Maha Berjumpa Seringai
Ini kisah tentang akhir
mingguku yang istimewa bersama maha. Sebenarnya kisah ini harus kututurkan di
blog ini beberapa hari yang lalu tapi rasa malas berselubung aktivitas ini itu
lebih merajaiku jadi malam ini “kupaksa” kan menulisnya atau kisah ini akan
pergi bersama ingatan yang sangat tak bisa diandalkan
………………………………
Banyak-banyaklah berteman
karena dari mereka biasanya kejutan-kejutan itu datang. Kira-kira seperti itu
pelajaran yang saya dapatkan di pertengahan bulan kemarin. Karena “pertolongan”
seorang teman
Hingga akhirnya saya
berkesempatan juga mendatangi salah satu event musik besar di kota ini, Rock In
Celebes. Event ini sebenarnya sudah jauh-jauh hari saya ketahui akan digelar di
pertengahan bulan Desember tahun kemarin tapi karena harga tiket masuk yang
lumayan mahal jadi saya dan teman-teman di kedai buku jenny tidak pernah
benar-benar antusias. Padahal line-up band-band
yang disuguhkan event ini sangat layak (kembali) disaksikan. Selain band-band
“pengumpul massa” dan hampir selalu
hadir di event tahunan ini seperti Seringai, The S.I.G.I.T, Burgerkil yang
selalu punya cita rasa berbeda di setiap panggungnya dan beberapa nama lain,
juga ada band yang sebenarnya sangat ingin saya tonton, salah satunya Navicula.
Band yang punya andil dalam kampanye Tolak Reklamasi Tanjung Benoa Bali. Dan
sebenarnya saya juga sangat ingin menyaksikan Pemuda Garis Depan setelah lama
mereka tak manggung. Tapi karena alasan rupiah jadi kenikmatan-kenikmatan itu
saya pendam saja sambil berdoa salah satu dari band ini kelak bisa ngejam
gratis di KBJ…hahahaha….
Kira-kira seminggu sebelum RIC
berlangsung, takdir baik menghampiriku ramah. Dari seorang kawan jurnalis cum gitaris beberapa band di kota ini,
kudapat kabar kalau seorang kawan yang kebetulan adalah fotografer Navicula
ingin berbicara dengan saya via telpon. Katanya ada band dari Surabaya yang
juga jadi penampil di RIC tidak dapat akomodasi atau tepatnya tempat nginap
jadi si kawan mau tanya apa boleh crew band dari Surabaya ini nginap di KBJ
selama mereka di Makassar. Selang beberapa hari si kawan yang kini netap di
Bali itu nelpon dan kembali mengajukan permohonannya dan tentu saya mewakili
KBJ mengiyakan.
Sehari sebelum mereka tampil,
akhirnya band dari Surabaya yang beraliran grunge itu tiba di KBJ. Saat mereka
tiba, malam sudah begitu larut dan guyur hujan begitu deras dan setelah sesaat
duduk-duduk di garasi KBJ mereka memilih istirahat mengembalikan tenaga untuk
panggung esok. Mereka datang berlima; tiga personil band, road man dan fotografer. Zorv, begitu arek Surabaya ini menamai
bandnya.
Karena Zorv akhirnya saya dan
beberapa teman di KBJ mendapatkan ID Card Rock in Celebes sebagai crew Zorv dan
itu berarti saya dan teman-teman hari itu bisa nonton band gratis..tis..tis.
Apalagi penampil utama malam itu adalah Seringai. Waduh senangnya.
Membayangkannya saja saya sudah senyum-senyum sendiri. Senyum
kemenangan….hahahaha…
Tak ada yang begitu berbeda
dari panggung hari itu dengan beberapa panggung serupa yang pernah saya datangi
kecuali hadirnya teman istimewa yang menemaniku menikmati hingar bingar gig
yang sungguh “rebut” hari itu. Haha…saya bersama maha, jagoan kecil pertamaku
menikmati musik-musik ekstrim yang memang mendominasi gelaran RIC.
Saat kami tiba di indoor
Celebes Convention Centre, tempat RIC dihelat, saya dan maha serta puluhan
penonton disuguhi band cadas yang namanya saya tak ingat. Karena sound yang
begitu besar dan tentu menghasilkan suara yang maha dahsyat dari band cadas,
maka saya memilih mengajak maha ke sisi yang agak jauh dari stage. Takutnya
suara keras akan mengganggu pendengaran maha sekalian melihat respon maha. Tak
ada keluhan dan diawal sepertinya ia lumayan menikmati. Setelah band pertama
selesai, saya memilih mengajaknya keluar melihat pameran clothing yang juga
dihelat di sisi lain gedung itu. Tapi kami
berdua tak jadi melihat-lihat
koleksi kaos yang dijajakan karena ternyata ada diskusi yang menghadirkan salah
satu jurnalis Majalah Rolling Stones Indonesia sebagai pembicara. Lupa saya
tema diskusinya, yang saya ingat kami berdua akhirnya lebih memilih duduk
beberapa saat menyaksikan diskusi itu sambil menunggu giliran Zorv tampil.
Karena maha tak begitu
menikmati suguhan diskusi dan berkali-kali ia mengajak untuk kembali ke venue
konser, maka segera kami berdua meninggalkan sesi diskusi dan kembali menyapa kegaduhan
massal buah dari produksi chord-chord cepat dan memburu. Saat tiba di depan
stage bersama maha, saya baru tau kalau yang sedang membawakan lagu terakhirnya
adalah Game Over, salah satu band yang ingin saya tonton dan sayangnya
terlewatkan hanya karena saya abai dengan run
down yang sudah dibagikan.
Tapi kekecawaan saya segera
terobati dengan penampilan Zorv yang membawakan beberapa lagu karya mereka
sendiri yang sangat kental aroma grunge nya bahkan begitu jelas untuk saya yang
hanya tau satu dua band beraliran grunge. Sambil menggendong maha, saya bersama
beberapa teman segera merangsek ke bibir panggung yang dibatasi pagar saat Zorv
mengcover salah satu lagu Nirvana kalau tak salah. Pokoknya terpuaskan lah
kerinduan berbulan-bulan dengan suasana gig yang rebut meski sore itu penonton
belum begitu banyak bahkan terlalu sedikit untuk ukuran event music rock. Tapi
tak apalah karena toh ini semua kan urusan kesenangan masing-masing…hahahaha…
Setelah Zorv tampil dan
beberapa adegan-adegan lucu di belakang panggung, kami memilih bersantap malam
bersama Zorv sambil menunggu Seringai beraksi malam itu. Tempat makan yang kami
pilih tak jauh dari RIC. Salah satu tempat makan yang harga makananannya
lumayan mahal untuk ukuran kami yang masih sering dimanjakan dengan suguhan
menu super duper murah pondokan Unhas. Tapi tak lama kami duduk dan pura-pura
mencari-cari menu yang tepat di daftar menu yang disediakan, tiba-tiba maha
berbisik menanyakan apa tempat makan ini punya sajian soto ayam. Setelah
memperhatikan daftar menu, soto ayam ternyata tersedia. Kalau bukan karena maha
sudah terlihat lapar, saya sebenarnya lebih memilih menunda makan karena harga
seporsi soto ayam di tempat itu bisa untuk membeli empat porsi Soto Pak Man
Jogja. Dan kekesalanku bertambah karena soto, yang akhirnya harus kuhabisi
karena maha yang sudah kenyang sebelum semangkuk ludes, itu sepertinya dibubuhi
air laut karena rasanya yang sangat asin. Cuk :(
Setelah selesai bersantap
malam dan bersenda gurau sepuasnya, kami kembali ke venue konser. Maha belum
terlihat letih saat kami tiba di stand Kampung Buku yang menjadi satu-satunya
bukan stand clothingan. Saya dan maha serta beberapa teman memilih berlama-lama
di stand Kampung Buku sambil menunggu giliran Seringai. Maha masih terlihat
menikmati hilir mudik para pengunjung pameran dan berkali-kali memintaku untuk
kembali ke venue konser. Setelah lumayan lama menyaksikan tontonan para bejubel
yang saling menyapa dengan password khas
“beli, beli dan beli” yang memenuhi seantero venue pameran, saya segera
mengajak maha ke venue konser.
Para serigala militia sudah
bejibun didepan stage saat saya dan maha dan yang lainnya merangsek ke arena
konser. Tak seperti biasanya, saya dan lainnya memilih sisi yang agak belakang
dari kerumunan apalagi saat Arian 13 menyapa dan memulai gemuruh malam itu dengan
Berhenti di 15. Segera kami semakin mundur. Maha yang mulai terlihat letih
akhirnya kugendong. Sambil menggendong maha, saya berusaha tetap menikmati
menu-menu lama Seringai yang selalu disambut koor berjamaah dan
keributan-keributan depan panggung. Maha terus mencoba menahan kantuk dan ikut
menikmati malam itu dalm gendonganku tapi Serigala Militia belum lagi menyapa
dan ia sudah terlelap. Sangat nyaman dan sama sekali tak terusik dengan
kegaduhan massal malam itu. Kami akhirnya memilih meninggalkan kesenangan malam
itu bahkan saat ia belum diakhiri karena malam sudah begitu tua dan maha harus
segera bertemu kasurnya. Dan saya sangat bersyukur karena bisa berjumpa malam
istimewa itu dan ditemani maha, maha oke. Dari jauh masih terdengar sayup-sayup
koor massal…individu..individu merdeka :0
……………………..
Dua tahun lalu, saat menulis surat
untuk project buku maha tanpa huruf kapital, Aswin membayangkan kalau maha
kelak sudah besar dan hendak mendatangi konser musik dan tak ada yang menemani,
maka maha boleh mengajak Om Sawing bersamanya. Kira-kira seperti itu ajakan Om Sawing yang berada di paragraf akhir surat
yang dimuat di buku hadiah ulang tahun maha yang ke-3. Ternyata Om Sawing tak
perlu menunggu maha besar untuk menemaninya menikmati gig besar bertabur
tetabuhan megah dan petikan menyayat dan yang terpenting saya bersama maha saat
itu. Oh iya, meski ini konser rock pertama yang saya datangi bersama maha, tapi
sebelumnya saya sudah beberapa kali menonton konser-konser kecil di kota yang
semakin kesini semakin sumpek tapi tetap menyenangkan. Dan kami berdua selalu
punya cerita setelahnya dan karenanya kami berbahagia dan saya selalu tersenyum
bahagia saat maha harus berakhir di gendonganku karena letih yang tak
tertahankan.
Bapakmahasuar
Kedai Buku Jenny, 7 Januari
2014
Terima kasih Oom Ded untuk
semangat yang kau tularkan hari-hari ini !
Komentar
Posting Komentar