Pasar Sahrul #1
Bisa dipastikan, jika saya mengadakan peneitian kecil-kecilan
dan mengajukan pertanyaan simple terkait siapa orang yang paling ditunggu oleh
ibu-ibu di hari Sabtu dan Minggu, jawabannya adalah Sahrul. Sahrul, begitu kami
semua memanggilnya, adalah seorang penjual sayur yang biasa mangkal di pinggir
jalan poros Kompleks Wesabbe. Dari arah
pintu masuk kompleks, dia tepat berada di depan jejeran ruko warna-warni di
sudut perempatan pertama.
Kehadiran Sahrul, seharusnya tidak perlu mencolok. Apa salahnya, jika ia diannti-nanti
oleh ibu-ibu. Toh mereka punya hubungan saling membutuhkan layaknya penjualdan
pembeli. Tapi, semakin ke sini, saya mulai merasakan Sahrul menjadi genting
untuk diberitakan. Menurut insting ibu
rumah tanggaku, Sahrul bisa dianggap sebagai pelaku yang akan menggoyang pasar.
Bisa jadi, ia akan jadi target tindak kekerasan atau mungkin penghilangan.
Issunya tidak main-main. Ini tentang harga. Dan itu adalah
issu penting bagi kelangsungan dapur hampir semua rumah di kompleks yang tidak
begitu besar ini. yah, Sahrul menjual sayur-sayurannya dengan harga jauh dibawah
harga rata-rata. Apalagi jika dibandingkan dengan penjual sayur di depan pintu
masuk Wesabbe, yang terkenal maha. Bayangkan, Sahrul membandrol harga
sayur-sayuran yang berupa dedaunan 500 rupiah per ikat, yang biasanya dijual
2.000 atau kebanyakan 1.000. Sawi, kangkung, bayam, bisa kamu dapatkan dengan
hanya 500 rupiah. Dengan 2000, kamu bisa
membeli jagung kuning sebanyak 3 biji. Uang 1.000 mu jangan disia-siakan, ia
bisa jadi sekantong kecil cabai atau bisa jadi 3 biji jeruk nipis. Toge segenggam juga bernilai 500 rupiah saja.
tomat, terung, timun, bisa kamu dapatkan dengan jumah besar hanya dengan uang
5000 rupiah. Dan, harga ini bukanlah harga setahun sekali, seperti pasar-pasar
modern di gedung yang waah. Sahrul mengadakan garage sale setiap hari.
Dan semakin hari, Sahrul semakin ditunggui banyak pelanggan.
Apalagi dihari Sabtu, Minggu dan hari libur lainnya. Namun, kalian harus pandai
menghitung waktu. Sahrul hanya akan datang setelah pukul delapan pagi. Jika terlalu cepat, kalian akan bosan
menunggu, jika datang terlambat kalian akan kehabisan sayur. Bukan apa, ibu-ibu
selalu kalap saat membeli sayur. Mereka beli dalam jumlah yang banyak, padahal
keesokan harinya kebanyakan mereka akan datang juga. Perempuan memang selalu
kalap saat berhadapan dengan harga murah. Walhasil, yang datang belakangan akan
pulang dengan kecewa. Tapi, beberapa ibu-ibu punya taktik lain. Mereka melakukan
pre order. Biasanya pembelian mereka dalam jumlah yang besar, kentang wortel
yang dibei dalam takaran kilogram. Dan Sahrul, adalah penjual yang memegang
janjinya. Sayur yang sudah dipesan, ia simpan di tempat yang tidak terlihat,
dan menunggu hingga yang punya pesananan datang.
Kepopuleran Sahrul, tidak selalu berbuah manis. Jika ia
datang dengan kuantitas sayur yang sedikit, pelanggannya tidak segan-segan
marah. Apalagi, jika mereka tahu Sahrul terlebih dahulu melakukan transaksi illegal.
Transaksi illegal adalah saat pelanggan yang bosan menunggu di spot, bergeser
maju ke pintu depan dan mencegat Sahrul di tengah jalan. Dan sebagai penjual,
Sahrul melayani mereka sebagai balasan atas upaya yang lebih besar mungkin. Namun
tindakan itu, kadang berbuah murka.
Dan Sahrul, tetap tersenyum. Dia menrima keluhan bahkan
marah pelanggan dengan senyum dan menghidupkan harapan untuk esok dengan varian
dan jumlah sayur yang lebih banyak. Pasar milik Sahrul, juga adalah pasar yang
jujur. Kamu memilih sendiri sayurmu dan menghitungnya sendiri. Karena banyanknya
pelanggan, Sahrul kadang tidak bisa menghitung totalan belanja pelanggannya. Sahrul
juga kadang tidak terlalu serius, saat dia sudah cukup lama dan sayurannya
masih banyak, ia akan membagi dengan percuma alias gratis. Hebat bukan?? Selain
itu, Sahrul juga membuka pasar bagi penjual temped an ikan. Biasanya mereka
akan nongkrong di sana, saat Sahrul sudah datang.
Hampir setiap saya berbelanja pada Sahrul, saya akan
menyombongkan diri, setelahnya. Dan setiap
itu pula, saya akan bertanya “darimana Sahrul mendapatkan pasokan sayurnya? Bagaimana
dengan keuntungannya? Sahrul tidak mungkin rugi kan?” pertanyaan itu selalu
memburuku setiap melihatnya. Tidak, dia tidak mungkin rugi. Dia selalu datang
tiap hari, jika dia rugi, dia tidak mungkin melanjutkan bisnis ini. kemungkinan
dia menjual hasil kebunnya sendiri, atau sayurnya ia dapatkan dari pasar gelap?
Hahahahaha…
Yah, Sahrul dan pasarnya adalah fenomena menarik di Wesabbe. Saya tidak
pernah sempat menanyainya, karena dia selalu kelihatan sibuk. Saya berjanji
akan mengulik lebih dalam tentang dia. Sahrul memmporakporandakan logika pasar
dan menciptakan pasarnya sendiri. Dan sejauh ini berhasil. Mungkin ada yang ingin
berguru padanya?
October 2nd 2016
ibumahasuar
#wesabbe
Komentar
Posting Komentar