Super Hero, Mahatma dan Nasehat Sang Ibu

Sejak terakhir kali menulis di blog ini, entah berapa ide dan tema cerita yang biasanya akan segera kubagikan kemudian kubiarkan menumpuk tak beraturan di kepala. Biasanya ide-ide itu akan kutulis di kertas yang menempel di tembok kamar kosanku, tapi sejak kubiarkan kebiasaan-kebiasaan indah itu digantikan oleh rutinitas menggubrisi tugas akhir kuliahku yang lalu merebut lebih dari separuh perhatianku, semuanya terakumulasi menjadi kemalasan yang kubungkus dengan “nanti dan nanti.” Tapi malam ini, setelah terbangun dari tidur, akan kucoba mengurai ide-ide yang menumpuk itu satu per satu dan semoga ingatanku bisa diandalkan..hahaha....

Kumulai dengan tema cerita favoritku di blog ini, tentang maha.

Sepertinya sudah pernah diceritakan di blog ini, entah oleh saya atau Ibunya, kalau beberapa bulan terakhir maha begitu senang atau tepatnya terobsesi dengan tokoh-tokoh super hero. Koleksi tokoh yang maha punya sebanarnya tak begitu banyak. Karena tak banyak, maka tokoh-tokoh yang saban hari terus ia sebut berkali-kali kuhafal satu per satu. Spiderman, Superman, Batman, Naruto, Ben 10. Seingatku hanya itu nama-nama superhero yang ia tahu. Tokoh-tokoh ini kemudian melengkapi dan perhsekaligus menggantikan dominasi nama-nama tokoh kartun yang menghiasi hari-harinya maha seperti Ipin Upin, Shaun he Sheep, Angry Bird dan beberapa lainnya.
Serupa die hard fans, hari-hari maha kini hampir selalu berurusan dengan tokoh-tokoh Superhero yang kusebut diatas. Salah satu buktinya, kini maha memiliki beberapa pernik-pernik yang berhubungan dengan superhero ini. Mulai dari sikat gigi, gel rambut, parfum, tempat pensil, mistar, pensil, topi, kalung, tas sekolah, dan tentu kaos. Dan asal tahu semua pernak pernik itu dipilih maha sendiri jika ia ikut bersamaku atau Ibunya ke tempat perbelanjaan. Apa pun yang bergambar superhero idolanya pasti akan minta ia beli tapi tak semuanya bisa terbeli tentunya. Nah diantara benda-benda miliknya itu, kaos menjadi benda yang paling kontroversial.
Setelah mandi sore atau seringkali kapan saja ia mau mengganti baju dengan berbagai macam alasan, seperti basah lah karena tumpahan air atau apa saja, maka ia akan segera ke lemari pakaian yang sudah bisa ia raih sendiri dan memilih kaos-kaos superhero kesukaannya. Makanya jangan heran hampir tiap hari maha hanya akan terlihat dengan kaos-kaos itu saja. Karena koleksi kaos superhero maha juga belum banyak, maka pilihan-pilihannya jadi terbatas. Kalau bukan kaos superman pasti kaos batman atau spiderman. Itu terus berganti-ganti dan memang akhirnya agak membosankan. Tapi maha tak pernah bosan, selalu ada senyum puas setelah berhasil merayu kami berdua untuk kembali memakai kaos superheronya diantara pilihan kaos-kaos lain yang menumpuk di lemarinya. Tapi tak semua kisah tentang kaos superhero ini berakhir senyum dan tawa, seringkali justru berakhir dengan cucuran air mata maha. Ibunya yang sering tak sabar melihat maha dengan kaos-kaos itu saja seringkali akhirnya tak mengiyakan saat maha kembali meminta untuk memakai kaos superheronya. Setelah perdebatan kecil antara kedua orang yang paling kusayangi itu, tak lama berselang pasti akan ada tangis yang membahana. Tangis yang sebenarnya tak selalu berarti ekspresi kesedihan tapi sebaliknya ia adalah senjata ampuh mematikan. Dengan tangis berarti harapan untuk kembali mengenakan kaos bergambar superhero bagitu terbuka lebar. Dan saat itu terwujud, langit yang menghitam akan segera kembali cerah dan tak lama akan ada adegan haru. “Ibu, maafkan maha nah! Nda’ marahji ibu toh sama maha?” Dan kalau kalimat-kalimat itu sudah mengucur dari mulut yang mungil itu siapa pun pasti akan luluh. Air wajah Ibunya yang semenit lalu begitu suram tiba-tiba berubah cerah dan berikutnya adalah tayangan cinta anak dan Ibu sembari ribuan cium mendarat di pipi yang masih tembem itu. Ah maha paling bisa!
Cerita soal superhero dan maha tidak berhenti sampai disitu. Karena tokoh-tokoh superhero yang akahir-akhir ini bersemayam rapat di kepalanya itu, hampir semua lagu yang ia suguhkan ke kami di semua panggung kecil yang selalu kami berikan kapan saja, akan berjudul nama-nama superhero idolanya itu. Biasanya setelah shalat magrib, tanpa menunggu zikir dan doa selesai terucap, maha sudah siap diatas panggungnya. Kursi sofa tua berwarna biru muda di ruang yang kami jadikan tempat shalat berjamaah sesaat berubah menjadi stage buat maha dan Aira. Selalu maha yang paling semangat dan aira tersipu-sipu malu. Kami yang masih ingin bercengkrama dengan Sang Maha dipaksa menjadi penonton yang tak kikir mengumbar tepuk tangan. Saat maha sudah di panggung, maka sambil tersenyum ia akan segera memulai lagu-lagunya. ‘terimakasih teman-teman, saya akan menyanyikan lagu....” sesaat terdiam sambil tersenyum seolah tau kalau kami telah bisa menebak lagu yang akan ia nyanyikan. “lagu Batman” dan seterusnya lagu Spiderman, lagu Naruto, lagu Ben 10, lagu Power Rangers. Apakah maha menyanyikan soundtrack film atau kartun tokoh-tokoh pujaannya itu? Tentunya tidak. maha memiliki kemampuan “ngarang” yang luar biasa menurutku. Semua lirik lagu yang dinyanyikan adalah gubahannya sendiri. Biasanya lirik-lirik itu adalah hasil ingatan dari semua cerita karanganku dan Ibunya tentang tokoh-tokoh superhero itu. Ceritaku tentang Batman yang menyelamatkan seorang perempuan yang baru pulang dari kerjanya di malam hari tak kusangka digubahnya menjadi lirik lagu yang jadi kedengaran sangat lucu karena banyak kata yang tak nyambung satu dengan lainnya. Setelah berkali-kali menyanyikan lagu-lagu superhero itu, kami sebagai peonton setianya tentu bosan juga sehingga setiap ia meminta panggungnya, kami sejak awal sudah engantisipasi dengan memintanya tidak melulu perform dengan tema-tema superhero itu. Dan kalau begitu maha langsung tersenyum dan mengiyakan tapi tak lama yang mengalun adalah satu atau dua tembang yang agak melayu..Gubrak!!!! Kalau begitu saya lebih memilih yang superhero saja...hehehe....
Seperti yang kubilang diatas, akhir-akhir ini maha tak pernah bosan memintaku dan Ibunya untuk bercerita tentang superhero idolanya. “ceyita papa bebi,” begitu jika maha memintaku bercerita. Dan maha selalu antusias jika kami mulai bercerita dan sebaliknya ia akan menunjukkan kemarahan jika kami lambat apalagi sampai tak mewujudkan permintaannya untuk bercerita. Nah untuk urusan bercerita ini akhirnya memaksaku untuk berimajinasi kemana-mana bahkan seringkali tak nyambung tapi maha tetap memperhatikan bahkan seringkali ia sendiri yang melanjutkan ceritaku yang belum selesai. Misalnya jika saya bercerita tentang Batman, maka ditengah cerita ia akan menimpali dan menghadirkan tokoh-tokoh lain dalam cerita itu. Dan akhirnya mau tak mau saya harus mengikuti alur yang ia buat di tengah jalan.
Saat meminta kami bercerita, maha tak pernah kenal waktu dan kondisi. Mirip judul lagunya Morfem, Kapan pun dan dimana pun.. ketika kami sedang begitu letih atau mengantuk karena malam sudah begitu larut, dan kalau begitu sudah bisa dipastikan alur cerita akan ngelantur kemana-kemana. Jika maha mendapati kami tertidur ditengah cerita, maha biasanya akan berbuat jahil dengan mengagetkan kami dan tertawa tak berdosa. Hahahaha.........Dan apalagi di saat kami memang sedang santai, maha akan tak sungkan meminta bahkan cenderung memaksa agar kami kembali bercerita, termasuk beberapa pagi setelah acara pernikahan Pg Ikmal yang begi melelahkan itu.
Setelah tak berhasil meminta Ibunya bercerita, maha tahu saya tak mungkin menolak. Pagi itu kami bertiga sedang berada di depan meja makan yang dipindahkan ke teras depan rumah Pg. Maryam untuk melegakan ruang dalam rumah. Tanpa perlu merengek, maha lalu hanya duduk manis di kursi makan sebelah Ibunya dan memperhtikanku dengan seksama yang mulai mengarang cerita tentang Power Rangers. Ibunya sesekali menimpali kaena saya salah menyebutkan masing-masing warna personil Power Rangers. Kesalahan yang selalu sama, tentang warna. Selesai cerita Power Rangers yang berakhir dengan kemenangan, maha memburu minta cerita lain. Saya yang hendak menyiapkan cerita baru, tiba-tiba tertahan karena Ibunya maha langsung menginterupsi. Pandangaku langsung tertuju kedua orang yang paling kusayangi didepanku. Maha yang beberapa menit lalu sedang bersiap-siap menikmati cerita gubahanku, lalu beralih memperhatikan apa yang diucapkan Ibunya.
“maha, jadi superhero tidak mesti harus selalu bertopeng, punya mobil atau motor balap, bisa lompat tinggi, besar badannya, atau punya jaring laba-laba. Kalau maha rajin belajar, rajin makan, kalau diberitau mau mendengar, maha pasti jadi superhero untuk Ibu sama Papa Bebi” kira-kira begitu nasehat Ibunya maha. maha serius menyimak meski tak lama ia berlalu dan saya di depan mereka hanya terdiam dan mengiyakan.
Hmm...maha, belajarlah mendengar dan berujarlah untuk sesuatu yang harus terujar.

We Do Love You!


Yogyakarta, 29 September 2012
Sebentar lagi Meninggalkan Kota Keren ini.....

Komentar

  1. Maha, jadilah superhero selalu untuk Ibu Nytha dan Papa Bebi.. :)

    BalasHapus
  2. hehehehe..siapp..siap!!makasih tante Hana...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer