Menulis Membantu Saya Berdaya
Sekitar 2 minggu lalu, 2 Hari setelah memasuki 2021, saya berkomitmen mengikuti sebuah program menulis. Bertajuk 14 Hari Menulis, dengan tema random, program ini menuntut konsistensi. Setiap hari ada tema berbeda yang disuguhkan dan mesti tayang per hari itu juga.
Tanpa banyak berpikir, saya langsung setuju untuk ikut. Tidak ada persyaratan khusus, hanya saja jika tidak menyetor tulisan sesuai aturan, maka otomatis dianggap gugur. Pikir saya saat itu, program ini bisa menjadi alasan saya untuk giat di awal tahun. Menunaikan resolusi demi resolusi yang berulang. Salah satunya, rajin menulis.
Menulis bagi saya bukan hanya ruang bercerita. Proses menghasilkan tulisan adalah salah satu proses yang membuat saya mengagumi, mencintai, dan membanggakan diri sendiri. Sederhana apapun tulisan yang saya buat, jika itu selesai, artinya saya telah berhasil melewati tahapan yang panjang.
Dan salah satu yang tersulit adalah meluangkan waktu. Kalau kalian ibu rumah tangga beranak tiga, kalian pasti tahu bahwa waktu luang adalah keistimewaan. Karenanya, jika waktu luang yang biasanya saya gunakan untuk menonton, untuk cuci mata di market place, untuk menikmati timeline ig dan fb, untuk berhayal, untuk rebahan, atau melakukan semua aktivitas "bout me" saja, tetiba saya gunakan untuk menguras waktu menentukan ide, memutar otak merumuskan topik tulisan, merancang outline, memilah kata, lalu meramunya supaya menarik, maka apapun itu, hal tersebut adalah kerja keras yang patut saya apresiasi.
Karenanya, menulis adalah kerja keras buat saya. Kerja yang membuat saya bangga akan diri sendiri, kerja keras yang buat saya merasa berdaya dan berarti. Kerja yang membuat saya merasa hebat. Kerja yang menjadi penyembuh saat saya merasa pesimis atau tidak berguna.
Nah, selama 14 hari itu, saya melakukan kerja-kerja yang luar biasa. Karena kendala utama adalah waktu, maka saya mengaturnya sedemikian rupa. Jadi, ini rute yang saya tempuh selama 2 minggu itu.
Untuk tulisan yang akan tayang besok, saya menulisnya di malam hari. Biasanya sembari saya menidurkan Rekah dan menyusuinya. Saya menulis di ponsel. Kendalanya karena biasanya ini adalah pose ternyaman ibu menyusui untuk ikut tertidur, saya beberapa kali tertidur sampai ponsel terjatuh dan saya terbangun. Beberapa tulisan bisa selesai jika saya berhasil menahan kantuk, beberapa harus saya selesaikan di pagi namun tidak butuh waktu banyak lagi.
Biasanya gagasan yang ingin saya kembangkan hingga kerangka besar tulisan sudah ada di kepala saya sejak sore hari. Biasanya saya riset sederhana dulu melalui google, apalagi jika tema yang ditentukan adalah tema yang jauh dari hal-hal yang biasanya saya tulis. Beberapa tema cukup membuat saya kelimpungan, seperti tentang tren, tentang selebitas,dan tentang tanaman hias. Untuk mengakalinya, saya biasanya mencari hal yang relate dengan kehidupan sehari-hari saya. Namun, juga ada beberapa tema yang saya tunggu-tunggu seperti drama korea, musik dan tentang sekolah. Perkara tema ini cukup menarik, karena penentuannya sangat random, dan ada mekanisme dan briefing yang sebaiknya dipatuhi. Untuk memperkaya ide, saya juga terbantu dengan diskusi kecil bersma anak-anak dan komrad, tentunya.
Jika rancangan tulisan telah selesai di kepala saya, biasanya saya tidak membutuhkn waktu lama untuk menyelesaikan tulisan. Begitupun sebaliknya.
Setelah tulisan selesai, biasanya saya akan mempostingnya di antara pukul 9 atau 10. Lalu membagikannya ke laman media sosial saya. Saya melakukan itu selama 14 Hari, kecuali di Hari kedua. Saya tetiba diserang vertigo. Jangankan untuk menulis, membuka mata saja membuat saya oleng serasa sedang bertarung dengan ombak. Untungnya tulisan saya bisa selesai setelah duhur dan diupload oleh komrad.
Sekali lagi, 14 Hari menulis dengan konsisten, sekitar 500 kata per judul membuat saya merasa jauh lebih bersemangat. Saya senang saat membagikan tulisan tersebut dan saya bangga dengan diri saya.
Hal yang cukup mengganggu kondisi psikologis saya pun ritme menulis karena sejak Hari ke tujuh atau ke delapan, kabar duka datang beruntun. Berita kehilangan karena covid hampir setiap hari muncul di grup wa, di timeline fb dan ig, kecelakaan pesawat Sriwijaya yang sangat menggganggu tidur saya beberapa malam, Syekh Ali Jaber meninggal, padahal dia satu ulama yang menyerukan ajaran Islam dengan sangat santun dan nyaman, lalu gempa Sulawesi Barat, lalu banjir di Kalimantan Selatan, Semeru bergejolak, dan kemarin Manado dan Bima banjir.
Menulis hal lain di tengah kecamuk musibah rasanya kurang adil. Hati kecil saya merasa sedikit egois, seolah olah saya tetap melanjutkan hidup sementara orang lain sedang menangis pilu. Dan perasaan itu sungguh tidak nyaman.
Tapi, saya tetap menulis hingga akhir. Tak melewatkan satu haripun. Thanks to me, you did a great job.
Untuk membaca 14 tulisan saya, sila do klik link di bawah ini.
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5fea09d88ede480da92f6fd2/setiap-kita-layak-berbahagia
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ff2a4bd8ede4847b3316752/menghadang-mutasi-virus-dari-rumah
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ff3b21cd541df0e220af5b2/hujan-banjir-dan-doa-doa
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ff512c98ede4866b43f93e2/trend-2021-2020-chapter-2
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ff924b6d541df23a372c623/tidak-bisa-beranjak-dari-musik-90s
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ffa3dea8ede485346224802/sebuah-cerita-rakyat
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ffd26c0d541df25836b2e63/banjir-air-mata
https://www.kompasiana.com/harnita80613/5ffe39958ede48143d507b22/blackpink-bersinar-di-langit-2021
https://www.kompasiana.com/harnita80613/6000f22dd541df4d730f6662/mesin-manusia
Nhytha
Wesabbe, 18 Januari 2020
Komentar
Posting Komentar