Sunset Trip, Si Pendengar dan FSTVLST

Sumber : Twitter FSTVLST

Pengalaman ini harusnya saya tuliskan beberapa hari lalu. Namun karena beberapa agenda yang mesti dituntaskan serta rasa malas yang seringkali lebih meraja hingga tak kunjung tertuliskan. Tapi saya harus tetap menceritakannya. 

Jadi cerita ini terjadi di suatu sore dua minggu kemarin. Saya tak ingat persis harinya.

Sore itu, setelah menyelesaikan beberapa agenda di kampus, saya memutuskan untuk pulang ke rumah mesti hujan rintik mulai turun. Beberapa minggu terakhir memang Makassar sering didera hujan di sore hari. 

Seperti biasa untuk menemani perjalanan pulang, khususnya ketika mengendarai motor, saya akan memasang headset ditelinga yang tersambung ke gawai yang saya taruh di kantong celana. Dari gawai biasanya saya akan mengaktifkan aplikasi radio atau spotify untuk mendengarkan lagu-lagu secara acak. Sore itu saya memilih untuk mendengarkan lagu dari aplikasi radio.

Di sore hari saat balik dari kampus, biasanya saya hanya mendengar dua program siaran dari dua stasiun radio yang berbeda tentunya. Sunset Trip punya Prambors atau Sorelam yang digawangi Indra Imel  dan Ruly Nawir dari iradio Makassar. Tapi sore itu saya memilih mendengarkan program Sunset Trip. 

Nah cerita ini bermula dari ketidakbiasaan. 

Biasanya program Sunset Trip ini dipandu oleh tiga penyiar lucu Ilham, Julio dan Hanny. Karena sering mendengarkan mereka siaran sore-sore sampai-sampai saya menghafal suara mereka. Tapi sore itu bukan suara mereka yang saya dengar. Awalnya saya langsung ingin pindah frekuensi siaran iradio tapi karena jalanan depan Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang begitu macet, sehingga saya pikir pasti pasti bakal ribet. Makanya saya memutuskan tetap mendengarkan tiga penyiar yang suaranya masih asing di telinga saya. 

Saat itu mereka lagi membahas dan beriteraksi dengan para pendengar Prambors soal tema-tema yang seringkali dibahas hanya di akhir tahun. Kali ini soal lagu apa yang paling kamu banget di tahun yang akan segera berganti ini. 

Ketiga penyiar yang beberapa saat saya dengar mulai asik ini lalu membacakan beberapa jawaban dari media sosial Prambors lalu mereka memilih satu jawaban dan menghubungi langsung pemilik jawaban yang terpilih itu. 

Saya lupa nama pendengar yang ditelpon itu mesti sebenarnya saat itu saya berusaha mengingat betul namanya karena sejak awal cerita ini diniatkan untuk jadi postingan blog. Saya juga lupa apa yang ditulis si pendengar yang membuat para penyiar menjatuhkan pilihan ke dia untuk ditelpon langsung. Lain cerita nih jika cerita ini langsung saya tulis sesaat setelah terjadi.

Si pendengar ini berdomisili di Jakarta. Dan saat ia ditanya soal lagu yang kamu banget di tahun 2021 ini, ia lalu menjawab “sebuah lagu dari band asal jogja.” Sejak setelah menyelesaikan studi selama dua tahun di Jogja, saya selalu terpancing untuk memperhatikan apa saja yang punya hubungan dengan kota yang selalu ngangenin itu. Apalagi si pendengar menyebut band. Saya tentu penasaran, kira-kira lagu apa dan dari band mana yang akan ia sebutkan. Di kepala saya terlintas beberapa nama band asal Joga yang lazim didengarkan anak muda di Indonesia. Kalau bukan Sheila on 7, paling Shaggydog, Endank Soekamti, atau band-band tua seangkatan Jikustik, pikir saya.

Tapi semua salah. “Judul lagunya Gas dari band Jogja Festivalist/FSTVLST,” jawab si pendengar tegas. Saya sungguh tak siap dengan jawaban itu. Saya lalu tersenyum dan entah kenapa jadi terharu. 

Jawaban dari pendengar sungguh tak saya sangka. 

Saat ditanya alasan tentang lagu pilihannya, si pendengar menyebutkan jika ia sangat terinspirasi dengan potongan lirik “berjalan tak seperti rencana adalah sudah biasa. Dan jalan satu-satunya, jalani sebaik kau bisa.”

Meski saya yakin ketiga penyiar itu bisa jadi tak mengenal FSTVLST, tapi dari respon ketiganya saat si pendengar melafalkan potongan lirik itu, saya juga yakin jika mereka paling tidak terpukau dengan pilihan kata itu. Mungkin tak langsung terinspirasi seperti si pendengar tapi sangat mungkin jadi bahan refleksi akhir tahun.

Di sepanjang jalan hingga menuju rumah, saya membayangkan berapa banyak orang seperti si pendengar yang terinspirasi dengan lagu Gas! yang jadi single pertama album II FSTVLST itu. Dan jadinya semakin yakin dan percaya bahwa lagu yang diciptakan dan didengar banyak orang tidak hidup di ruang hampa yang hanya berwujud bunyi dan suara. Ia sangat mungkin bermetamorfosa menjadi apa saja. Termasuk menjadi picu bagi siapa saja untuk menyiasati problematika keseharian yang menumpuk karena apa-apa yang telah terjadi sering kali tak sesuai yang kita harapkan. Siasat yang lalu membuat kita bisa berdiri dan menemukan kemungkinan dan asa baru.

Saat mendengar potongan fragmen itu, saya sudah lepas dari kemacetan depan UMI dan segera lebih memperkencang laju motor karena berkejaran dengan hujan mulai deras dan dunia lama yang membosankan. Gas!

BapakMahaSuarRekah

Wesabbe, 13 Desember 2021


Komentar

Postingan Populer