“si ibu jahat”


sumber: Koleksi Achmad Nirwan
 Sejak pandai bereksplorasi dengan kata, banyak kata-kata menakjubkan yang sering dilontarkan maha secara spontan. Beberapa kata-kata yang baik tapi tidak jarang juga kata-kata yang “buruk” untuk seusianya. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ia tanyakan dan harus dijawab dengan cepat dan tepat, pernah satu kali ia bertanya “apa itu imajinasi”, “apa bedanya bertempur dan bertengkar”, apa bedanya ibu dan mama?”, “apa itu energy?” atau “kenapa otak lebih bagus digunakan daripada otot?”, “apa itu labirin?” pertanyaan yang sangat mudah sebenarnya, tapi ternyata sulit menjelaskanya.
Kutahu pertanyaan-pertanyaan itu adalah hasil kerja- kerja kreatif otaknya, terutama setelah menyerap banyak informasi dari sebuah dunia yang dikemas di dalam layar kaca 20 inchi bernama televise. Maha memang punya hobby nonton sejak kecil, dulu saat berumur  2 tahun, maha senang jika melihat serial ipin upin, bertambah usianya, beberapa tayangan mulai menarik perhatiannya Spongebob, BoboBoy, Shaun The Sheep, dan hampir semua jenis film kartun yang memang pasarnya adalah anak kecil. Sejak kecil, kami, aku khususnya selalu tegas mengatur waktu nonton untuknya, mengatur jenis tontonannya.
Nah..sekarang, maha kami sudah beranjak besar. Sudah hampir lima tahun, beberapa bulan lagi. Dia semakin berkembang dalam banyak hal. Bisa menulis, menghitung, bermain sendiri, dan banyak hal yang kadang buat kami takjub. Dan maha juga semakin senang menonton.  Awal pindah ke Makassar, setelah kedatangan papa Bebi dari Jogja, kami tidak menyarankan membawa televise ke sini.  Tapi,entah karena pertimbangan apa, tibaa-tiba kami menyepakati saja televise di bawa dari Bone, selain karena di sana tidak terpakai, komrad dan aku juga butuh tontonan tivi. Padahal hampir dua bulan, maha tidak terganggu apapun perihal tidak ada lagi televise dalam hidupnya. Dan masalah itu, kami bawa sendiri ternyata. Kaarena tidak punya teman main, selain Om Sawing dan Om Ridho dan beberapa om-omnya yang sering berkunjung ke KBJ, maha memilih banyak meluangkan waktunya di depan tivi.
Sebenarnya, ia tidak melulu melototi tivi, banyak hal yang ia lakukan di depan tivi. Misalnya, menulis, menggambar, bermain dengan setumpuk mainannya, tapi ia akan marah jika televisi harus dimatikan. Kebiasaan ini menurutku semakin menjadi, beberapa bulan terakhir setelah kelahiran ade suar. Waktuku yang dulu hampir 24 jam bersamanya, kini harus pandai-pandai dibagi untuk ade’ Suar dan segenap pekerjaan RT lainnya yang juga bertambah banyak. Walhasil, waktu belajar..membaca, bermain..bercerita bersamanya menjadi berkurang, terlebih lagi karena bapak bebi akhir-akhir ini tidak terlalu sering di rumah. Jika ingin semuanya aman-aman saja, aku bisa membiarkan maha duduk di depan tivi seharian. Tapi, beberapa hari, aku sadar, itu memang mudah untukku. Toh maha tidak akan menggangguku dengan banyak pintanya jika ia menonton,tapi seketika tu pula aku sadar, hal itu sungguh tidak baik untuknya.
Kembali, aku mulai mengatur jadwal tontonannya. Hal yang lumayan sulit, karena ia hapal betul waktu penayangan film yang ia sukai. Tapi, masalahnya, demi untuk tdak melewatkan satu adegan pun di beberapa film kartun andalannya, ia juga menonton acara sebelum film yang ia tunggu ditayangkan. Dan tentunya, tayangan tersebut bukan untuk anak-anak. Ia senang menonton sketsa tawa setelah menonton Spongebob, Pinguin in Madagascar, dan Thomas. Ia juga menunggu tayangan Pesbuker sebelum  film kartun di Global TV, tentunya setelah beberapa tayangan film kartun yang berulang-ulang di ANTV. Beberapa kali, kuberitahu untuk memilah tontonan yang cocok. Setiap itu pula maha akan mulai marah dan berkeras tidak mau melakukan apa-apa. Pernah satu malam, marahku melonjak karena ia lupa menghitung 1-10, padahal ia sudah pernah menghapalnya. Ia selalu lupa dengan angka 6 setelah 5. Dan aku marah besar dan menyalahkannya karena ia terlalu banyak menonton. Ia tidur dengan tangis sambil terus berkata “kenapa ibu paksa-paksa saya?” kenapa ibu marah2 terus?”. Dan malam itu, menjadi malam penyesalan berkali-kali atas apa yang kulakukan.
Aku salah telah memaksanya berhitung, itu toh bukanlah sebuah hal yang terlalu penting, aku salah menyalahkannya karena lupa akibat terlalu banyak menonton. Bukankah  itu adalah buah atas kesalahanku sendiri? Aku pernah lalai dan membiarkannya menikmati televise, dan karena kelalaianku aku meyalahkan rasa senangnya terhadap sesuatu. Dan setelah hari itu, jadwal mulai kuatur lagi. Maha boleh menonton beberapa film kartun, setelah itu maha beraktivitas apa saja, menggambar, mewarnai, bermain, membaca, bererita. Dan maha menyetujuinya. Tapi persetujuan maha bersifat temporer. Ia harus selalu diingatkan, dan biasanya saat diingatkan, ia akan merasa aku merenggut haknya
“ibu marah terus”..”ibu tukang marah”…dan banyak kataa-kata yang ia tujukan padaku. Dan aku tidak peduli, aku memang memilih menjadi sosok antagonis dalam beberapa case dalam hidup maha. Ia akan lari pada bapak atau neneknya yang lebih banyak turut akan tangisnya dan mengadu betapa jahatnya ibunya. Saat ia mengingkari janji, saat ia tidak mau mandi, saat ia tidak jujur, saat ia tidak mau makan, saat ia selalu meminta segala barang yang tidak penting. Aku akan jadi tokoh jahat yang kerap berkata “TIDAK” untuknya. Dan padaku, dia akan diam, marah, menangis kadang berjam-jam, bahkan puasa bicara padaku. Tapi tidak apa, aku siap menerima resiko sekejap itu demi untuk beribu kebaikan yang akan kulihat dalam dirinya kelak. Seperti aku yang dulu sering berpikir, betapa jahatnya mama yang kerap mengaturku ini itu, terkadang memaksa, tapi baru kusadari manfaatnya di satu pagi yang jauh dari hari itu.
Dalam banyak hal, aku memang selalu tampil jahat di mata maha, bapak bebi lebih banyak sebagai penyeimbang. Sesekali kami bertukar tempat dan posisi, walau tidak sering. Terkadang maha mulai mengerti bahwa bertikai denganku, walau air matanya tumpah sedemikian rupa, tidak akan mempengaruhi keputusanku. Ia akan memahami kesalahannya sendiri, lalu meminta maaf. Tapi akhir-akhir ini, walau pertikaian masih sering terjadi, aku kerap mendapatkan hadiah indah darinya di penghujung malam. Sebelum tidur, dia selalu datang dan mengecup keningku lalu berkata “selamat tidur ibu, sayangka’ sama ibu”. Ahhh…itulah hadiah terromantis yang aku terima sepanjang hidup. 
Tumbuhlah sehat dan cerdas kalian berdua….ibu memang akan sering-sering menjadi “jahat”, jadi bersiaplah!

Ibumahasuar
Agustus pertama di tahun 2013
#suarberceloteh,mahabermain

Komentar

Postingan Populer