Dari Backstage FSTVLST dan Hal-Hal yang Tak Lagi Sama
Sabtu siang kemarin, kira-kira setelah waktu shalat zuhur, saya mengirim pesan singkat ke maspak Farid Stevy via WA. Memberi kabar kalau saya sudah di Jogja lagi. Beberapa minggu sebelumnya, saya berjanji akan berkunjung ke kediamannya dan akan berdiskusi soal huruhara di Pestapora kemarin. Tapi tertunda karena saya mesti ke Makassar memanfaatkan jeda sekitar dua minggu sebelum perkuliahan dimulai lagi. Ia lalu membalas dengan pertanyaan. Mau ikut JEC nanti? Dengan sok cool saya menjawab "boleh." Saya lalu menawarkan diri untuk berangkat bersama dari kediaman Farid yang berjarak cukup dekat dari Klidon tempat saya tinggal. Dan akan kesana setelah Magrib.
Jadi malam Minggu kemarin, FSTVLST jadi headliner di sebuah festival yang diadakan di JEC. Selain FSTVLST, di line up ada Starrcy, Lost Stroom, The Kick, The Cloves & Tobacco dan The Jeblogs. Diantara line up ini, saya hanya pernah mendengar karya The Kick dan tentu The Jeblogs. Karya-karya The Jeblogs mulai saya dengarkan sejak beberapa waktu lalu setelah maha dan Suar sering menyanyikan atau memutarnya baik via Youtube atau Spotify. Selain itu, saya pernah membaca sebuah artikel tentang The Jeblogs yang cukup heboh karena menyamakannya dengan The Strokes. Sementara The Kicks mulai saya dengarkan baru saja sebenarnya. Sesaat setelah saya menonton mereka manggung Agustus di Mojok Fest. Malam itu bertepatan dengan malam unjuk rasa di berbagai kota. Karena itu pula saya tidak menyelesaikan pertunjukan The Kicks dan memilih balik.
Setelah magriban, saya memesan gojek menuju kediaman Farid. Tak sampai 15 menit saya sudah tiba. Farid sedang berada didepan sebuah mesin ketik saat saya melihat kedalam dan memberi salam. Si pemilik kediaman lalu membukakan pintu. Setelah ngobrol sebentar tentang banyak rencana kedepan, Farid lalu izin bersiap-siap. Sambil nunggu, saya bercerita dengan mas Amet. Ia sepertinya adalah personal assistant nya Farid. Saya berjumpa pertama kali saat panggung Jenny Juli lalu di JNM. Saat itu saya melihatnya mempersiapkan semua kebutuhan Farid untuk manggung. Pokoknya semua. Kami lalu bercerita. Ternyata ia sudah ada di circle ini sejak zaman Jenny. Kami lalu mempertemukan beberapa cerita dan berkesimpulan bahwa bisa jadi kami pernah bersua sebelumnya karena banyak peristiwa dimana saya hadir dan dia juga ternyata ada disana.
Sekitar setengah delapan malam, saya, Farid dan Tun menuju JEC setelah pesanan Goride datang. Saya duduk didepan, Farid dan Tun di kursi belakang. Kami lalu menyusuri jalan yang sama sekali tak saya kenali. Jalanan Jogja cukup lengang malam itu untuk ukuran malam Minggu. Macet baru agak terasa meski tak lama di area setelah flyover Janti. Sesaat sebelum tiba di JEC, saya bertanya ke Farid. Band-band apa saja yang se-era dengan FSTVLST yang masih bertahan. Pertanyaan ini sebenarnya muncul sehari sebelumnya saat melihat poster festival yang akan kami datangi. Disana setauku tak ada band yang se-era dengan FSTVLST dan bahkan jaraknya cukup jauh. Farid coba mengingat-ingat dan jawabannya sama dengan apa yang saya kira. Hampir tak ada. Ia menyebut satu nama band tapi itu pun tak rutin. Saya menanyakan secara spesifik kemana band-band yang dulu bahkan memiliki fanbase yang sangat besar dan bahkan Jenny atau FSTVLST sering jadi opener band-band tersebut. Farid menjelaskan beberapa sebab yang membuat band-band ini tak bertahan. Mulai masalah manajerial hingga masalah pilihan hidup yang membuat personil band tersebut tidak lagi ngeband.
Sekitar jam 8 lewat kami tiba di area parkiran belakang JEC. Kami bertemu mas Mufid, bassis FSTVLST, bersama istri dan anaknya sebelum lanjut ke area backstage. Setelah melalui security, saya berjumpa dan bersalaman dengan mas Danish drummer FSTVLST. Selamat menjadi warga Jogja, sapanya. Tak lama mas Mufid datang dan mengjak saya ke tenda untuk FSTVLST. Tak lama kemudian Mas Anto, tim social media FSTVLST, masuk. Saya lalu mencicipi pizza yang disediakan dan dilanjutkan makan nasi kotak yang sudah dingin. Lumayanlah buat makan malam. Hehehe.Sambil nunggu giliran FSTVLST, saya menonton beberapa band. Saya hanya dapat dua band. The Cloves and Tobacco serta The Jeblogs. Band-band lainnya ternyata sudah main sebelum kami tiba. Yang paling saya syukuri karena masih dapat mendengar beberapa karya The Jeblogs yang saya cukup hafal beberapa part liriknya. Yang saya senangi dari kedua penampilan band ini, karena crowdnya asik. Semua penonton memperlakukan band-band ini sama. Mereka hafal lagu-lagu setiap band dan menikmatinya dengan keriuhan yang sama bahkan Ketika FSTVLST manggung. Jadi sama sekali tak ada kesan bahwa penonton hanya menunggu si headliner. Meski saya hanya menonton dari samping panggung tapi saya menikmatinya.
Pukul 10 malam lewat, FSTVLST menuju panggung. Awalnya saya berpikir bakal menonton mereka benar-benar dari belakang panggung saja. Tapi tak lama dari atas panggung Farid mengajak saya naik sebelum ia menuju panggung dan memulai pertunjukan. Saya naik dong. Dan selama pertunjukan urang ebih satu jam saya berada di sebelah kiri panggung menyaksikan FSTVLST membawakan setlist dari ALbum Hits Kitsch dan Album II serta satu nomor dari Manifesto Jenny plus Konservatif nya The Adams. oh iya, di perjalanan menuju venue saya juga bertanya ke Farid bagaimana ceritanya sampai akhirnya The Adams dan FSTVLST bisa koleb di beberapa panggung. Jadi menurut Farid, awalnya The Adams ditawarkan untuk koleb dengan sebuah band asal Jakarta untuk sebuah panggung di Jogja. The Adams lalu memberi tawaran ke penyelenggara. Kalau mainnya di Jogja sekalian aja bareng band Jogja dan pilihan jatuh ke FSTVLST. Maka jadilah kolaborasi yang katanya menyisakan satu kota lagi setelah terakhir di Semarang.Pukul 11, FSTVLST turun dari panggung menuju tenda tenant. Beberapa personil melayani penonton yang hendak meminta berfoto atau membubuhkan tanda tangan di memorabilia yang mereka bawa. Menuju pukul 12, beberapa kru dan personil FSTVLST pamit pulang. Farid dan Tun juga pamit karena mereka langsung ke Gunung Kidul. Dan untuk urusan kepulangan saya ke rumah dipercayakan ke mas Amet untuk ngurusi. Hehe. Menjelang setengah satu dini hari mas Amet mengajak saya keluar JEC dibonceng mas Danish dengan motor tuanya. Didepan JEC, kami menunggu mobil Goride yang dipesan mas Amet untuk saya. Sambil nunggu, mas Danish cerita beberapa hal termasuk panggung Jenny Desember depan yang juga diumumkan Farid di panggung. Selian itu, beberapa hal kecil saat Pestapora kemarin. Tak lama mobil datang dan membawa saya ke rumah.
Satu hal yang paling terasa selama satu jam pertunjikan FSTVLST kemarin, saya ternyata tak kuat lagi berdiri berlama-lama. Akhirnya di penghujung pertunjukan saya memilih duduk di trap yang tersedia. Usia memang tak berdusta. Hahaha.
bapakmahasuarrekah
Klidon, 30 September 2025
Pagi yang bersemangat
Komentar
Posting Komentar