..tentang rindu dan diriku..
Ketiga lelakiku sedang lelap..dan
tiba-tiba, aku rindu blogku. bukan
tiba-tiba sebenarya, beberapa jam lalu
om-omnya maha di KBJ sedang membahas
tntang upaya gerakan gencar mengisi blog lagi. “lagi” karena pernah ada satu
masa untukku dan komrad di mana blog menjadi tumpahan kesal dan bahagia yang
menyatukan kami dalam jarak yang begitu jauh dan waktu yang begitu lama. “lagi”
karena pernah ada satu masa yang belum pula terlalu jauh untuk kuingat bahwa
blog menjdi benang merah yang menyatukan rindu kami berdua. Yah..masa-masa yang
berat namun terlalui juga dan masa itu masa-masa poduktif kami, aku dan komrad,
menulis, ngeblog. Bahkan salah satu kawan di blognya menobatkan kami sebagai “blogger
couple”.
Sering kukatakan berkali-kali
dalam banyak cerita, bahwa bersamanya kami kembali setelah dua tahun terpisah,
adalah puncak bukit yang telah kami taklukkan. Seharusnya cerita bahagia, lebih
sering kami bagi lewat tulisan dalam bog ini, tapi..kami lena. Selalu, jika
kami bersama seolah kata hanya menjelma menjadi tawa dan bahagia yang sama-sama
kami lupakan untuk tuliskan ulang, yang sama-sama kami lupakan bahwa mungkin
esok kami tiba-tiba amnesia *semoga tidak.
Nah…aku ingin berhenti membahas
kami, walau sebenarnya aku telah menjadi kami yang lain *halllah. Mari simak
ceritaku, ini bukan tentang alasanku, bukan tentang pembenaranku. Tapi secara
trsirat, ada clah yang tak kudapatkan sehingga tanganku tak lagi lihai menari
di atas tuts keyboard. Jangan diiyakan, dianggukkan atau disetujui, semuanya
pada hakekatnya ini tentang diriku.
***
Aku adalah seorang ibu rumah
tangga. Menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan sulit untukku. Dalam keluarga
aku diketahui punya potensi besar untuk menjadi “sesuatu” . “sesuatu” yang
bukan menjadi “hanya ibu rumah tangga”. Dalam keluargaku yang terlanjur punya
pakem akan kehidupan nyaman dan bahagia, mungkin seperti kebanyakan, IRT
harusnya tidak menjadi pilihanku. Kukatakan, ini pilihan, karena aku bisa saja
berusaha lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan, dan mengenyampingkan kerjaan
utamaku yaitu menjadi istri dan ibu. Tapi pekerjaan menurut kebanyakan orang
adalah aktvitas dimana kamu mendapatkan gaji di awal atau di akhir bulan,
memakai seragam kerja, punya kantor, dan blallaablalablaa..
Seperti pegawai kantoran, aku
bangun setiap pagi dengan rutinitas di rumah. Mulai dari menyiapkan sarapan, membersihan,
memasak, mencuci, menyetrika, memandikan anak, menyuapi mereka, menemani mereka
bermain, menyurh mereka tidur, memandikan mereka, menyiapkan makan siang,
menemani anak dan suami bersantai di sore hari, menyiapkan cemian, kue,
mengajari maha membaca, menulis, menggambar, bercerita, menyanyi, menyiapkan
mkan malam, dan akhirnya tidur lagi. Belum ditambah kerja-kerja tambahan yang
mendadak seperti begadang saat suar malas tidur, memarahi maha yang tidak ingin
lepas dari tv. Seperti pekerja lain, saya sering jenuh dengan rutinitas yang
sama dari senin sampai senin lagi. Makanya, kadang saya ogah-ogahan, malas
memasak terus beli lauk di warung taro, malas mencuci, enggan menyetrika, walau
akhirnya saya juga yang mengerjakannya. Di sela pekerjaan saya pun, saya
melakukan kerja sambian, ol, membaca, ngetwit, cek ig, dan akhir-akhir ini
jualan pakaian on line. Jika berada di Bone, kerjaan sampinganku lebih serius
karena harus mengurusi English Home, kursusan kecil-kecilan yang kubangun sejak 2011.
Menjadi IRT walau telah kau pilih
dengan sadar , tidak akan pernah atau jarang diapresiasi dengan baik oleh awam.
Mereka pikir itu pilihan bodoh, pilihan
picik. Rutinitas yang kamu lakukan pun dianggap bukanlah sebuah pekerjaan. Tapi,
saya pecaya sejak menjadi IRT kemampuan otak saya semakin maksimal. Saya harus
paham manajemen waktu dengn baik, jika tidak saya tidak akan punya celah waktu untuk sekedar menonton film, membaca
novel,atau exist di dunia maya, hahahaha..aku
harus pandai-pandai mengatur kerjaan, jadwal dan uang agar semuanya tepat, dan
hal penting ainnya yang selalu kuurusi. Tentang makanan anak-anakku yang hars
cukup asupan gizi, tentang tidur mereka yang harus cukup, tentang badan dan
tempat yang harus selalu brsih untuk mereka, tentang nila-nilai hidup yang kami
tanamkan sejak dini, tentang apa yang mereka suka dan tidak sukai. Hal-hal
tersebut adalah hal yang cukup komplit ika harus dilakukan dalam satu x 24 jam.
Tapi aku harus.
Dan sayangnya, jika output mu
maksimal, tidak aka nada orang yang memberi apresiasi dengan baik. mereka akan
bilang “ooo..wajar kan ibunya ada di rumah, tidak kerja apa-apa”. dan jika sedikit saja ada
yang miss maka semua akan mencerca “ kenapa bisa? Kamu kan tidak kerja?”
rasanya sangat tidak adil. Yah, saya kadang merasakan hal itu. Tapi,
beruntungnya, semua resiko-resiko atas pilihan saya menjadi IRT sdikit
banyaknya telah kuantasipasi degan memilih “komrad” yang tepat. Sehingga semuanya
berjalan lebih mudah.
Bukan, saya bukan tdak ingin
bekerja. Saya ingin. Tapi mungkin belum siap, menyisihkan hariku yang tidak
bgitu panjang dan jauh dari dua jagoanku. Aku hanya tidak siap, menitpkan
sebagaian hari mereka pada orang lain, dan aku sibuk mengurusi pekerjaan yang
pastinya selalu atas nama kami. Makanya saya selalu salut, dengan ibu-ibu yag punya
karir dan tidak melupakan “rumahnya”. Jujur, saat rutinitas mengepungku, aku
kadang jenuh, kadang cemburu melihat banyak orang yang tidak mngungkung dirinya
di rumah. Au cemburu apalagi jika melihat banyak tematemanku yang seolah telah
menggenggam dunia. Tapi rasa jenuh dan cemburu itu selalu hilang jika itu harus
berarti meninggalkan “rumahku”.
Dan.., setelah melaui banyak
pertimbangan dan analisis yang mendalam. Pagi ini, aku menuju manunggal. Bergabug
dengan ribuan pencari kerja, memenuhi hasrat beberapa orang di sekitarku, atau
mungkin hasrat tersembunyiku untuk mencari kerja. Tapi,tdak lama. Aku memilih
mundur teratur bahkan sebelum aku berjuang. Aku mungkin butuh kerja, tapi tidak
jika harus engantri sepanjang ular naga yang tak habis-habis. dan aku pulang,
lalu punya alasan tepat pada banyak orang yang menyarankanku untuk bekerja. Tenanglah,
Aku pasti akan berjuang, pasti. Berjuang untuk keluarga tapi pada jalan yang
kuyakini akannya. Maka biarlah kunikmati pilihan yang telah kuamini sejak lama.jika
kelak jalanku berkelok, maka pasti itu karena telah kuyakin untuk melakukannya.
January 19th 2014
Ibumahasuar
#mengawalratusantulisantahunini
*semoga
Komentar
Posting Komentar