“si ibu jahat”
Sejak pandai bereksplorasi dengan kata, banyak kata-kata
menakjubkan yang sering dilontarkan maha secara spontan. Beberapa kata-kata
yang baik tapi tidak jarang juga kata-kata yang “buruk” untuk seusianya. Banyak
pertanyaan-pertanyaan yang ia tanyakan dan harus dijawab dengan cepat dan
tepat, pernah satu kali ia bertanya “apa itu imajinasi”, “apa bedanya bertempur
dan bertengkar”, apa bedanya ibu dan mama?”, “apa itu energy?” atau “kenapa
otak lebih bagus digunakan daripada otot?”, “apa itu labirin?” pertanyaan yang
sangat mudah sebenarnya, tapi ternyata sulit menjelaskanya.
Kutahu pertanyaan-pertanyaan itu adalah hasil kerja-
kerja kreatif otaknya, terutama setelah menyerap banyak informasi dari sebuah
dunia yang dikemas di dalam layar kaca 20 inchi bernama televise. Maha memang
punya hobby nonton sejak kecil, dulu saat berumur 2 tahun, maha senang jika melihat serial ipin
upin, bertambah usianya, beberapa tayangan mulai menarik perhatiannya Spongebob,
BoboBoy, Shaun The Sheep, dan hampir semua jenis film kartun yang memang
pasarnya adalah anak kecil. Sejak kecil, kami, aku khususnya selalu tegas
mengatur waktu nonton untuknya, mengatur jenis tontonannya.
Nah..sekarang, maha kami sudah beranjak besar. Sudah hampir
lima tahun, beberapa bulan lagi. Dia semakin berkembang dalam banyak hal. Bisa
menulis, menghitung, bermain sendiri, dan banyak hal yang kadang buat kami
takjub. Dan maha juga semakin senang menonton.
Awal pindah ke Makassar, setelah kedatangan papa Bebi dari Jogja, kami
tidak menyarankan membawa televise ke sini.
Tapi,entah karena pertimbangan apa, tibaa-tiba kami menyepakati saja
televise di bawa dari Bone, selain karena di sana tidak terpakai, komrad dan
aku juga butuh tontonan tivi. Padahal hampir dua bulan, maha tidak terganggu
apapun perihal tidak ada lagi televise dalam hidupnya. Dan masalah itu, kami
bawa sendiri ternyata. Kaarena tidak punya teman main, selain Om Sawing dan Om
Ridho dan beberapa om-omnya yang sering berkunjung ke KBJ, maha memilih banyak
meluangkan waktunya di depan tivi.
Sebenarnya, ia tidak melulu melototi tivi, banyak hal
yang ia lakukan di depan tivi. Misalnya, menulis, menggambar, bermain dengan
setumpuk mainannya, tapi ia akan marah jika televisi harus dimatikan. Kebiasaan
ini menurutku semakin menjadi, beberapa bulan terakhir setelah kelahiran ade
suar. Waktuku yang dulu hampir 24 jam bersamanya, kini harus pandai-pandai
dibagi untuk ade’ Suar dan segenap pekerjaan RT lainnya yang juga bertambah
banyak. Walhasil, waktu belajar..membaca, bermain..bercerita bersamanya menjadi
berkurang, terlebih lagi karena bapak bebi akhir-akhir ini tidak terlalu sering
di rumah. Jika ingin semuanya aman-aman saja, aku bisa membiarkan maha duduk di
depan tivi seharian. Tapi, beberapa hari, aku sadar, itu memang mudah untukku.
Toh maha tidak akan menggangguku dengan banyak pintanya jika ia menonton,tapi
seketika tu pula aku sadar, hal itu sungguh tidak baik untuknya.
Kembali, aku mulai mengatur jadwal tontonannya. Hal yang
lumayan sulit, karena ia hapal betul waktu penayangan film yang ia sukai. Tapi,
masalahnya, demi untuk tdak melewatkan satu adegan pun di beberapa film kartun
andalannya, ia juga menonton acara sebelum film yang ia tunggu ditayangkan. Dan
tentunya, tayangan tersebut bukan untuk anak-anak. Ia senang menonton sketsa
tawa setelah menonton Spongebob, Pinguin in Madagascar, dan Thomas. Ia juga
menunggu tayangan Pesbuker sebelum film
kartun di Global TV, tentunya setelah beberapa tayangan film kartun yang
berulang-ulang di ANTV. Beberapa kali, kuberitahu untuk memilah tontonan yang
cocok. Setiap itu pula maha akan mulai marah dan berkeras tidak mau melakukan
apa-apa. Pernah satu malam, marahku melonjak karena ia lupa menghitung 1-10,
padahal ia sudah pernah menghapalnya. Ia selalu lupa dengan angka 6 setelah 5.
Dan aku marah besar dan menyalahkannya karena ia terlalu banyak menonton. Ia
tidur dengan tangis sambil terus berkata “kenapa ibu paksa-paksa saya?” kenapa
ibu marah2 terus?”. Dan malam itu, menjadi malam penyesalan berkali-kali atas
apa yang kulakukan.
Aku salah telah memaksanya berhitung, itu toh bukanlah
sebuah hal yang terlalu penting, aku salah menyalahkannya karena lupa akibat
terlalu banyak menonton. Bukankah itu
adalah buah atas kesalahanku sendiri? Aku pernah lalai dan membiarkannya
menikmati televise, dan karena kelalaianku aku meyalahkan rasa senangnya
terhadap sesuatu. Dan setelah hari itu, jadwal mulai kuatur lagi. Maha boleh
menonton beberapa film kartun, setelah itu maha beraktivitas apa saja,
menggambar, mewarnai, bermain, membaca, bererita. Dan maha menyetujuinya. Tapi
persetujuan maha bersifat temporer. Ia harus selalu diingatkan, dan biasanya
saat diingatkan, ia akan merasa aku merenggut haknya
“ibu marah terus”..”ibu tukang marah”…dan banyak
kataa-kata yang ia tujukan padaku. Dan aku tidak peduli, aku memang memilih
menjadi sosok antagonis dalam beberapa case dalam hidup maha. Ia akan lari pada
bapak atau neneknya yang lebih banyak turut akan tangisnya dan mengadu betapa
jahatnya ibunya. Saat ia mengingkari janji, saat ia tidak mau mandi, saat ia
tidak jujur, saat ia tidak mau makan, saat ia selalu meminta segala barang yang
tidak penting. Aku akan jadi tokoh jahat yang kerap berkata “TIDAK” untuknya.
Dan padaku, dia akan diam, marah, menangis kadang berjam-jam, bahkan puasa
bicara padaku. Tapi tidak apa, aku siap menerima resiko sekejap itu demi untuk
beribu kebaikan yang akan kulihat dalam dirinya kelak. Seperti aku yang dulu
sering berpikir, betapa jahatnya mama yang kerap mengaturku ini itu, terkadang
memaksa, tapi baru kusadari manfaatnya di satu pagi yang jauh dari hari itu.
Dalam banyak hal, aku memang selalu tampil jahat di mata
maha, bapak bebi lebih banyak sebagai penyeimbang. Sesekali kami bertukar
tempat dan posisi, walau tidak sering. Terkadang maha mulai mengerti bahwa bertikai
denganku, walau air matanya tumpah sedemikian rupa, tidak akan mempengaruhi
keputusanku. Ia akan memahami kesalahannya sendiri, lalu meminta maaf. Tapi
akhir-akhir ini, walau pertikaian masih sering terjadi, aku kerap mendapatkan
hadiah indah darinya di penghujung malam. Sebelum tidur, dia selalu datang dan
mengecup keningku lalu berkata “selamat tidur ibu, sayangka’ sama ibu”.
Ahhh…itulah hadiah terromantis yang aku terima sepanjang hidup.
Tumbuhlah sehat dan cerdas kalian berdua….ibu memang akan
sering-sering menjadi “jahat”, jadi bersiaplah!
Ibumahasuar
Agustus pertama di tahun 2013
#suarberceloteh,mahabermain
Komentar
Posting Komentar