Kenapa Masa Muda itu Seperti Masa yg Paling Gemilang?
Kita tumbuh dengan ketakutan ketakutan yang tidak kita jangkau.
Saat bertemu teman lama, mereka juga menyatakan keresahan serupa. Saya selalu menimpali dengan menertawakan kenyataan "tua maki weeh"
Namun saya menyadari, semakin ke sini ketakutan ketakutan itu sering secara sengaja atau tidak sengaja saya tularkan ke anak anak.
Saya takut saat mereka mulai belajar bepergian sendiri, saya takut saat mereka naik motor, saya takut saat mereka pulang tidak di jam seharusnya, saya takut banyak hal.
Ketakutan itu sering ditanggapi maha apalagi Suar dengan ketidaksepakatan. Mereka juga acap kali marah. Dan sialnya saya baru tersadar, jika telah melalui fase perdebatan sengit.
Padahal saya ingat betul di tahun 2018 saat saya tahu bahwa sebuah jiwa sedang tumbuh di rahim saya, saya berjanji tidak akan menjadi orang tua yang menyebalkan.
Sering hal ini saya diskusikan ke maha suar. Mereka mengakui saya sering bersikap menjengkelkan. Dan sikap itu kadang tidak bisa langsung mereka terima. Karenanya, saya rajin meminta validasi atas keputusan keputusan yang saya ambil untuk mereka. Saya tidak sungkan berdiskusi apalagi meminta maaf saat salah. Keputusan yang salah kami perbaiki bersama.
Ternyata, yang saya anggap menyebalkan dahulu adalah ketakutan ketakutan bapak dan mama yang susah mereka bahasakan. Dahulu orang tua tidak punya pendekatan itu. Mereka belajar dengan apa yang mereka lihat turun temurun.
Beruntung, kita belajar dan bisa berubah. Kami membicarakan hal hal serius dengan nada minor dan kami lakukan di banyak kesempatan. Apalagi setelah marah berapi api.
Saya berusaha merendahkan suara, merendahkan ego, demi agar tidak menyesali hal hal yang harusnya bisa saya hindari.
Anak anak semakin besar, pelan pelan mereka akan melepaskan genggaman kami, dan itu adalah kenyataan yang membanggakan sekaligus menakutkan. Karenanya, setiap ada kesempatan, sebaiknya bersama.
Saya rajin mengajak mereka jalan bersama, sesekali saya paksakan. Kami membuat acara makan di luar, walau tidak di tempat mahal, yang jelas bersama. Jika ada kerjaan keluar kota, kami usahakan semua anak anak ikut, dan sesekali mengorbankan hari sekolah Suar.
Momen bersama selalu kami ciptakan. Selalu. Apalagi sejak Maha dan suar tidak lagi antusias mengekori kami. Sejak mereka punya aktivitas sendiri yang jauh lebih seru dari pada ikut bapak dan ibu.
Sore kemarin, kami mengantar bapak ke bandara setelah libur yang tidak betul betul libur kurang lebih 3 pekan. Saat pilihan mengharuskan kami berpisah sejenak, momen momen kecil bersama seperti ini menjadi sangat berarti.
Ya, menjadi orang tua adalah menyintas akan kecemasan satu ke ketakutan berikutnya, dan semoga kita bisa melewatinya tanpa harus membebani anak anak.
Ibu Nhytha
Moncongloe, September 2025
Komentar
Posting Komentar