...menyambut dunia baru...
Tidak salah
memang jika banyak orang berpendapat bahwa kehadiran cucu dalam sebuah keluarga
menjawab kerinduan orang tua akan keberadaan anak-anaknya yang telah tumbuh
dewasa, pergi bahkan sebagian hilang bersama waktu. Bukan hanya mama dan bapak
yang merasakan hal itu, mungkin untuk semua orang tua yang pernah menimang
anak, akan merindukan masa-masa itu. Jangankan mereka yang sudah puluhan tahun
tidak merasakannya, maha saja yang baru tiga tahun kemarin lahir, menyusu,
marangkak dan tiba-tiba berlari, bermain dan tidak mau pulang ke rumah,
membuatku merindukan masa-masa itu. Sangat merindukan malam-malam lelah tapi
tak pernah kami gerutui….
Memprogramkan ade’nya
maha adalah hal yang sudah kami bicarakan sejak lama. Kami berencana punya 3
anak. Dan tidak ingin jaraknya terlalu jauh, 1 atau 2 tahun. Tapi, perkara
melahirkan yang menyisakan trauma besar untukku membuatku menunda kehamilan
hingga maha merayakan ulang tahun ke tiganya Januari lalu. Dan aku bersyukur,
komrad selalu menghargai pilihanku, tidak pernah sekalipun memaksakan untuk punya
anak lagi, walau sesekali ia merayu. Hahahaha…..
Sejak melepas
alat KBku, kami memang telah membulatkan tekad dan niat untuk punya anak lagi. Membulatkan
berarti, siap lahir dan batin. Menyiapkan segala sesuatunya. Berkali-kali
setiap pertengahan bulan,kami dirundung kecewa karena usaha kami gagal. Namun bulan
lalu, saat sibuk-sibuknya menggelar hajatan Puang Immal, aku memang mulai
merasa ada yang aneh dalam diriku. Porsi makan yang bertambah dan rasa lelah
yang cepat sekali muncul. Belum dua minggu lalu, kuputuskan melakukan tes. Dan alhamdulillah…kali
ini berhasil. Orang pertama yang kuberi tahu adalah maha
“maha..nak..maha
mau punya ade..” kataku sambil memeluknya. Ia bertanya polos
“siapa yang kasi
Bu?”
“Allah, Tuhan…”kataku
ringkas.
“ mana pade?”
“ di sini di
perut ibu “ ia tersenyum, lalu kembali bermain. Pikirku ini bukan hal yang
istimewa untuknya. Tapi salah, ia lalu menghabarkan berita itu dengan gembira
pada teman-temannnya, tetangga, dan gurunya di sekolah. Ia bersuka cita, dan
selalu berharap kalau ade’nya kelak laki-laki sepertinya
“ supaya bisa
main sama maha….karena ade aira peyempuanji” begitu alasannya saat aku bertanya
kenapa harus laki-laki.
Perkara punya
ade’ adalah hal yang menurutku biasa bagi maha. Tumbuh besar dengan aira,
dengan sendirinya membuatnya paham, kalau ia harus berbagi, tidak boleh menang
sendiri apalagi terhadap ade’nya. Dia belajar cukup banyak hingga hari ini,
menurutku. Walau mungkin, rasanya tetap akan berbeda kelak, saat ade’nya lahir.
Untuk itu, antisipasi sering kulakukan sejak sekarang, mengajaknya menyapa ade’nya
di dalam perut, menyayangi ade’nya dengan tidak digendong lagi, tidak main
kuda-kudaan di atas perutku lagi dan segala hal yang ia mengerti akan
berpengaruh buruk untuk adiknya. Dan ia cukup berkomitmen untuk menjaga ade'nya.
Lain maha, lain
pula denganku. Kehamilan kali ini membuatku kelimpungan. Apalagi tanpa komrad,
di trimester awal ini. Sepanjang pagi dan malam, staminaku berkurang, rasa
tidak nyaman di perut dan tenggorokanku, mual berlebihan, dan nafsu makanku
yang tiba-tiba menurun sejak setelah tes kemarin. Prediksiku usia kehamilanku
baru berjalan 2 bulan. Dan rasa yang tidak enak ini mengharuskanku menunda
banyak agenda.
Aku selalu
berusaha mengingat bagaimana saat hamil pertama, aku tidak bisa betul-betul
detil mengingatnya apalagi merasakan hal yang pernah kurasakan. Aku yakin
proses kehamilan kali ini, berbeda dari kemarin. Tapi apapun itu, aku berharap
kami berdua sehat-sehat hingga proses persalinan nanti. Menyambutnya sama
seperti saat maha lahir, takjub dan berbahagia. Menyambut dunia baru, kehidupan
baru dalam kami.
"Tenanglah dan
tumbuhlah di dalam sana nak….kami menunggumu. Ibu, bapak, dan kaka’ maha."
Ibunhytha
01 Oktober 2012
#melawanmual
waaah selamat mbak, udah isi lagi... semoga dedeknya Maha sehat terus ya :)
BalasHapus