..hujan datang tak tepat waktu..

Maha tumbuh besar, dan aku bangga melewati hampir tiap detik pertumbuhannya. Walau badannya tidak terlalu besar, tapi menurutku ukurannya normal untuk seusianya. Ia tumbuh cerewet, banyak bicara, banyak bertingkah, banyak menghayal, banyak bertanya, mulai banyak menolak, dan tentunya dengan banyak tangisan dan rengekan, seperti anak-anak pada umumnya. Ia senang bahkan sangat senang menggambar dan mewarnai. Jika aku membuatkannya buku dari kertas bekas, tidak cukup tiga atau dua hari buku itu akan dipenuhi gambar. Dan hamper semuanya adalah gambar orang yang ia beri nama sendiri. Namanya aneh..”blut, layol, keyl..” dan beberapa nama lagi yang kulupa, yang ia tulis sendiri.  Itu salah satu kegemarannya yang tak digemari kedua orang tuanya. Hehehe…apalagi ahli. maha akan dongkol sendiri jika meminta kami, ibu bapaknya menggambar sesuatu untuknya, dan kami tidak bisa maksimal melakukannya.
Ada satu hal lagi yang berbeda dari kami. maha besar dengan menentukan gaya berpakaian dan rambutnya sendiri. Sejak umur 3 tahun, maha tidak suka diatur perihal bajunya. Ia punya kiblat sendiri yang tidak kutahu siapa. Gaya berpakaian andalannya, celana jeans (harus jeans dan panjang), kaos oblong dipadu dengan kemeja. Ia amat bangga dengan dirinya jika berpakaian seperti itu. Terlihat gagah barangkali menurutnya. Beberapa kali aku sering kewalahan karena melarangnya memakai stelan seperti itu, apalagi jika hanya harus mendekap di rumah. Sayang saja. Beberapa kali, kami bersitegang mempersoalkan pakaian. Ia selalu serius saat berpakaian, jika kemana-mana ia tidak mau memakai celana pendek. Di rumah saja,ia kekeh ingin menggunakan celana jeans panjang. Dan tentunya membuatku murka. Bajunya segitu banyaknya, dan ia hanya memakai 3, 4 baju yang sama.
Setelah memakai pakaian seperti itu, ia lengka[pi dengan jam tangan, topi dan sepatu. Mau ke minimarket harus pake sepatu. Aduuuuh….rempong!!! tidak kami banget _bapak dan ibunya_ yang selalu tampil apa adanya saja. Wets…. Perkara rambut, maha memilih rambut cepak dengan jambul di depannya. Jika rambutnya sudah agak panjang, ia meminta untuk ke tukang cukur. Kemarin, saat mencukur rambutnya ia bertanya “ bu, boleh rambutku di kasi warna biru?” aku tertawa saja. Untung dia tidak  memintanya lagi.


Cerintanya …kemarin, di akhir pecan pertama di Makassar setelah sebulan di Bone. Tiba-tiba..ya sangat tiba-tiba sore disuguhi hujan. Hujan yang diharap semua orang di kota ini, karena panas betul-betul di atas wajar. Hujan yang datang memang pelit tapi cukup lama dan bisa menimbulkan bau tanah, bau yang selalu kucintai sejak lama. Dan tidak  seperti kebanyakan orang di kota ini, maha menolak hujan sore ini. Bahkan tegas ia katakan dengan linangan air mata. Hamper beberapa lama ia menanyakan kenapa hujan? kenapa hujan? ia marah, dongkol, kedatangan tamu yang tidak diharapkannya datang sore itu. Perkaranya satu hal, hujan membuat rencana akhir pecan kami berantakan. Rencana berjalan-jalan sore hari bersama kami semua. Menonton orang main basket di lapangan PKM UNHAS dan berakhir di sebuah café ice cream yang baru beberapa bulan ini kukenal. Rencananya seperti itu, tapi hujan datang. Betul-betul tak tepat waktu.
Sejak hujan mulai turun, berkali-kali maha menegoknya dan tentunya ia berharap hujan kecil ini berakhir. Ia menangis dan kuyakinkan kalau begitu hujan berhenti, kami akan langsung menghatamkan planning. Aku yakin, sore itu dialah yang paling keras berdoa agar hujan berhenti. Dan doanya terkabul, sebelum pukul 5 hujan pergi. Mungkin ia sadar, sore ini ia tidak begitu disambut. Maha berlari dan berteriak kencang. Sangat tidak sopan, hujan belum lagi terlalu jauh, dan maha sudah girang karena ia telah pergi. Dan ternyata, maha harus menunggu lagi. Ban motor kempes, bahkan maha menunggu lebih lama karena bannya harus diganti. Bukan hanya kempes, ternyata. Sore mulai beranjak pergi, masalah datang lagi. Tak mungkin membawa suar dingin-dingin dengan motor pula dan magrib sebentar lagi datang. Karena maha tetap excited saat bapak bebi datang, tidak mungkin membuatnya kecewa dengan menunda rencana. Seperti biasa, situasi seperti ini membuatku harus mengambil inisiatif secepatnya, penantiannya harus berujung bahagia. Agar ia tahu, sesuatu yang berharga memanglayak untuk ditunggu. Walau akhirnya kami pergi berdua saja. Bapak bebi menjaga ade suar yang saat itu sedang terlelap. Dan tentunya, maha sigap memakai jeans, baju kaos. Ia sempat bertanya
“ibu tidak usah pake kemeja?” itu caranya meminta izin. Kusarankan ia memakai rompi kaos yangsenada dengan wrna kaosnya. Ia setuju. Ia mengambil topi dan sandal. Melirik sepatunya, aku sempat berdesah. Dan ia tahu, itu pertanda aku tidak setuju. Ahahahaha….
Rencana B dijalankan, aku berdua maha hanya menuju café ice cream yang kubilang tadi. Namanya Topi Jerami. Kedai Ice Cream yang ada di pondokan dan katanya dibuat oleh anak-anak POLTEK UNHAS. Tempatnya keren dan nyaman. Berada dilantai dua di jejeran wilayah pondokan berseberangan dengan jejeran penjual makanan dan minuman yang tak pernah tidur. Kami sampai di sana dan suasana masih sepi hanya ada dua pelanggan.  Sore begitu bersahabat, sisa-sisa hujan masih kelihatan. Dingin pun menyapa walau tidak cukup menggigit kulit.
Maha memesan satu cup ice cream rasa coklat. Kami menyantapnya berdua. Ia sangat senang, menghabiskan ice creamnya dan terus berceloteh betapa ruginya bapak bebi dan ade suar yang tidak ikut dengan kami. yayayyaa…, aku mengiyakan. Jarangmenjumpai sore yang begitu cantik beberapa bulan terakhir di kota ini. Azan magrib sudah berkumandang saat kami pulang, 1 porsi canai italia, serupa pizza., kubawakan untuk komrad. Sepanjang pulang maha berceloteh, ia senang karena bisa makan ice cream, walau bapak bebi dan adek suar tidak ikut. Tapi, dia juga yang bergegas pulang, takut ade suar terbangun dan menangis katanya.
Sesampai di rumah, maha kuanjurkan mengganti pakaiannya. Seperti biasa ia tidak akan menggantinya. Kali ini, ia punya alasan “ karena mau pergi sama Om Sawing beli lemari untuk ade Suar”. Begitu dalihnya. Tapi, sebenarnya bukan itu hal utamanya. Ia tahu Om Sawing bisa saja datang terlambat.  Ia memang hanya mau mengenakan  jeans setiap saat. Aku bahkan berpikir bahwa satu-satunya hal yang membuat maha selalu ingin keluar rumah karena ia ingin mengenakan jeansnya. Hahahahaaha…
Yah..hujan boleh datang..walau tak tepat waktu. Tapi maha tetap exist dan bergaya tentunya.

Note : kutulis agar kelak mungkin saat maha mahasiswa dan hanya ingin berpakaian hitam saja dengan celena jeans belel, robek dan kotor, dia akan menertwai dirinya yang pernah begitu amat sangat peduli dengan gaya berpakaiannya.  

Semoga dipanjangkan umur kami dengan berkah dan kesehatan di dalamnya, melihat kalian tumbuh besar dan mengenakan sebaik-baik pakaian yaitu kejujuran. Love you nak!

October 7th, 2013
#soremenunggubapakbebipulang

Komentar

Postingan Populer