FSTVLST dan Anthem Hak untuk Malas

Source: Kanal Youtube SAP 11

Satu minggu kemarin, benar-benar menggembirakan. Beberapa agenda yang tertunda akhirnya terlaksana dan yang paling menyenangkan karena satu tulisan panjang serta satu presentasi konferensi internasional dengan topik siasat band teman di masa pandemi akhirnya tersampaikan. Dan hari minggu kemarin ditutup dengan cuap-cuap soal isu yang tidak terlalu relate dengan yang selama ini sering saya sampaikan tapi menyenangkan karena disana berjumpa pengalaman dan orang-orang baru. Pokoknya saya menutup minggu kemarin dengan sunggingan senyum.

Dan seperti biasa, saat kewajiban dan agenda berhasil terlaksana, tubuh ini mesti direhatkan. Dan saat itu datang, saya selalu merasa punya hak untuk malas. Perasaan itu lalu saya tuliskan di status WA, sesaat sebelum membaca story Instagram @FSTVLST yang memberi kabar jika pukul 8 Waktu Indonesia Bagian Tengah, mereka akan manggung secara virtual di acara puncak Super Accounting Program 11 (SAP 11) yang diadakan oleh HMJA Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Tentu secara virtual melalui kanal Youtube.

Saya tersenyum dan bersiap-siap merayakan kemalasan dengan setlist lagu-lagu FSTVLST. Seperti biasa, saat hendak menyaksikan band ini baik secara langsung maupun virtual, saya selalu merapal doa semoga lagu-lagu lama yang sudah jarang ditampilkan khususnya di era Jenny dapat dibawakan. Seperti Maha Oke misalnya. Tapi kalau pun tidak dibawakan, yah tidak apa-apa. Saya akan menyimpan doa itu untuk panggung berikutnya lagi.

Jam di hp saya sudah menunjukkan pukul 8 malam WITA. Dari kamar saya mendengar celotehan Puang Ana yang sedang menemani maha yang selalu kesulitan dengan tugas Matematika. Suar yang masih ngambek dan ngedumel karena agenda makan burger mesti tertunda karena beberapa kali pesanan shopee food Ibu Nita dicancel abang ojol. Mungkin karena hujan sedang lebat-lebatnya. Dan Rekah yang sedang menikmati hobi barunya, memanjat apa saja, yang selalu mengalihkan perhatianku dari layar kanal Youtube SAP 11 yang masih memutar jingle event itu. Harusnya, kalau sesuai jadwal, panggung FSTVLST sudah dimulai.

Saya menunggu. Sebentar keluar dari kanal Youtube, lalu masuk lagi tapi juga belum dimulai. Kira-kira mendekati pukul 08.30 WITA, saya menyaksikan personil FSTVLST menyampaikan jika panggung akan segera dimulai melalui story Instagram pelaksana kegiatan. Saya tersenyum. Lalu segera kembali ke kanal Youtube.

Benar saja. Disana saya menemui host yang sedang menutup rangkaian kegiatan dan lalu mempersilahkan FSTVLST menuju ke panggung untuk memulai pertunjukan.

Sebelum memulai lagu pertama, sambil menyiapkan ini itu, panggung redup. Potongan lirik “kita bersama adalah roda” yang diulang mengalun. Ini baru saya temui. Biasanya panggung akan dimulai dengan potongan dari lagu Menangisi Akhir Pekan di masa Jenny dulu, lalu seingatku potongan lagu Orang-Orang di Kerumunan di masa awal FSTVLST. Maafkan jika ingatanku salah. Tapi seperti biasa penempatan apa saja dalam set FSTVLST, saya yakin punya makna atau minimal ada pesan yang ingin di sampaikan. Dan coba dengarkan kembali ptongan “Kita Bersama adalah Roda.” Dengarkan berulang-ulang. Nah, kan!

Panggung dimulai dengan Satu Terbela Selalu.

Bagaimana jika satu yang terbela selalu // Ternyata bukan satu yang ternyata juga belamu // Bagaimana jika sepertinya cita-cita // Ternyata nyaman saja, nyaman pembunuh cita-cita.

Di part ini, saya merasa sedang berada di kerumunan yang sedang merayakan kebahagiaan dengan koor massal. Yup, saya bernyanyi sendiri di ruang tengah. Sambil sesekali melirik Rekah yang masih menikmati hobi barunya. Suar yang mulai berhenti ngedumel dan Maha yang perlahan mulai menikmati tugas Matematikanya.

Dan selanjutnya, saya berusaha merasakan keintiman panggung yang selalu diupayakan FSTVLST dimana saja dan dalam situasi apa saja. Dan set panggung dengan latar dinding rumah khas Jawa saya kira cukup mendukung upaya itu. Dinding kayu, kursi nyaman didepannya yang dipakai Robi sesekali untuk duduk sambil tetap memainkan gitarnya, seperti gimmick tapi usia tak bisa berdusta, membuat suasana begitu rumahan. Dan tak lupa, Farid Stevy sebagai frontman berkali-kali mengupayakan agar penonton yang hadir, yang mayoritas adalah panitia kegiatan, juga merasakan kehangatan panggung dengan mengajak mereka terlibat. Dan seperti biasa, upaya itu selalu menampakkan hasil. Meski situasi pandemi ini membuatnya agak kaku karena selalu seperti ada batasan untuk lebih dekat dan rapat.

Source: Kanal Yotube SAP 11

Akhirnya, panggung semalam jadi serupa anthem perayaan atas hak untuk malas. Bukankah tubuh butuh mendapatkan upahnya juga. Begitu balas seorang kawan di status WA saya.

Terima kasih FSTVLST. Terima Kasih SAP 11.

Bapakmahasuarrekah, Wesabbe 6 Desember 2021

Komentar

Postingan Populer