Surat untuk Pak Guru

Tiba-tiba aku takut!!!Suara hujan begitu deras hingga membuatku kedinginan. Sementara aku masih di sini menyelimuti diri. Bagaimana denganmu yang baru saja melawan dinginnya air?? Kuharap hujan berjalan pelan di sana, dimana tempatmu berpijak sekarang. Aku takut karena kutahu..., pagi ini terlalu dingin untukmu yang terbiasa bangun saat mentari sudah bertengger indah di langit. Matamu juga belum terbiasa melawan kantuk yang luar biasa hebatnya.
Tapi sebenarnya, aku ingin bertanya beberapa hal..., apa yang memuatmu begitu tegang mengahadapi hari ini? Kekuatan apa yang bisa membuatmu bangun tanpa mendengar bunyi alarm yang sudah distel semalam? Niat besar apa yang tidak menyurutkan niatmu untuk berjalan sementara langit tidak bersahabat? Ini sekedar urusan perut atau tanggung jawab yang terlalu lama merongrongmu untuk menjalani dunia sesungguhnya?
Aku cuma bisa merasakan beratnya kakimu melangkah dari sini, bisa merasakan keengananmu untuk hadapi hari ini, pertama dan seperti ingin membunuhmu. Aku juga cuma bisa mengantar kepergianmu dengan senyum, berdoa semoga semua baik-baik saja. Berdoa semoga hari-hari selanjutnya bukan seperti penjara dan memesinkanmu. Berdoa agar kau bisa memilih lari ketika kamu tahu besokmu akan menjadi neraka kecil. Berdoa agar kau tetap pulang padaku saat penat memenuhi harimu.
Hujan tiba-tiba semakin deras, aku kedinginan. Kuyakin kaupun sama. Tapi, telah kusiapkan senyum terindah untukmu. Nanti..., nanti..., saat kau pulang. Semoga itu mampu buatmu bertahan....!!!

Always beside you, comrade....!!!!

“2006”
By ibu maha….
Ditulis saat bapak maha, menjalani ‘kerja’ pertama menjadi guru di Al Insyirah, saat ketakutan akan dunia di luar kampus masih sangat besar.

Komentar

Postingan Populer