berbanding lurus dengan akulturasi budaya mereka di Indonesia. Lihat saja, demam K Pop melanda generasi muda sejak 4 tahun terakhir. Dan aku yakin mereka kerja keras akan itu. Bollywood juga pernah seberjaya ini di Indoensia. Nah..kita kapan? Aku hanya ingin bilang, kamu bisa belajar dari apa yang kamu lihat, tidak perlu mencacinya terlebih dulu. 

#sembarimenunggumaha
Masih di Februari 2014

Komentar

Postingan Populer