"Ibu, Bagaimana Saya Bisa Bertahan?"

Diantara begitu banyak perbedaan antara maha dan Suar, mereka berdua juga punya sedikit kesamaan. Salah satunya, saat tidur mereka berdua begitu menikmati hawa dingin dari pendingin ruangan dengan temperatur yang terpaksa harus kami (saya dan ibunya maha) terima meski harus merasakan dingin yang begitu menusuk. Berani menaikkan temperatur pendingin ruangan pada derajat yg nyaman bagi kami berarti berani cari masalah dengan mereka berdua.

Kegemaran mereka berdua dengan hawa dingin membuat mereka sangat menikmati jika kami mengajak mereka berdua ikut serta ke event-event di alam bebas. Tiap tahun misalnya mereka pasti kami ikutkan saat Kedai Buku Jenny diajak lapakan di helatan Musik Hutan. Yah, seperti namanya acara musik ini diadakan di hutan. Atau beberapa tahun lalu kami menghelat kegiatan bernama Hutan Bernyanyi di pinggir hutan di Bantaeng.

Di acara-acara itu, mereka berdua terlihat santai-santai saja saat saya dan ibunya maha sudah menutupi diri dengan jaket tebal dan apa saja yg bisa dipakai untuk mengurangi rasa dingin. Suar bahkan meminta agar ia tak usah memakai baju. Sebuah permintaan yang seratus persen tak mungkin kami ijabah.

Tapi tak ada yang statis dalam kamus kedua anak ini, khususnya si bungsu Suar. Dua malam lalu saat saya benar2​ terbunuh kantuk karena terlalu banyak menyantap es buah saat berbuka puasa, sayup-sayup saya mendengar suara rintihan dan nestapa.

Tak seperti biasanya Suar merasa jika temperatur pendingin ruangan begitu dingin mencubit kulitnya yg tak lagi begitu putih itu.

"Ibu, dinginka'".

"Ibu, bagaimanaka' bisa bertahan ini?"

Ibunya yang hendak menuju peraduan tetiba tertawa tak tertahan dan saya yang masih dirajai kantuk juga tak kuasa menahan tawa.

Tetaplah bertahan dengan caramu sendiri anakku. Keraski memang dunia.
Hahahaha....

Bapakmahasuar
2017

Komentar

Postingan Populer