Maha dan Panggung Pertama


Kalau ini postingan foto, maka tagarnya adalah #superlatepost. Soalnya peristiwa monumental yang akan saya ceritakan ini terjadi beberapa bulan yang lalu dan tak pernah sempat, tepatnya selalu malas, untuk menuliskannya di blog ini. Andai saja cerita ini tidak terlalu penting, maka mungkin akan saya undur hingga waktu yang tak pasti untuk menuliskannya.
Kenapa penting dan monumental? Soalnya ini cerita tentang maha yang akhirnya menampilkan sesuatu di panggung. Yup, Panggung pertamanya. Panggung yang serius, penontonnya serius, persiapannya tak kalah serius, dan yang paling penting saya dan Ibunya mahaa khirnya menikmati menjadi orang tua yang benar-benar serius menikmati rasa cemas hingga si anak benar-benar sudah diatas panggung menunaikan apa yang harus dia tampilkan dan kemudian turun dari panggung dengan senyum sumringah. Serius, ini benar-benar serius!
…………………
Pagi belum lagi terlalu lama menyapa dan saya harus menguatkan diri untuk segera bangun dari tidur yang baru saja kumulai saat shalat subuh selesai kutunaikan. Saya baru tiba dari sebuah kota yang ditempuh kurang lebih delapan jam dari Makassar untuk sebuah pekerjaan subuh itu sehingga tidurnya agak telat. Meski mata masih begitu malas untuk terbuka, saya segera ke kamar mandi dan kemudian bersiap-siap dengan pakaian yang lumayan rapi. Tidak hanya saya tapi kami berempat tampil rapi. Dan diantara kami berempat, maha lah yang paling tampil berbeda karena pakaian adat khas Melayu lengkap dengan topi khasnya yang melekat di tubuhnya. Dan tentu ia tampak sangat gagah.
Pagi itu, kami akan ke sekolah maha untuk mengikuti acara penamatan kakak kelasnya. Dan maha mendapat tugas untuk menampilkan tari dan lagu bersama teman-temannya. Selain tampil berkelompok, di bagian akhir acara maha akan tampil sendiri membawakan sebuah suguhan. Untuk penampilan berkelompok, maha dan teman-temannya akan menampilkan lagu Mars PAUD  di awal acara, Tari Piring, gerak tubuh dengan intruksi berbahasa Inggris dari gurunya dan yang paling kami tunggu tentu penampilan maha membawakan puisi dan lagu Qui Sera-Sera.
Untuk semua penampilan diatas, maha dan teman-temannya mesti berlatih berbulan-bulan. Saya yang beberapa kali melihat mereka berlatih saat mengantar dan menjemput maha di sekolahnya selalu dibuat tertawa dengan tingkah maha dan teman-teman sebayanya saat latihan menari tari piring. Diantara tari yang dilatihkan, maka latihan tari piring inilah yang paling susah diatur dan karenanya selalu lucu. Tak pernah ada gerak yang sama hingga akhir latihan sekuat apa pun dua guru mereka mengarahkan. Meski demikian pertunjukan harus tetap berlangsung.
Jarum jam belum lagi menunjukkan pukul depalan pagi, dengan mengendarai motor kami berempat sudah sampai di sekolah maha yang terletak di Kompleks Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin. O iya, maha bersekolah di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Universitas Hasanuddin. Terkait nama sekolah ini, saya selalu merasa kalau ibu-ibu Dharma Wanita ini benar-benar tak sekreatif pemberi nama jalan di seputan kompleks dosen itu. Sekedar info, hampir semua jalan di kompleks itu menggunakan nama-nama tokoh. Tepat di depan sekolah maha misalnya diberi nama Jl. Adam Smith dan Jl. JM. Keynes, dua tokoh ekonomi dunia yang sangat terkenal.
Sebuah panggung yang disusun dari beberapa meja kelas plus mixer dan sound system electon disamping panggung sudah tertata rapi di teras sekolah. Dua blok tenda pengantin juga sudah berdiri dan beberapa orang tua siswa juga sudah menempati beberapa kursi yang sudah berjejer rapi. Maha lalu berbaur dengan teman-temannya yang juga mengenakan pakaian adat yang bervariasi. Selain beberapa orang tua yang duduk rapi di tempat yang disediakan, beberapa juga terlihat sibuk mengejar anaknya yang masih bermain seluncuran padahal dari rumah mereka sudah dipastikan tampil gagah dan cantik. Tapi namanya anak-anak, mereka tak pernah bisa tenang apalagi jika distiu ada permainan. Karena tak bisa lagi mengikuti si anak yang terus berlarian tak peduli pakaiannya tak lagi rapi dan kotor, seorang ibu memilih pasrah saat diberitahu kalau si anak sedang beraksi. Hahaha…

Setelah semua orang tua dan tamu undangan sudah hadir akhirnya acara penamatan seniornya maha dimulai. Dan mulailah babak-babak menegangkan itu.

Semua pengisi acara adalah dari anak-anak TK sendiri termasuk dua pasang MC yang memulai acara. Meski terbata-bata tapi mereka berdua lumayan berhasil membuka acara. Setelah pembacaan ayat suci Al Quran serta terjemahannya, dua temannya maha membacakan -tepatnya menyampaikan hafalannya- pesan dan kesan dari siswa yang akan meninggalkan dan yang ditinggalkan. Senior maha yang menyampaikan kesan selama bersekolah lumayan berhasil hingga akhirnya ia turun dari panggung. Tapi tidak dengan teman seangkatannya maha yang menyampaikan pesan buat para senior. Meski saat berlatih ia selalu lancar namun saat berada di panggung ia benar-benar grogi hingga akhirnya harus dibantu oleh salah seorang ibu guru. “…..sampai jumpa di Universitas Hasanuddin,” begitu salah satu potongan pesan yang disampaikan yang lalu disambut dengan tepuk tangan para orang tua siswa dan para undangan sebagai ganti tawa. Teman kelas maha ini sebenarnya ingin menyampaikan sampai jumpa kembali di TK Dharma Wanita Unhas di lain waktu tapi karena grogi dan seterusnya akhirnya yang terlontar adalah doa yang mudah-mudahan terwujud saat Kampus Merah itu
sudah mampu membenahi toiletnya.
Setelah dua sambutan yang seharusnya mengharukan itu, kemudian seluruh siswa menyanyikan Mars PAUD yang hampir tiap hari dinyanyikan maha di rumah, selanjutnya adalah suguhan tari-tarian. Diawali dengan tari papua, kemudian tari kipas dan terakhir tari dari kelompoknya maha, tari piring. Seperti saat latihan tak satu pun dari kelompok ini yang peduli dengan kerapian gerak apalagi kesesuaian dengan musik yang mengiringi. Yang ada mereka tertawa atau sambil bercerita dengan teman disebelahnya sambil tetap menggoyangkan tubuh seadanya. Seperti biasa yang paling sibuk memastikan agar gerak anak-anak ini baik adalah orang tua mereka. Termasuk saya sesekali sembari mendokumentasikan apa yang disuguhkan maha dan teman-temannya. Obsesi standar khas orang dewasa padahal anak-anak itu sangat berbhagia dengan yang mereka lakukan sampai mereka diinterupsi oleh kita, orang-orang dewasa sok tau ini. hehehe… Tapi sepanjang penampilan tari itu saya dan orang tua lainnya terus dibuat tertawa oleh gerak tak teratur, sistematis dan massif…hahahaha…
Setelah olah gerak tubuh dengan instruksi berbahasa Inggris dari si madame guru bahasa Inggris yang sudah lumayan berumur, selanjutnya maha mengganti kostumnya. Seharusnya ia akan memakan jas tapi karena jasnya ketinggalan di Bone, jadi ia hanya meka atasan lengan panjang putih dan jeans biru bergaris putih di tengahnya untuk bawahannya. Dan setelah berganti kostum sambil menunggu gilirannya tampil solo, maha duduk di sebelah kanan panggung. Dan ia tak lagi terlelu peduli dengan teman-temannya yang lalu lalang di depannya dan sesekali ada yang mengusili atau memujinya.

Setelah memastikan pakaiannya rapi, saya memilih menjauh dan memperhatikan maha membangun kepercayaan dirinya. Dari kejauhan kulihat maha menggoyang-goyangkan kakinya dan beberapa gerak tubuh yang sangat kukenali. Biasanya kalau maha melakukan itu berarti ia sedang tidak senang atau tidak setuju terhadap sesuatu. Saya mulai khawatir jangan sampai ia tidak mau naik ke panggung saat namanya dipanggil. Tapi saya dan ibunya maha juga tak mendekat. Tapi maha masih terus tersenyum sambil menanti gilirannya yang membuatku tetap percaya kalau ia akan menampilkan sesuatu yang keren siang itu.
Si MC memanggil maha. Dunia seperti berhenti bergerak saat menantikan keputusan yang akan diambil maha. Sama sekali tak ada rasa canggung meski gaya lemah khas maha saat berjelan tetap terlihat saat ia berjalan menuju panggung. Kupegangi tangannya saat ia hendak naik ke panggung memastikan ia tak jatuh dan menghancurkan semuanya justru saat pertunjukan belum dimulai. Saya berusaha menguatkan diri agar tetes air mata tak tumpah sehingga saya bisa memperhatikan suguhan maha siang itu dan kemudian mendokumentasikannya.
Saat sudah berda di tengah panggung, maha lalu menundukkan kepala sebagai tanda salam. Dan setelah itu ia membacakan puisi terjemahan dari Lagu Qui Sera-Sera dengan fasih dan sangat berintonasi. Selesai berpuisi, tanpa jeda maha lalu lanjut dengan menyanyikan Qui Sera-Sera juga dengan sangat memukau. Semua yang hadir disitu terdiam hingga diakhiri tepuk tangan yang membahana saat maha membungkukkan badan dan mengucapkan “thank you” pertanda penampilannya telah selesai. Semua yang hadir memuji penampilan maha dan kami benar-benar terharu dibuatnya.
Hari itu adalah panggung pertama maha yang ia lalui dengan sangat spektakuler dan kami sangat bangga karenanya. Bukan karena rentetan pujian itu tapi karena maha berhasil membuat panggung pertamanya itu sebagai panggung kebahagiaan untuk dirinya dan kami semua. Terima kasih jagoan kecilku. Kami tunggu panggung-panggung berikutnya.

Bapakmahasuar
KBJ, 9 Agustus 2014

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer