maha belajar skateboard
Dari
garasi saya mendengar suara benda yang terjatuh. Suara itu dari ruang tengah
kedai buku dan saya kenal benar suara apa itu, papan skateboard. Tanpa menunggu
lama segera kuberlari ke ruang tengah bersamaan dengan suara Ibunya maha dari
dalam kamar meneriakkan nama panggilanku. Saat sampai di ruang tengah kedai
yang hanya berjarak tiga langkah besarku dari garasi bersamaan dengan Ridho
yang sigap sudah berada di dekatku, kulihat maha sedang dalam posisi start jongkok seorang pelari. Ia baru
saja akan bersiap bangun saat kami menghampirinya yang sepertinya barusan
terjatuh dari papan skateboard milik temannya Om Chalul. Saat kutanya apakah ia
baik-baik saja, menanyakan bagian tubuh mana yang sakit, ia tak bergeming.
Pikirku ia kaget.
...........
Kemarin,
setelah pulang dari kampus, ku diberitahu kalau maha sudah bisa berdiri sendiri
diatas papan skateboard yang ia pinjam dari Om Chalul. Menurut ibunya, sejak
pagi hingga siang maha berlatih sendirian. Berlatih berdiri di atas papan
skateboard sambil berpegangan di rak-rak buku yang hampir ada di setiap sisi
ruang tengah Kedai Buku Jenny tempat kami sekeluarga tinggal kini. Dan kemarin,
dengan mata kepala sendiri kulihat maha sudah mampu berdiri sendiri diatas
papan skateboard itu. Om Sawing yang baru melihat maha melakukan itu tadi pagi
sampai terperanjak kaget melihat aksi maha yang sungguh berani itu dan segera
meminta maha turun. Hingga akhirnya kuberitahu kalau sejak kemarin maha sudah
bisa melakukan aksi berani itu. Om Ridho yang baru saja melihat maha dengan
atraksi skateboardnya tadi sore setali tiga uang dengan Om Sawing tapi ia
segera memberi puja puji kepada maha.
Hampir
seminggu ini memang maha disibukkan dengan papan skateboard itu, tentu dengan
serangkaian kesibukan-kesibukan lain yang telah ia geluti beberapa bulan di
rumah dan kedai buku ini. Sebelum ia akhirnya bisa berdiri sendiri diatas
skateboard, siapapun yang berada dirumah akan ia mintai bantuan untuk
bersibuk-sibuk dengan papan skateboard itu, tak terkecuali saya tentunya. Tapi
saya tak cukup berani memintanya berdiri sendiri diatas papan skateboard itu
tanpa bantuanku memeganginya. Atau paling banter kuminta ia duduk diatas papan
itu dengan kaki menyentuh lantai sebagai remnya. Karena tak bisa-bisa juga,
maha memintaku memberinya contoh. Saya yang baru kali ini juga berlama-lama
dengan papan skateboard tentu tak bisa berbuat banyak. Tapi saya tak kehilangan
akal didepan jagoanku ini. Kuperlihatkan aksi-aksi “radikal” dengan papan
skateboard yang sepertinya setinggi maha jika ditegakkan. Setelah kuperlihatkan
aksi duduk dengan kaki diatas skateboard, kusuguhkan ke maha tontonan meluncur a la Bobhy. Sambil tengkurap diatas
papan skateboard lalu ku meluncur bebas di ruang tengah kedai yang tak rata,
dan segera ku rem dengan tanganku saat kepala hendak menyentuh sudut bawah rak
buku. Hahahaha.............
....................
Skateboard
bukan sesuatu yang baru bagi maha. Sejak umurnya belum lagi genap 3 tahun ia
sudah mengenal olah raga yang agak ekstrim namun sangat urban itu. Bahkan di
umur itu, maha sudah minta dihadiahi papan skateboard mini. Kami tak pernah
memberi cerita ke maha tentang skateboard dan apapun yang berhubungan dengan
olah raga ini. Ia mulai melihatnya saat kami mengajak maha sore-sore ke
lapangan Merdeka, serupa alun-alun Kota Watampone, Bone. Di bagian podium
lapangan yang sering dijadikan tempat upacara dan pelaksanaan Shalat Ied itu di
saat sore hari juga dijadikan tempat para skaters berlatih dengan fasilitas
latihan dan track jumping (ini
istilah saya sendiri) seadanya. Dan maha begitu serius dan senang melihat
anak-anak itu. Sepertinya sejak saat itu maha menyimpan cita-cita untuk dapat
bermain skateboard dalam bucket list aktivitas
yang harus ia lakukan kelak. Dan hari-hari ini, sepertinya maha telah mencoret
“skateboard” dalam bucket list nya.
.......................
Setelah
memastikan ia tak apa-apa, kugendong ia menuju kamar seperti permintaannya dan
segera membuatkannya sebotol susu. Dan tak perlu waktu lama, maha kembali
bergairah dan kembali ke papan skateboard pinjaman itu.
Setelah
jatuh, segeralah berdiri anakku dan jangan lupa agar tetap berhati-hati!
Bapak
Bobhy
BudiDayaPermai,
17 Maret 2013
Komentar
Posting Komentar