Mata Malas

Terinspirasi dari novel FX Rudi Gunawan, Wabah Mata Malas

Adegan I

           Ss:  Aku selalu mengagumi rakyat jelata yang berjuang dan bertahan idup dan menapaki masa depan yang tak pernah jelas. Ada kekuatan besar yang tersembunyi yang tak pernah terlihat di mata mereka. Mungkin tersembunyi di balik iris yang dalam bahasa Yunani adalah pelangi. Tapi tak pernah kulihat pelangi di mata mereka.

Panggung kosong... yang terdengar hanya nyanyian sendu yang mengantar beberapa sosok masuk, mereka berjalan dan tak tahu apa yang sedang dan akan terjadi. Mereka masuk sembari menggosok-gosok mata, badan, dan seluruh bagian tubuh mereka. Perlahan mereka menggumam, mengeluarkan kata-kata kasar, memaki diri sendiri lalu akhirnya berteriak seperti sesuatu sedang mengejar-mengejar mereka. Berlari seperti tak tahu arus ke mana. Musik semakin keras mengalun sampai tidak beraturan. Sosok itu berubah lumpuh tak mengerti harus bagaimana menggerakkan tubuh mereka. Seperti bayi yang baru lahir, mereka terlihat sangat bingung..mencoba berjalan lalu berlari kembali tapi yang ada semua terbatasi. Tak ada ruang..

Adegan II
I
     Hoooooooooooooooooi...  adakah yang mendengarku di sana??
Lihat...
Kubawakan setumpuk masalah di depanmu
Semua begitu berat
Dan tak mampu kubawa sendiri

Kubawakan setumpuk masalah
Duduk dan mari kita lahap sama-sama
Bersama santapan malam yang asing di perut kita
Hadirkan ekonom handal..
Politikus..
Teknokrat..
Planolog...
Ekolog..
Panggil semua staf ahli yang mengurus repulik ini
Ahli pembagian rejeki, ahli tata kota, ahli pembangunan
Ahli kesehatan, ahli pendidikan, ahli hukum, dan serentetan ahli-ahli
Yang punya banyak nama di depan nama aslinya
Dan.., satu yang tak boleh terlupa...
Dokter termahal dan terpintar di negeri ini

Karena kurasakan gejala sakit...


II
     Kita masing-masing sedang menikmati rasa sakit kita
Sakit yang berakar lama
Membusuk dan bernanah,
Ia tumbuh subur
mungkin di mata kita
hingga ia tak bisa melihat dengan jelas
yang bengkok kelihatan lurus

Tunggu..
Aku sakit...
Kau telanjang...
Akupun telanjang...
Kita semua sedang mencari pakaian yang tepat tapi maya kita begitu sakit
Ia tak ampu melihat...
Panggil dokter..panggil dokter..
Dokter...

(masing-masing memeriksa tubuhnya, mulai dari kepala sampai ujung kuku-kuku mereka, mereka merasa tidak terjadi apa-apa)

I
Tapi, masalah sudah di depan mata
Kemarin..
Setelah sekian kali berdiam..
Kita harus turun tangan..
Anda punya uang..
Saya punya seragam dan senapan
Kita harus mulai membidik masalah dari jauh
Jika tidak ingin kita mati dengan nama buruk di atas nisan kita

III
Haaaaaaaaaa...
Semua lahir...
Semua telah lahir...
Kita di kejar-kejar...

Kalian yang pernah memakai uang negara, masuk dalam daftar
Kalian yang pernah menyogok perangkat hukum, masuk dalam daftar
Kalian yang pernah merampas tanah rakyat, masuk dalam daftar
Kalian yang pernah memakan makanan untuk mereka, masuk dalam daftar
Kalian yang pernah merebut umur mereka untuk bekerja hingga tidak sekolah, masuk dalam daftar.
Kalian yang pernah merobohkan tempat tinggal mereka hinga mereka harus tidur beratapkan langit, masuk dalam daftar
Kalian..kau..kamu.., aku.., kita.. masuk dalam daftar





Adegan III
(semua panik.. berlari tapi tak tahu harus kemana. Seorang perempuan masuk dengan membawa kantungan darah di kedua tangannya. Ke 4 orang seperti tak melihat siapa-siapa, mereka terus berlari tanpa mereka sadari meraka tetap ada di tempat mereka  )

IV
Kubawakan dua kantung darah untuk kalian
Kukumpulkan tetesan darah
Yang keluar dari beratus juta orang di republik ini
Bukan darah pahlawan..
Tapi darah orang pesakitan..
Darah jiwa yang di kekang selama ini..
Darah mereka yang tertindas dan ingin bangkit melawan
Darah ini tercecer di jalan-jalan
Kubawakan dua kantong darah untuk kalian
Diantaranya darah dua putraku
Yang berpindah kehidupan
Mereka memilih hidup di neraka daripada repulik ini
Kubawakan dua kantung darah untuk kalian
Besok kan kubawa lagi..
Masih banyak darah di sana
Mungkin darah kalian sebentar lagi
Akan ada dalam kantung

I
Dokter..dokter...
Kita butuh dokter..
Ada masalah dalam diri kita

Sebelum mereka semua datang
Dan kita terkubur
Mataku....

I, II, III,
mataku.. gelap..
Mataku...aku tak bisa melihat...
Mataku...mataku...
Kita terserang wabah

IV
mereka sakit...memang sakit
Mereka tak mampu melihat kami yang ada di sini
Mereka di kelilingi dengan tangisan
Tangisan ibu yang bayinya mati karena sakit
Flu anu.., antraks, lumpuh layu, gizi buruk,
Tangisan kami yang tergenang banjir tiap tahun
Tangisan kami yang harus mencuri untuk sekolahkan anak-anak kami
Tangisan kami yang digusur dan tidak diberi hidup yang layak
Tangisan kami yang  sau persatu mati di rumah kami sendiri

Mereka sakit..
Mata mereka tak mampu melihat

Adegan IV
Perlahan suara tangisan terdengar...redup..dan semakin jelas.... sosok yang bermetamorfosis mulai tumbuh, berjalan dan bergerak menuju ke 4 orang itu  mereka menangis sejadi-jadinya, dunia seperti bergerak.,menenggelaman mereka

V
Republik ini dibangun dengan air mata dan pengorbanan
Bukan untuk digadaikan
Republik ini dibangun darah
Bukan untuk dijual

Kepercayaan kami telah kalian kebiri
Kami melihat senapan yang ditodongkan oleh saudara kami sendiri
Kami dipaksa menelan peluru untuk membunuh bayi-bayi kami

Kami hanya ingin hidup layak
Karena kami pemilik sah negeri ini
Karena kami pemilik sah negeri ini
Karena kami pemilik sah negeri ini


Dipentaskan di inaugurasi FISIP 05


Komentar

  1. Mmbca naskah ini,mngingtkan wajh tman2 05,khususx hi.ewing,maidah,tia.hr2 pnuh lelah krna ltihn tiap hr.sy mrndukn mas2 itu.

    BalasHapus
  2. Mmbca naskah ini,mngingtkan wajh tman2 05,khususx hi.ewing,maidah,tia.hr2 pnuh lelah krna ltihn tiap hr.sy mrndukn mas2 itu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer