..mencari sekolah...

Setelah melewati beberapa fase belajar di rumah yang mana tidak hanya membuatnya mengupgrade kemampuan intelektualnya, tapi juga mentalnya. Tiba- tiba kira-kira seminggu lalu,maha memutuskan untuk mencari sekolah. Dia yang selama ini menganggap sekolah hanya akan ia dapati di bone bersama mama dan dede aira akhirnya menyepakati untuk memulai sekolah di makassar. Setelah sepanjang pagi dan siang itu saya dan dia melewati diskusi yang cukup panjang tentang sekolah.
Pagi itu, Setelah menonton rentetan film kartun pagi di global tivi sekaligus menemaninya sarapan yang biasanya berakhir di jam 9.30.. maha memulai aktivitas belajarnya. Jika perhitunganku tepat, kurang lebih semua rutinitasku di jam itu sudah selesai. Mencuci, memasak, dan segala tetek bengek tentang suar. Artinya,aku siap menemaninya belajar. Temanya bisa apa saja. Dan aku beberapa kali menentukan apa yang harus ia lakukan. Jika tidak, aku yakin 100% dia akan memilih aktivitas menggambar dan mewarnai. Bukannya tidak suka,tapi aktivitas itu telah kerap ia lakoni sepanjang hari dan malam. Tema gambarnyapun tidak jauh dari gmbar orang, superhero dan spongebob.
Termasuk sulit mengenalkan maha pada angka. Ia lebih cepat menguasai huruf. Ia akan suka hal berbau math jika aku menggunakan metode bercerita. Seperti kebanyakan anak-anak maha juga tipe moodian. Makanya, jam efektif belajarnya hanya 30-45menit. Setelah itu, akan sulit membuatnya fokus terhadap sesuatu. Pagi itu, kami memilih membaca. Kucoba mengajarkan metode mengeja. Tapi sejak awal, dia tidak tertarik. Adegan drama mulai muncul, jika ia tidak menyukai sesuatu. Tiba-tiba maha bertanya tentang sekolah " kalo saya sekolah, saya bisa membaca?, kalo saya sekolah, tidak ada yang kenalka?, kalo sekolah tidak ributji??klo sekolah bisaji pake jeans??" Rentetan pertanyaan ini kujawab dengan panjang lebar. Dan berakhir dengan satu keputusan " maha akan sekolah"
Agenda mencari sekolah kami lakukan keesokan harinya. Jumat pagi, satu paket bersama suar kami menyusuri jalan. Maha dengan stylenya begitu bersemangat memulai hari. Kami mendatangi sekolah yang sejak dulu kami inginkan untuk maha. Sekolah Rakyat Cakrawala. Kami mengenal sekolah ini saat berada dalam 1 event Beranda Budaya dan kami mengundangx dalam KBJamming yang bertemakan "lagu anak" Ramadhan lalu. Konsepnya membuat kami tertarik.
Sampai di tempat tujuan, kami menjumpai ruko luas dua tingkat. Tampakan luarnya, membuat maha melemas. Hanya ada dua jenis permainan di luar dan itu membuatnya tidak bersemangat. Pahamannya tentang sekolah minimal seperti di bone mungkin luluh berantakan. Tidak ada halaman berumput. Ia masuk tapi cukup senang saat melihat koleksi buku yang banyak. Setelah berdiskusi dengan gurunya, kami pulang. Satu-satunya alasan maha tidak mau sekolah di sana,karena hanya ada dua permainan di lapangan. 
Sekolah Rakyat Cakrawala

Hari ini..misi mencari sekolah dilanjutkan. Kami menuju BTP. Setelah keliling dan bertanya kami sampai di sebuah sekolah, seingatku bernama  TK Aisyah. Tampakan luarnya cukup menarik walau di tata di sebuah rumah besar di sudut blok B. Maha cukup tertarik dengan apa yang tetsedia di sana. apalagi setelah berjalanjalan ke ruang kelasnya. Kami pulang dengan cukup puas. maha sepertinya sudah menentukan pilihan.
TK Aisyiah BTP
Sebenarnya upaya pencarian telah dihentikan, tapi karena tujuan jalan pagi diperpanjang dengan sesi sarapan, kami menyempatkan singgah di Sekolah Islam Terpadu di Perdos. Wahhh..t4x keren. Apalagi pas masuk dan berbincang dengan si empunya yayasan.  beberapa menit berbicara, kami pulang. Maha tidak terlalu tertarik. pilihannya tetap di BTP. 
Sekolah Islam Terpadu di Perdos

Seenarnya, aku bukan tipe ibu yang melihat pendidikan dari bagus buruknya bangunan sekolah, walau itu menjadi salah satu faktor pendukung dalam penilaianku. Aku memang langsung tertarik pada sekolah terakhir, tapi sebagai orang yang pernah bekerja di bawah naungan sekolah swasta, sejenis sekolah ini. Aku berani menyimpulkan bahwa mahal bukanlah jaminan kualitas. Mungkin aku mengatakan ini  karena aku berada dalam kondisi keuangan yang biasa-biasa saja. Mungkin,aku akan mengatakan berbeda jika aku "wah" secara materi. Toh untuk anak..harga bukanlah persoalan. 
Sekolah pertama memberi harga yang menurutku terlampau murah namun mungkin pas karena sekolah itu dibangun bukan atas dasar profit. Mereka konsern mendidik anak sekitar yang pada umumnya melihat pendidikan bukan sebagai kebutuhan mereka. Dikasi gratis mereka belum tentu mau. Sekolah Cakrawala punya misi besar dalam membangun karakter anak-anak sekitar situ.
Sekolah kedua dan ketiga memberiku harga yang fantastis. Mahal lah..poko' x. Jika boleh memilih aku memilih sekolah cakrawala, menurutku hidup maha akan lebih berwarna dengan teman- teman yang "lain". aku hanya harus kerja keras, untuk memilah-milah yang ia dapatkan di sekolah degan lingkungan yang berbeda dari biasanya. Tapi, anak zaman sekarang..punya pilihan sendiri. Maha kekeh tidak ingin di sekolah cakrawala. Aku toh tidak bisa memaksa. Dia ingin di sekolah kedua di BTP. Tapi setelah kuberitahu sekolah nya mahal dia bilang cari lagi nanti yang murah. Hehehe. yah..maha boleh memilih, tapi pilihannya harus tetap memperhatikan faktor internal dan eksternal dirinya. Sejak dini ia harus paham bahwa segala yang ia sukai belum tentu bisa didaptkannya.
Aku percaya..intan ditempatkan di comberanpun tetaplah intan. Sekolah yang utama adalah di sini..di rumahnya bersama bapak dan ibu, dan adiknya. Di luar sana, sekolah untuk menambah ilmu, mencari teman, dan memperluas hidup.
Ayo sekolah!!

ibumahasuar
23oct2013
hidungmeler

Komentar

Postingan Populer