..7 di bantal mereka...

Sejak aturan 7 teng diberlakukan di sekolah, banyak hal menyenangkan yang hilang yang secara pribadi telah membuatku bertahan sampai selama ini. Biasanya, saat aku merasa terkungkung alam aturan yang membuatku kehilangan kebebasanku, aku kan lari membentur semua aturan itu, menabraknya hingga hancur berkeping-keping dan merayakan kemerdekaanku. Namun, banyak sisi yang kucoba untuk melihatnya kembali, kuterjemahkan ulang, dan kubuat sebagai alasan lainku untuk tetap ada di sini.
Salah satu alasannya adalah setap pagi, saat aku berdiri di depan pagar. Sekolah punya budaya yang bagus untuk dibangun, semua guru menjemput anak-anak dengan 3S. senyum, salam, dan sapa. Dan aku sangat menikmati moment itu. Saat tubh-tubuh kecil dan mungil itu turun dari mobil mewahnya. Meneteng tasnya yang besar, bahkan untuk kelas 1 dan 2 kebanyakan tas mereka lebih besar dari badan mereka. Turun dan berlari menghadapi sekolahnya sekaligus hidupnya dengan semangat yang selalu membara setiap hari. Mereka berlomba menjawab salam kami, membalas senyum kami, meraih tangan kami, dan menciuminya. Beberapa lebih sering duduk di sampingku lalu bercerita tentang ayahnya, ibunya, tentang PRnya, tentang kucingnya, tentang segala hal yang mereka alami.  Beberapa anak, kadang, membagikan snacknya padaku, yang sengaja ia bawakan untukku dari rumah. Ada juga yang memberiku susu. Minuman ringan, apa saja. Dan  segala hal yang mereka lakukan, membuatku merasa berharga, merasa disayang, merasa berarti untuk mereka, bahwa hadirku punya pengaruh dalam kehidupan mereka.
Hampir setiap pagi, jika aku tidak terlambat, aku diserbu dengan cerita-cerita milik anak kecil yang tidak berhenti sampai bel masuk belajar berbunyi. Aku menangkap semangat di sana yang sama membaranya setiap pagi, semangat yang tidak mereka sadari telah mereka alirkan dalam diriku.
Dan sejak aturan itu berlaku, aku kehilangan moment itu. Pastinya setiap hari Kamis dan Jumat. Waktu piketku. Hari berat karena aku harus ada di sekolah jam setengah 7. Berat, bukan hanya karena aku harus bertengkar dengan ngantukku lebih awal tapi aku harus dipaksa untuk mengumpulkan nyaliku untuk terlibat langsung dalam proses pulang memulangkan anak yang datang lewat dari jam 7, dan sampai sekarang tidak pernah berhasil aku lakukan. Aku tidak tega. Walau sebagian masih bisa kutolong dengan meloloskannya dengan sembunyi-sembunyi, tapi tetap saja, ada beberapa kasus yang aku harus angkat tangan dan kuserahkan pada pasangan piketku untuk melaksanakan tugas keji itu.
Setelah aturan itu berlaku, aku kehilangan semangat pagi murind-muridku. Kelihatannya secara kasat, tidak ada yang berubah mereka tetap turun dari mobilnya, berlari, menjawab salam, menyalamiku, tapi aku tidak menemukan semangat di sana. Yang kudapati justru ketakutan. Mereka berlari menyusuri lapangan, tanpa sempat lagi menanyai kabarku demi memastikan di dinding bahwa jam belum menunjukkan jam 7. Hampir semua anak begitu.
Kalaupun sempat, mereka sesekali akan menoleh terenyum. Tidak ada lagi tawa kami tentang Nayla,akwat kelas Umar yang kemarin betengkar dengan adeknya hanya karena tontonan Spongebob, tidak ada lagi terek menerek siapa dengan siapa, tidak ada lagi kesan hangat. Semua seolah diburu oleh waktu. Mereka seolah terancam akan kedatangan jam 7 dalam kehidupannya. Yah. Karena jika kutanya perihal muka mereka yang manyun dan cemburut.
“ Masih ngantuk Bu…” kata mereka. Dan tidak heran, mata mereka biasanya masih bengkak, sembab atau memerah kadang mereka duduk di emperan sekolah dan menelungkupkan kepala mereka di tengah lutut dan berniat melanjutkan mimpi mereka yang terpotong. Tapi sayang, jika mata mereka mulai tertutup, bel kencnag akan berbunyi dan ini panggilan yang makin jelas, bahwa ia harus menghapus mimpinya semalam dan duduk di kelas untuk ‘belajar’.
Yah…aku bukan lagi melihat semangat di mata mereka, aku melihat bantal masih tergantung di sudut –sudut pandangan mereka. Dan saat jam 4 datang ,mereka akan berlari keluar. Pulang menghampiri bantal mereka yang sejak pagi tadi telah mereka rindu-rindukan.
Aku sangsi, betulkah aturan ini?

Mei 2007
#menanti rapat


Komentar

Postingan Populer