Meja Makan dan Komradku yang Terus Belajar

Saya dan Ibunya maha tumbuh dalam keluarga yang meyakini jika meja makan adalah ruang yang penting bagi keluarga.

Saat masih kecil, saya ingat benar bagaimana saya tidak akan makan siang sampai bapak pulang kantor dan makan bersama ibu dan adik. Dan untuk urusan meja makan, ibu dan almarhum bapak punya suguhannya sendiri-sendiri yang tentu memanjakan lidah kami. Apalagi bapak yang memiliki kemampuan memasak diatas rata-rata, membuat suguhan di atas meja makan selalu punya cita rasa sendiri yang kami rindukan apalagi setelah ia tiada.

Kultur meja makan yang hangat kembali saya temukan saat mulai berkenalan dengan keluarga di Bone dan hingga akhirnya menjadi bagian di dalamnya. Meja makan selalu menjadi tempat favorit untuk berkumpul dan bercerita banyak hal. Dan ini terjadi tidak hanya di waktu makan reguler. Untuk urusan sajian, mama (baca: neneknya maha) selalu mampu membuat nafsu makan kami membuncah tak biasa. Mama selalu total memanjakan kami dengan hidangan di atas meja yang bercita rasa khas “ibu” di setiap waktu makan. Sama seperti band profesional yang memperlakukan semua panggung dengan perlakuan yang sama. Bahkan hingga hampir semua anaknya telah memberinya cucu. Iya, hingga detik ini.

Saat akhirnya memutuskan berkeluarga, bagaimana mama memperlakukan kami di meja makan akhirnya menjadi referensi kami untuk urusan di meja makan. Tentu termasuk urusan bagaimana memanjakan lidah kami semua. Dan ini bukan urusan mudah bagi ibunya maha yang hampir tak memiliki track record yang mumpuni untuk urusan dapur. Sederhananya, kalau untuk urusan telur dadar biasa, yah bolehlah. Tapi jika kualitasnya diupgrade sedikit misalnya menjadi telur dadar berbumbu, dia masih membutuhkan bantuanku…hahaha. Dan itu jujur ia akui saat kami mulai berumah tangga.

Tapi saya sangat beruntung karena memiliki ibu dari kedua jagoan kecilku yang punya etos belajar yang tinggi. Saya tak begitu ingat upaya untuk belajar “mencintai” dapur sejak kapan ia mulai tapi yang tak mungkin saya lupa jika dalam proses belajar itu, ibunya maha sama sekali tak pernah berputus asa. Selain mengandalkan google dan instagram untuk mencoba menu baru, baik makanan maupun kue, ia juga tentu menjadikan mama di Bone dan sesekali Ibu di Kendari sebagai mentornya.

Dalam proses belajar itu, saya menyaksikan banyak kisah pilu dan bahagia sekaligus menyicipi rasa pahit, asin dan rasa yang pas saat oven kue pertama kali dibuka atau masakan harusnya telah siap dihidangkan. Untuk satu resep kue, Ibunya mesti mengulanginya hingga berkali-kali sampai akhirnya ia tersenyum bahagia sambil berteriak kegirangan seperti Archimedes saat menemukan prinsip Archimedes sambil berteriak Eureka.

Kini, setelah membina bahtera keluarga bersama hampir satu dasawarsa, dari dapur yang tak begitu besar dengan perlengkapan dapur ala kadarnya, Ibunya maha selalu memberikan kejutan-kejutan yang disuguhkan di meja makan kami. Dalam sesaat, setelah meminta kami untuk menunggu, ia akan keluar dari dapur dan membawa cita rasa luar biasa darikue atau masakan yang dibuatnya.

Dan puncak pencapaian dari proses belajar memasak menurutku terjadi bulan lalu saat mama bersama Bapak datang ke Makassar dan nginap di tempat kami. Saat makan siang, mama tiba-tiba mengomentari bale dempo yang ia makan dalam Bahasa Bugis yang saya terjemahkan dengan kemampuan standar.

“Siapa yang buat ini Bale Dempo?”

Belum lagi pertanyaan itu terjawab, mama langsung menjawab pertanyaannya sendiri dengan pertanyaan baru.

“Kamu yang bikin Nita?”

Yang ditanya langsung tersipu malu dengan kebanggan luar biasa tersungging di bibirnya yang tak mau terkatup dan kemudian dengan jumawa menjawab pelan,

“Iye’ Ma’”

Saya yang juga sedang menikmati Bale Dempo luar biasa siang itu harusnya memberi standing ovation karena barusan saja Sang Master memberi pengakuan ke pembelajar luar biasa yang adalah istri kebanggaanku itu.

Sekali lagi, selamat untuk semua keinginan untuk belajar yang terus menjalari hari-hari kita dengan keluarga kecil ini. Semoga akan tetap seperti itu. Chayo komradku!

Tempat Kerja
30 November 2017
Bersiaplah…

Komentar

Postingan Populer