Ber-Vakansi Bersama si Sepatu Putih
Saya sering bercerita di blog
ini kalau saya bersama Aswin (beliau adalah tetangga, sesama crew KBJ, dan
sesama pemburu konser gratis/berbiaya murah) punya sederet nama-nama band yang
kami susun acak di bucket list band yang kami harap bisa
melihatnya langsung selama dua tahun di Jogja. Beberapa dari band itu akhirnya
bisa kami saksikan langsung. Perjumpaan dengan band-band idola selalu punya
cerita dan kenangannya sendiri yang tentu akan jadi memorabilia selama di Jogja.
Dua tahun berlalu begitu cepat dan di deret bucket
list masih tertera banyak band yang belum kami datangi konsernya secara
langsung dan bertemu dengan sensasi-sensasi dari keseluruhan pertunjukan. Salah
satu dari mereka adalah White Shoes & The Couples Company.
Saat masih di Jogja,
sebenarnya band yang beranggotakan alumni Institut kesenian Jakarta ini pernah
sekali berkunjung ke Jogja dan mentas di salah satu galeri. Seingatku,
kedatangan mereka ke Jogja saat itu merupakan rangkaian dari promosi album
Vakansi. Jadi sebelumnya, WSATCC minta kepada para penggemarnya untuk
mengirimkan foto-foto vakansi mereka beserta ceritanya. Foto-foto itu kemudian
dipamerkan di galeri tempat White Shoes manggung.
Sayang beribu sayang, saat itu
kabar kedatangan WSATCC ke Jogja baru saya dan Aswin ketahui dari tetangga
kamar sehari setelah konser tersebut. Dan itu salah satu penyesalan yang
menjadi warna gelap dari dominasi warna cerah kegembiraan selama di Jogja.
Setelah peristiwa naas itu, kami terus berdoa akan ada SMA yang mengundang
White Shoes ke pensi mereka, atau event organizer yang menjadikan mereka sebagai
penampil utama di acara launching
produk otomotif atau ada kumpulan orang berduit dan punya selera musik berkelas
lalu menginisiasi sebuah gig intim. Doa tinggal lah doa karena hingga studi
kami berdua selesai dengan agak tertatih-tatih dan balik ke Makassar, kami
berdua tak pernah kesampaian menonton si “Sepatu Putih” langsung. Mereka justru
datang ke Jogja, bahkan berkali-kali, justru setelah kami sudah mulai melupakan
“candu” Jogja. Dan kami gigit jari. Nasib!
Pulang ke Makassar tidak lalu
memupuskan mimpi kami untuk mencoreti setiap band yang sudah kami saksikan
langsung. Karena kota ini begitu jarang menghadirkan band-band yang masuk
dikategori “harus kami tonton langsung,” maka saat band-band itu datang ia akan
menjadi serupa kejutan bagi kami. Kejutan yang membahagiakan dan karenanya kami
mesti menjumpai dan merayakan kejutan itu dengan cara kami sendiri.
Di ujung minggu akhir bulan April
lalu, seorang kawan memberi kabar gembira melalui salah satu akun media
sosialnya. Ia mengabarkan kalau White Shoes akan manggung di salah satu mall
yang juga memiliki arena permainan (sepertinya) yang terbesar di Indonesia
Timur. White Shoes akan menjadi penampil utama pada event yang digelar oleh
salah satu provider kartu seluler. Kabar
itu benar-benar kejutan bagi saya dan tentu seisi rumah. Kabar itu segera
kulanjutkan ke teman-teman yang lain sambil mempersiapkan segalanya dan
memastikan tidak ada hambatan-hambatan yang bakal mengganggu kesenangan akhir
minggu kami.
Setelah memperhatikan
kalender, ternyata malam yang kami tunggu itu bertepatan dengan event tahunan
yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa tempat kami menimbah pengetahuan dan
pengalaman berorganisasi semasa kuliah S1 dulu. Event ini selalu menjadi
prioritas untuk kami hadiri setiap tahunnya selain karena berbagai penampilan
seni yang disuguhkan mayoritas oleh mahasiswa baru, disini kami juga biasanya
bisa bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tak kami temui. Dua event
penting di malam yang sama. Setelah berembug, kami akhirnya memutuskan untuk
menghadiri kedua-duanya.
Malam yang kami tunggu-tunggu
akhirnya datang menyapa. Sejak sore kami telah bersiap. Dan sebelum magrib kami
sudah siap berangkat termasuk dua jagoan kecilku yang kami ajak serta menikmati
vakansi akhir minggu yang tak biasa. Karena takut terjebak macet khas malam
minggu, dan lagi pula jarak venue dengan tempat kami memang agak jauh maka kami
meutuskan untuk berangkat agak lebih cepat. Selain alasan macet dan jarak, kami
berangkat lebih awal karena tentu tak ingin kelewatan sedetik pun
momentum-momentum bersama band idola.
Karena menempuh jalur bebas
hambatan alias jalan tol akhirnya kami dapat sampai di venue konser lumayan
cepat. Panggung kecil yang berada di tengah-tengah mall yang cukup elit di
Makassar dan menyediakan wahana permainan cukup besar itu hanya berisi set alat
band dan beberapa crew sedang memperbaiki ini itu. Yang justru terlihat
mencolok adalah antrian yang cukup panjang orang-orang yang hendak menukarkan
poin kartu seluler mereka dengan berbagai hadiah yang disediakan provider kartu
seluler yang terbesar di Indonesia itu. Awalnya saya juga ikut mengantri namun
cepat-cepat keluar dari antrian karena poinku sama sekali tidak mencukupi untuk
ditukar dengan hadiah apapun yang disediakan. Yang tinggal di antrian tinggal
ibunya maha yang hendak menukarkan poin dari kartu selulernya Aswin. Semenatara
saya dan Aswin beserta dua jagoan kecilku yang kami bawa serta lebih memilih
melihat-lihat di sekitar. Saya sempat bertemu seorang junior pesantren dulu
sebelum akhirnya konsentrasi berpaling ke panggung menyaksikan penampilan band
Just Be Good. Ini kali kedua saya menyaksikan mereka. Sebelumnya mereka menjadi
salah satu liner di event Save Satinah yang dihelat oleh KBJ beberapa bulan
lalu.
Saat sedang menikmati suguhan
Just Be Good dari arah belakang panggung saya melihat beberapa orang yang cukup
saya kenal wajahnya. Ada Ale, Rio, dan Ricky dari White Shoes yang kemudian
menuju ke café di pojokan yang tepat berada di sebelah kanan panggung. Tak lama
Sari dan Mela yang mengenakan dress jadul nan anggun ikut bergabung. Dua nama
yang saya sebut terakhir ini tentu yang paling ditunggu…hahahaha….O iya bersama
mereka juga ada sang manajer, mas Ameng, yang awalnya tak saya kenali wajahnya
karena topi pancing yang menutupi wajahnya. Melihat mereka pertama kali secara
langsung tentu membuat saya benar-benar excited, se excited beberapa abg wanita
di sampingku yang hendak menyapa idolanya tapi malu-malu. Saya sendiri dan
Aswin dan tentu bersama dua jagoan kecilku tanpa sungkan langsung mendekat ke
pojokan dan berinteraksi dengan personil band andalan itu. Di belakang kami
lalu puluhan orang ikut merapat. Setelah CD Album TamTambuku ditandatangani
lalu foto bareng juga sudah dijabanin, kami lalu menyapa beberapa karib yang
juga sudah hadir di venue dan kemudian kembali merapat ke stage menyiapkan diri
agar bisa berada di bibir panggung yang begitu rendah itu saat WSATCC mulai
beraksi.
Setelah satu suguhan kuis dan
dance yang tak terlalu menarik sebenarnya lalu MC memanggil si Sepatu Putih dan
saya segera memboyong dua jagoanku ke bibir panggung. Dan kemudian diikuti oleh
ratusan penonton yang segera memadati venue. Jarak kami dan sang idola hanya
berkisar 2 meteran. Hahaha…Dan selanjutnya adalah kebahagiaan yang tak terkira.
White Shoes membawakan sebelas lagu, diawali dengan Sabda Alam dan dipenghujung
pertunjukan ditutupdengan Aksi Kucing yang tersohor itu. Selama pertunjukan,
kami dibuat takjub dengan nomor-nomor kerenseperti Senandung Maaf, Selangkah
Keseberang, Masa Remadja, Windu Defrina, Vakansi dan beberapa lagu daerah di
album terbaru White Shoes seperti Tjangkurileung, Lembe-Lembe dan tentu Tam Tam
Buku. Meski lagu andalan saya, Selatan Jakarta, tidak dibawakan malam itu tapi
secara keseluruhan saya sangat menikmati penampilan White Shoes malam itu. Dan
yang paling membahagiakan lagi karena saya (lagi-lagi) berhasil mendapatkan
setlist mereka secara utuh meski harus berebut dengan beberapa teman…hahahaha….
Segera setelah suguhan
terakhir, kami memutuskan untuk pulang dan segera menuju ke venue berikut untuk
menghadiri suguhan Golden Moment yang dulu selalu menjadi yang utama namun saya
kali ini ia jadi yang nomor dua. Setelah tiba di venue yang tak begitu jauh
dari rumah, kami duduk sebentar setelah menyalami kawan-kawan yang datang, lalu
menyaksikan beberapa suguhan mahasiswa baru yang sedang menyampaikan pesan
keberpihakan dengan cara yang itu-itu saja dan terkesan membosankan, dan apalagi
yang disuguhkan sama sekali tidak mampu member kegembiraan serupa saat
menyaksikan sang idola beberapa jam sebelumnya. Tak lama kami memutuskan untuk
pulang karena dua jagoan kecilku sudah begitu letih.
Malam itu, meski saya benar-benar
bergembira karena (lagi) bisa mencoret band yang harus kutonton langsung di
Bucket List ku, tapi direlung yang lain terbersit sedih karena saya merasa
asing di “rumah” itu. Hmm…
Maaf...kegembiraan dan
kesedihan ini telat kukabarkan
Bapakmahasuar
BDP, 6 Agustus 2014
Menunggu sidang MK…..
Komentar
Posting Komentar